Sunday, August 21, 2011

Sebuah "Seandainya saja"


Seandainya saja kita bisa lebih jujur dengan perasaan cinta kita, lebih jujur dengan apa yang sebenarnya kita rasakan.

Seandainya saja kita bisa meyakinkan diri sendiri bahwa sesungguhnya ucapan dan penilaian orang lain atas hidup kita hanyalah "sebuah penilaian", bukan sebuah penilaian yang mutlak akan kebenarannya.

Seandainya saja kita tidak terlalu picik untuk terus mengejar sebuah idealita yang sesungguhnya hanya menjadi angan dalam kehidupan nyata.


Semua "seandainya saja" ini adalah nasihat untuk diri saya sendiri; atau mungkin kalian yang merasakan kesesakan serupa atas penantian harapan yang terlalu sempurna.

Saya bercermin dari seorang teman. Saya mengamati hari ini. Saya menganalnya cukup baik. Dan saya tahu saat ini ia sedang tidak baik...
Sejak kemarin, status Facebooknya terus-menerus ia update. Dari statusnya, ia ingin mengatakan bahwa saya bahagia, saya beruntung, saya dicintai dan mencintai, dan sayang ingin semua orang tahu bahwa saya bahagia. Komen-komen teman positif. Mereka turut bahagia atas kebahagiaan "status" facebooknya itu. Tapi tidak untuk saya; status itu adalah sebuah kesedihan atas kesepian yang ia rasakan karena teracuhkan oleh seseorang yang ia sayangi. Dia mencoba untuk mengatakan saya tidak apa-apa; nyatanya, dia merana.

Bolehkah saya mengulang "seandainya saja" yang saya punya sebagai nasihat kepada diri sendiri...?

Seandainya saja kita bisa lebih jujur dengan perasaan cinta kita, lebih jujur dengan apa yang sebenarnya kita rasakan.

Seandainya saja kita bisa meyakinkan diri sendiri bahwa sesungguhnya ucapan dan penilaian orang lain atas hidup kita hanyalah "sebuah penilaian", bukan sebuah penilaian yang mutlak akan kebenarannya.

Seandainya saja kita tidak terlalu picik untuk terus mengejar sebuah idealita yang sesungguhnya hanya menjadi angan dalam kehidupan nyata.



Dengarlah ucapa-ucapan mereka sebatas ucapan yang tidak akan membuat kepercayaan mu kandas.

Dengarlah hatimu dan tangkaplah bahasa waktu yang sudah memberi mu cukup bukti mana yang benar dan yang salah.

Kau tidak sendiri.

Kau terberkahi oleh dia yang kau cintai (dan akupun yakin) mencintai mu setulus hati...