Monday, January 10, 2011

Untuk Sahabat Bidadariku.


Aku mendengar lagu ini. aku tidak mengerti makna lirik yang tertuang…


Tapi entah… tiba-tiba saja aku melihat senyum kalian…


Betapa aku rindu dengan masa itu.


Dengarkan… apa jangan-jangan lirik ini tentang perasaan kita yang tak pernah terungkap…

“… Ada doa ada lara. Ada tangis dan nestapa. Lelahku melebar jiwa kadang sendu, kadang ceria. Tatap angkuh penuh cela. Tiada lagi ku bermanja. Berkeping hati berbudi kalang di mataku……warna cinta membaur berganti” –Detik Tak Bertepi, Andien-

Aku tak pernah mengira akan menemukan manusia seperti kalian di tempat itu. Di selasar mushola kecil itu. Terimakasih. Pada akhirnya aku menemukan mu, dan kau menemukan aku. Dan akhirnya cerita ini mengalir, tentang aku, kau, kita dan mereka yang mencoba mencari sesuatu untuk jiwa ini. Dan mungkin saat ini, kita sudah menemukan beberapa yang kita cari itu. Semoga kawan!



**
Ini sebuah kejujuran. Pertama kali saya menginjakan Yogyakarta dengan status Mahasiswa, saya berjanji untuk tidak lagi ‘bercampur’ dengan organisasi berbau agama. Tampaknya saya khawatir, menemukan kondisi yang serupa dengan organisasi berbau mesjid ketika saya sekolah. Saya hanya ingin menjadi mahasiswa yang normal yang tidak perlu merasakan rasa bersalah ketika saya melakukan sebuah keliaran.

Tapi entah bagaimana, sejak kapan, dan mengapa… saya masuk menjadi bagian organisasi kampus ini. walau sampai saat inipun saya lebih senang mengucapkannya: masuk menjadi bagian keluarga ini.




...

Keadaan jauh dari espektasi saya. Bukan mahkluk pendiam, terlihat santun dan bertingkah hati-hati yang saya temui. Justru manusia liar dengan segala ketololan dan keceriaan. Saya menemukan kalian!! Gita, Weki, Ayu, Farah, Ayunita, Hari, Yurista. Saya menemukan tujuh orang gila!!







Gita
Cewek yang suka gagap sendiri dengan kacamata yang sukses mendukung wajahnya terlihat (sorry Ta,) Bodoh. Dengan tas punggung merah, rambut kucir kuda ala anak SMP, sempet saya berfikir: ini anak mau kuliah atau mau les LIA sih?!

Ayu
Sempet BETE sama mahkluk yang satu ini, BAWELNYA MASYAALLAH!! Mana mukanya nyolot banget lagi… apalagi kalau lagi ngobrol, jarak setengah meter, ngeluarin suara radius sekilo (hahaha.. ampun yu…).

Weki
Dari postur badan yang lebih cocok jadi anak SD (Bayangkan: SD!!), muka datar, pipi menggelembung, dengan style: kemeja-jeans-nya plus poni dan rambut trap masa lalu, weki kaya boneka Chibi Marukochan versi BENGAL!. Belum lagi kalau dia muter-muter kampus sambil bawa roti di kotak bekas kertas photocopy-an… dan menawarkan dengan suara dan wajah datar: beli roti gue dooong… (T.T)

Farah
Sempat saya berpikir kalau Farah itu Fahri! Maksudnya, banyak yang tertipu dan mengira kalau manusi yang satu ini cowok. Rambut bodol, hidung mancung, kulit putih, badan tinggi, gaya jalan tegap, suara yang rada ngebas dan senyum tengil dengan style T-shirt-Jeans+convers gaya anak Jakarta masa kini banget.

Ayunita
Sosok yang satu ini yang paling bener dan agak normal di antara yang lain (agak lho!). Cara bicara, bersikap dan memberi semangat yang sangat-perempuan-sekali. Jilbab panjang dan selalu menggunakan rok, sempet membuat saya menilai dia “seperti anak rohis kebanyakan”, kenyataannya, SAYA SALAH.

Yurista dan Hari
Dua sosok yang dari awalpun saya melihat hanya mereka berdua yang rada lumayan tentang pemahaman agama. “Ah pasti engga asik” itu awal penilaian awal saya untuk kalian. Dengan busana muslim kebanyakan dan jilbab kalian, saya kurang tertarik untuk mengenal kalian. Tapi lagi, dan lagi saya salah. Bahkan kalian jauh lebih “WE-O-WE” dalam kancah pe-BANYOLAN-garing. Hihihi…

Satu tokoh lagi, orang gila di KMFH 2007: Noe. Tapi berhubung Noe sudah dan akan sering muncul di kancah postingan saya, jadi kali ini kita bahas sedikit saja tentang mahkluk “Sok Normal Padahal Abnormal Ini”. Dengan kaca mata bingkai hitam tebal, celana jeans cutbray, jilbab normal, tampang preman, ternyata dia adalah mahkluk yang paling normal. Walau kadang lemotnya bikin orang pengen ngasah parang!




Itulah kita di tahun 2007. Tiga setengah tahun yang lalu.
Liar, Masa Bodo, Pentakilan, Bawel, Jahil, jiwa yang penuh dengan premanisme, kHaaa.. kehadiran kita sedikit memeri tekanan bagi KMFH (Keluarga Muslim Fakultas Hukum) tampaknya.
Dengan “KMFH” yang seolah melekat dipandangan orang terhadap kita, kita tetap memilih untuk menjadi diri sendiri. Dan mungkin memang seharusnya begitu. Masih inget kalau kita sering gangguin Mas Rokib? Terus sering bengong kalau ngeliat sosok Ka Dila. Saya masih ingat omongan saya, Gita, Noe, Farah dan Weki di bawah pohon ketika Ka Dila Lewat: (Gita) Ka Dila itu… cantik banget ya,,, (Gue) baik lagi… (Noe) Pinter lagi… (Farah) Fashionable bangeeet cuy!! (Weki) Iya, kagak kaya kita ya!! Blangsatan, berantakan, kelakuan pada minus semua (dengan nada orang yang berasa pinter dan sumpah memancing hasrat buat ngetoyor!!), habis selesai Weki ngomong, kita saling bertatapan dan… “HHHhHHhHHhhhhhh”, melepas nafas panjang. Dengan wajah yang seolah berbicara: Weki, Lo 100% BENAR. Pahit.




Puncak saya merasakan anugrah akan pertemuan ini ketika semester tiga. Saat saya, Noe, dan Gita masuk dalam satu divisi “entah apa namanya itu”. Saat saya, Noe, Gita dan teman-teman yang lain ngerjain mading di kosannya Gita yang nyaman banget. Enggak lepas dari kegiatan ‘gossip’ seputar senior atau masalah ‘cinta’. saya akan selalu merindukan masa-masa itu, dan berharap bisa terulang lagi. Dengan Ka Dila sebagai kepala Divisi, kita semakin banyak belajar. Kita tidak belajar dari pengajian yang seharusnya kita datangi, atau selebaran bulletin jum’at yang dibagi gratis. Kita belajar dari hubungan ini. kita belajar dari saling mengenal di antara kita. Kita belajar dari masalah-masalah yang kita bagi.





Kita belajar dari sosok-sosok yang ada disekitar kita. Dari Ka Dila, Mba Inda, Mba Ratih, Mba Titi dan masih banyak lagi. Sampai akhirnya kita menemukan sesuatu yang berbeda dari mereka dibanding dengan perempuan lain yang sering kita lihat disekitar kita. Entah apa, tapi mereka terlihat berbeda. Terlihat begitu anggun dan mempesona.

Pemikiran akan kecantikan yang lekat dengan keindahan fisik terpupus sudah dalam otak ini. kepribadian jauh lebih berharga untuk diindahkan dibanding sekedar wajah dan penampilan.





Alhamdulillah… 3,5 Tahun itu membawa kita dalam fase ini. Fase di mana kita memilih untuk berhijab. Sebagai suatu langkah pembenahan diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Penampilan kita memang berbeda dengan 3,5 tahun yang lalu. Sudah banyak yang kita lalui. Saling bercanda, saling menyiksa, saling menasehati, saling mengata-ngati, tanpa kita sadar, kita saling mengaggumi. Tapi kegilaan ini masih milik kita. Kita tetap menjadi diri kita sendiri. Mungkin benar kita bawel, pentakilan, jahil, suka melakukan hal bodoh, kalau ngomong kaya manusia goa yang gelegar suaranya menggetarkan kaca jendela, tapi itulah kita.



Ka Dila yang cantik dan anggun, Mba Inda yang pintar nyaris jenius, Mba Titi yang sabar dan keibuan, Mba Ratih yang sangat berpendirian adalah sosok-sosok yang dihadirkan Allah agar kita bisa belajar. Menjadi manusia dan menjadi sosok perempuan yang bahkan seharusnya lebih baik dari mereka ataupun siapapun dengan tetap menjadi diri sendiri dengan segala hal yang kita sukai dan membuat kita merasa nyaman.





Pada akhirnya, nyaris dipenghujung cerita kuliah kita, saya ingin memberikan suatu pengakuan. Dengan cara saya sendiri, sebagai seorang Annisa yang kalian kenal:

Terimakasih untuk kalian semua yang hadir menjadi bagian cerita hidup gue.
Hari makasih, lo selalu meberikan nasihat yang selalu membuat gue kuat. Lo mengingatkan dengan cara yang bersahabat. Makasih Ri.. walau terkadang gue suka nyiksa lo… itu karena gue sayang sama lo.

Buat Yurista, yang engga kalah berperan penting menyembuhkan luka-luka dan bimbang-bimbang gue selama ini. Lo enak diajak serius, lo juga asik diajak bercanda. Lo perempuan yang kuat di mata gue.

Farah, sumpah far… gue salah satu penggemar lo. Gaya lo yang sangat apa adanya tanpa ada yang harus lo tutupin. Kenekatan lo di beberapa hal membuat lo tuh tangguh banget jadi perempuan. Lo tau, ketika ngeliat lo, gue belajar untuk melihat permasalahan dengan tenang dan riang. Sikapa santai lo yang rada selenge’an menginspirasi gue banget. Mungkin lo lupa, tapi gue enggak bakal lupa momen ini. Momen dimana lo pertama kali negor dan bicara ke gue. Hari pertama OSPEK lo bilang: “Woi cewek! Pinter lo nulis essai. Kalau lo bikinin essai buat gue gimana?!”. Hahahhaa… rasanya pengen gue cubit bibir lo saat itu.
Ayuuuu!!! BERISIK LO!! Hahahahaa… lo emang partner yang oke banget buat adu mulut. Partner yang oke banget buat curhat. Dan lo partner yang oke banget untuk siksa-menyiksa atau jahil-menjahil. You are my best partner in crime yu!!

Wekoooong!! Pipi.. pipi.. pipi.. sebenernya gue rada berat nulis ini, karena pastinya lo kegirangan dan GR abis!! Tapi lebih berat untuk terus bohong, dan kayanya gue harus jujur kalau gue kagum sama lo. Lo engga malu jualan roti keliling kampus. Cuek nawarin orang2 yang enggak lo kenal. Gue heran, padahal lo mampu beli roti lo sendiri dengan harga 2x lipat!! Terkadang lo emang licik, dan bertingkah yaaa… hahahahhaa… soal pipi, lo lucu kali dengan pipi lo… honestly, you are really cute girl. bahkan PIPI LO uWeeeekkk!!

Ayunita. Oh my… how I adore you!!! Lo cantik, pinter, soleh, mandiri, penyabar, baik hati, dan sangat low profile… jelas lo adalah salah satu tokoh yang menginspirasi gue. Sosok yang memotivasi gue “Kalau lo bisa gue pasti bisa!!”. Siapa yang bilang lo lemah? Lo itu kuat Ta!! Bahkan lo mengajarkan gue menjadi perempuan yang tegar!! Tapi… satu catatn buat lo,,, terkadang lo itu kelewatan baik. Enggak enak hati-an. Yang akhirnya lo ngorbanin diri lo sendiri buat orang lain!! Hmmm… Ayunita di 2011 ini harus mulai belajar untuk bilang “TIDAK” untuk semua yang memang enggak ingin lo lakuin ya..





Gita Kirana Sunyowo Putri. Ini dia mahkluk terlangka dengan tingkat kegilaan yang paling parah di antara semuanya. Mahkluk yang sering bikin penasaran lawan jenisnya.. iiihhhiiiirr… perempuan yang smart, lucu, menyenangkan, dan selalu bisa membuat siapa saja nyaman di dekatnya. Gita… gue seneeeeng bangeeet dan bersyukur banget Allah ngasih saudara kaya lo. Lo perempuan unik yang pernah gue kenal. Ta… apapun kondisi lo, jangan lupa kalau ad ague yang siap dengerin curhatan lo. Izinin gue buat menyamankan hati lo seperti lo yang selalu menyamankan hati gue selama ini.

Dan buat seluruh temen-temen KMFH lainnya yang udah mengajarkan banyak hal untuk hidup saya. itu sangat berarti. Dan terimakasih untuk itu semua.



Temen-temen… sekarang mungkin kita bakal sibuk dengan skripsi kita masing-masing, dengan DPS kita yang bermacam-macam dan rencana hidup selanjutnya yang sudah harus dipikirkan dari sekarang. Tapi… seandainya saya boleh meminta, bisakah segala “ke-masing-masing-an” kita ini tetap bisa memberkan ruang tersendiri untuk kebersamaan yang pernah kita lalui selama ini. tentang semua pelajaran yang kita bagi dan pelajari.

Sebagai penutup, ini lirik lagu yang selalu saya nyanyikan dari SD sampai sekarang:

“… Bila kita dapat mengerti, sahabat adalah setia. Dalam suka, dan duka. Kau kan dapat berbagi rasa untuknya. Begitulah seharusnya, jalani kehidupan. Setia. Setiaaa… dan tanpa terpaksa…”

-lihat lebih dekat, ver closing, Sherina-




No comments:

Post a Comment