Friday, February 25, 2011

Love Me Tender (Elvis cover)



Love me tender,
Love me sweet,
Never let me go.
You have made my life complete,
And I love you so.

Love me tender,
Love me true,
All my dreams fulfilled.
For my darlin I love you,
And I always will.

Love me tender,
Love me long,
Take me to your heart.
For it's there that I belong,
And well never part.

Love me tender,
Love me dear,
Tell me you are mine.
Ill be yours through all the years,
Till the end of time.

(when at last my dreams come true
Darling this I know
Happiness will follow you
Everywhere you go).

More lyrics: http://www.lyricsfreak.com/e/elvis+presley/#share


Always On My Mind

Saya lebih suka versi michael buble...

Liriknya jauh lebih tragis...

Ga percaya? silahkan mendengar dan membandingkan





Maybe I didn't treat you
Quite as good as I should have
Maybe I didn't love you
Quite as often as I could have
Little things I should have said & done
I just never took the time

But you were always on my mind
You were always on my mind

Maybe I didn't hold you
All those lonely, lonely times
And I guess I never told you
I'm so happy that you're mine
If I made you feel second best
Girl, I'm sorry I was blind

You were always on my mind
You were always on my mind

Tell me, tell me that your
Sweet love hasn't died
Give me, give me one more chance
To keep you satisfied
Satisfied

Little things I should have said & done
I just never took the time

You were always on my mind
You were always on my mind
You were always on my mind
You were always on my mind

Monday, February 21, 2011

Saat itu...







SESUATU YANG KU INGINKAN TERJADI DI MASA DEPAN

Yogyakarta, 21 Februari, 2021.

Kami duduk membentuk lingkar. Puncak merapi tampak bersih, udara segar dan dingin mengerayang di kulit pipi. Aku duduk tersenyum melihat mereka satu-persatu. Semakin lama kupandangi, semakin lebar senyuman ku. Ternyata Tuhan ada di antara kami saat berbagi mimpi sepuluh tahun yang lalu.

***

Jarum jam itu, aku tidak tahu harus berapa kali kuputar mundur untuk sampai di saat aku menemukan mereka pertama kalinya. Sepuluh, sebelas, atau mungkin sudah duabelas tahun yang lalu itu terjadi. Ada rentang waktu yang cukup panjang hingga akhirnya membawa kami dalam duduk lingkar ini.

Lagi. Aku tersenyum melihat wajah-wajah mereka.

Tuhan menjawab mimpi kami.

Pada akhirnya.

***

Kaliurang. Patung Udang. Sebuah kesatuan yang mengingatkan kami pada sebuah bulletin hitam-putih, dan selembaran kertas tempel yang berlogo: MAHKAMAH

Aku melihat dua sosok di depanku. Seorang wanita matang, ayu dengan balutan terusan kembang sederhana. Rambutnya tergerai sebahu, tak lagi iya gelung seperti sepuluh tahun yang lalu terakhir aku melihatnya. Puspaningtyas Panglipurjati, S.H., M.H. seorang dosen pengampu Mata Kuliah Perdata yang juga menjabat wakil dekan bidang kemahasiswaan Fakultas Hukum UGM. Iya. Fakultas kami dulu. Fakultas yang mengawali mimpi dan cerita ini.

Di sebelahnya, seperti sosok yang tak pernah berubah. Rapi dan sangat elegan. Noe, Notaris handal yang dimiliki dunia hukum Indonesia saat ini. kacamatanya yang tidak lagi berbingkai tebal, dan tanpa kawat gigi, membuat Noe benar-benar menjadi wanita dewasa. Walau namanya tersebar di media masa dengan “Noeki” tapi bagiku, dia tetap Noe-ku.

Tiara. Rambut ikal gantungnya masih milik gadis satu ini, Ups---ralat, nyoo-nyaa satu ini. tanpa kehadiran nyonya satu ini, meja ini kosong tanpa hidangan. Siapa lagi saudagar roti dan kue yang punya 3 cabang di Jakarta? Dan kantor ketring ternama di Yogyakarta? Jawabannya, Tiara Ramdhani Gucciana dengan Cugicu Bakrienya. Resoles keju yang pernah dia bikin saat KKn, masih menjadi andalannya.

Aku kembali tersenyum. Sepuluh tahun itu tidak sebentar. Tapi… kejadian-kejadian itu seolah baru terjadi kemarin. Dan aku tahu sepuluh tahun memang tidak sebentar, karena perubahan yang ada di depanku saat ini jelas hasil sebuah proses besar yang tidak mungkin terjadi dengan sebentar.

“Mbak Nis… jadi nambah bibitnya enggak?” suara Lia mengikat keliaran pikiranku.
“Bibit apa lagi yang pengen kamu tawarin ke aku?”
“Bibit Mujaer! Cocok nih buat kolam belakang. Saya kasih murah, harga cincaulaaah…” jawabnya penuh semangat. Tidak berubah.
“berapa?” tanyaku.
“ 100 juta, bersih.” Jawabnya sangat yakin.
“Yakin lepas murah?” aku meyakinkan.
“Udeh.. kaga papa… mau?”, aku hanya mengangguk meng-iyakan tawarannya. Lia masih seperti Lia saat terakhir aku melihatnya. Tapi jelas bukan Lia saat pertama kali aku mengenalnya. Lia yang selalu menolak ketika aku mempercayainya untuk mengedit tulisan bulletin kecil itu sambil menjawab dengan muka melas “Mbak… saya enggak bisa nulis… Natal ajaaa deh…”. Kalau ingat waktu itu , ingin tertawa rasanya. Mungkin saat itu kamu benar, dalam menulis kamu tak sepandai menjual ikan seperti sekarang.
Bukan penjual ikan pasar local yang dia pegang. Tapi pasar ikan dunia. Berawal dari kelas-konsentrasi-hukum-internasional, seorang Lia berubah menjadi seorang eksportir ikan terbesar.

“Eh iya, Natal mana?” tanyaku.

“Dia enggak nelepon kamu po Mbak? Dia harus ngeliput konvrensi buruh internasional di Vietnam selama satu minggu ini” Jawab Eel.

“Lha lo enggak ikut?”

“Udah diwakilin sama sekertarisku.”

“Gaya Lo El!! Mentang-mentang sudah jadi Kepala Persatuan Buruh Indonesia, bedaaaa omongannya sekarang!!” Teriak Cula.

“Hoh… iya dong Cul… Elviraaaa gituuu… mimpi jaman dulu boleh skala Bantul, eh malah jadi Kepala Persatuan Buruh Indonesia…, Lha? Kamu sendiri bukannya ditugasin ke Inggris kan?”

“Iya, emang, aku ambil cuti El… kapan lagi bisa ngumpul kaya gini, duduk sampingan sama kepala perserikatan buruh Indonesiaaa! Iya enggak Mbak Nisa?”

“Elvira gitu Cul…” jawabku.

“Ih mba Nisa… aku tuh kangen tauuu dipanggil kaya tadi… di kantor formil banget… “Mrs. Ursula, have you got the letter from embassy of Haiti” gituuuu Mbaaak…”

“Heh Cul!! Bersyukur kamu tuh bisa jadi dubes di negara se-oke ituuu!! Bisa jalan-jalan and keliling dunia kan enak Cul!!” samber Puspa.

“Ahhh… awalnya enggak enak Mbak!! Aku kan pertama kali di taro di Timor Leste!! Kaya pulang kampung aja aku!! Untung ada Bokir… dapet promosi aku… dan akhirnyaaa… Ta-daaaa…!!”

“Kakaaaaaak… gimana kabarnya… sombong dia kemaren aku telepon katanya enggak bisa datang harus ikut rombongan Presiden rapat PBB” dumel Puspa.

“Hahahahhaaaa… kangen gue sama lo yang manggil kirun kaya gitu Pus!” sergah Noe.

“Ah… najis lo Pus… gak malu ma mahasiswa lo… masa dosennya Camen!!”tambah Tiara

“Camen opo tho Tir?” Tanya Puspa

“Cantik Metal Mbak!!” Jawab Lia

“AAAAaaaaaakuuuu maaaaalllluuuuu eeee ttttiiiiiirrrr…. Eh terus kakak gimana sekarang Cul?”

“Cacat Mental sih lebih tepatnya” singkat Tiara.

Puspa terdiam… dan berteriak… “KaaaaaaaKaaaaaaaak…”

Kami hanya tertawa.

Gazebo ini seperti mesin waktu yang membawa kami kesepuluhtahun itu.


“Bokir Mbak Pus? Yah, beda setingkat ma akulah mbakpusss… yah tapi tetep senioran dia daripada aku, eh kan si Bosche juga ikutan rombongan presiden tahu…”

“AAAAA… Iyaaa… bosche kita kan ketua komisi II, jadi dia semacam perwakilan parlemen”

“Dia punya fighting spirit yang besaaaarrr”.

“Jargonnya mas Refly ngebuat bosche menuju mimpinya menjadi politisi!!” ujar EEL.



Dan perbincangan itu terus berlanjut. Angin dan gemerisik daun yang hampir kuning ini benar-benar menghanyutkankan kami menuju belasan tahun yang silam. Saat kami hanya sebagai “nama” yang kami miliki. Bukan sebagai siapa-siapa, ataupun sesuatu. Tapi tidak untuk hari ini. Tidak sekedar sebagai “nama” yang kami punya, namun sesuatu yang memang membanggakan untuk menjadi seperti ini.

Tiba-tiba deru mesin mobil terdengar dari gazebo tempat kami melepaskan kenangan liar belasan tahun itu. Sebuah VW gading terparkir. Dua sosok yang sangat aku kenal keluar dari mobil itu.

“Ijaaaaaaaannnnn!!! Haaaaaaamceeee….!!!” Teriak kami semua.

Dua pewarta nasional sudah datang ternyata. Walau sepuluh tahun mengubah penampilan mereka, menghilangkan rambut yang gondrong, cepolan tinggi ataupun celana sobek-sobek yang dulu sering mereka pakai. Tapi di mataku, mereka berdua tidak berubah sedikitpun.

“Ada kabar apa Indonesia hari ini Bung Ham-ham dan Bung Ijan?” Tanya Lia.

“Gileeeeekaaaliiiyeeee… Mbak Litaaaa… kepilih jadi ketua Tim Penyusun KUHP Indonesiaaaa!!” jawab Ijan.

“OH MY GOOOOOOOOD!!” dan kitapun berteriak melepas eforia sukacita ketika masih di ruangan kecil MAHKAMAH. Se-pu-luh-ta-hun-yang-la-lu.

Handphone ku bergetar. Sms dari Gita.

Sa, jadi make EO gue kan buat lounching hotel lo? Soal harga gampang Sa… Demi lo gue cancel tawaran kawinannya cucunya pak Beye! Oya, kata Ayunita, soal Baju muslimnya dari dia aja… Dia punya stock baru rancangan mesir!! Hahahahaa… baju Cleopatraaaa kali yaaaa…. Eh, buruan bales sms gue ya… butuh kepastian!!

Aku tersenyum membaca sms sahabatku yang satu ini. baru kemarin rasanya aku mengerjakan mading di kosannya belakang mesjid kampus, sekarang dia sudah memiliki perusahaan EO sendiri yang cukup terkenal di Indonesia. Lalu ku ketik : Suatu kehormatan menggunakan jasa EO se-prestige KIRANA EO.

“Sa…” suara Noe, membuatku menengadah.

“Mau nunggu siapa lagi Sa?” Tambah Tiara.

“Bang Samgar sama Bos Moyo sebentar lagi datang, lagi mutar-mutar Jogja pake helicopter katanya!!” Jawab Cula.

Kami semua tertawa mendengar Cula dengan logat Bataknya.

“Dapet Kabar darimana Cul?” Tanya Ham-ham.

“Siapaaaaalllaaaagiiiii mahkluk tersombong sejagat raya kalau bukan BOS MOYOWW!!”

“Hahahahahaa… kangeeen banget yaa!! Enggak sabar pengen liat Bang Samgar pake seragam Pilotnya!!” tambah Lia.

“Jangan-jangan tu helicopter, beneeeraaan lagi?!!! Samgar yang bawa!!” sergah Noe.

“Embeeeerrrr Cyyyiiiiin… soal Samgar yang bawa emang bener. Tapi kalau tu heli punya Moyo, ya enggak bener… itu heli punya Mwel…” jelas Tiara, “Tadi mwel 3G gue. Doi masih di Eropa ngambil foto buat project terbarunya,,,”

“Mas Samuel jadi photographer mbak?” Tanya Ijan.

“Where have you beeeeen? Jaaaaan… kalau lo ke Jerman, you pasti bakal sering banget ngeliat iklan majalah yang dipojoknya ada tulisan mwelfiosoart.photographie itu berarti punya si Mwel anak Tuhaaaan!!”

“Tu.. makanya Jan… besok kita ajuin promosi aja buat ngeliput piala dunia di Jerman” sambung Ham-ham.

Perbincangan terus memuncah sembari menunggu dua sahabat lagi yang sedang menuju kesini.
Aku mengambil laptopku, mengecek data apakah keperluan untuk lounching hotel dan butik ku sudah siap. Tapi entah mengapa layar tiba-tiba mati… seperti biasa, laptopku berulah.
Ku tekan semua tombol agar layar kembalinyala. Dari f1 sampai f10. Dan layar terbuka. Layarku penuh dengan icon folder yang entah darimana asalnya. Ku klik slaah satunya.




Dan aku terdiam.



Sebuah tulisan terbuka di layar laptopku saat ini.
Sebuah tulisan yang ku buat sepuluh tahun yang lalu.

Tulisan yang kubuat di tengah malam. Aku masih bisa mengingat itu. Sebuah tulisan yang berjudul


SESUATU YANG KU INGINKAN TERJADI DI MASA DEPAN
Tertanggal

Yogyakarta, 21 Februari 2011.



Saturday, February 19, 2011

HATI DEWA


Seperti terus berkutat di kaki gunung,

tak kunjung sampai membawa raga di puncak.

Lelah rasanya kepala menengadah ke atas,

Lelah mengusap peluh untuk yang masih nun jauh di sama.

Meniti luka menguatkan jiwa,

memendam durja, memalingkan ceria.

Sudah. Aku sudah lelah.

Memilih untuk menjaga hati mereka para pengisi cinta,

ternyata memang harus sekuat dewa.

Berani menjaga artinya berani terluka.

Thursday, February 17, 2011

Friday, February 11, 2011

GEISHA- Cinta dan Benci




Mengapa kita harus membenci ketika memang ada cinta yang kita miliki untuk mereka?

Mengapa kita harus mengasihani diri sendiri ketika kita memilih untuk menyayangi mereka yang menurut kita pantas untuk disayangi?

Walau terkadang sebuah penolakan menyakiti perasaan, namun sesungguhnya penolakan mengajarkan kita bagaimana caranya untuk diterima.

Cukup mendengarkan hati,

Hatilah yang paling tahu seberapa pantas seseorang untuk kita cintai dan kita sayangi.

Tidak ada yang salah ketika kita mencintai seseorang...

Menjadi salah ketika kita memaksakan diri untuk membenci

"Bukankah cinta itu tentang ketulusan?, tanpa sebuah pengharapan kecuali melihat orang-orang yang kita cintai bahagia"

CINTA TIDAK SEKEDAR : I Love You




Note yang seharusnya sudah saya bikin 2 minggu yang lalu.

Note tentang sebuah penjelasan status twitter saya.

Note ini tentang "haruskah kita mengungkapkan perasaan (cinta) kita?".

Note tentang rangkuman obrolan bersama Ka Riki saat nunggu DPS saya

Note tentang obrolan saya dengan teman-teman (Teti, Eka dll) atas pertanyaan Gepeng.

Maka, Note ini tentang...






Menyinggung sedikit tentang emansipasi. Sepertinya menggeser semua pemikiran kedudukan perempuan dengan laki-laki di segala aspek. Tapi tidak menurut saya.

Tentang hal yang kemudian muncul lewat iklan ice cream dengan mengusung tagline "Tunjukanlah Rasa Cintamu" mendoktrin penontonnya untuk bisa jujur dengan perasaan sukanya dengan seseorang yang dikagumi dengan "Menyatakan Cinta".

Perempuan dan laki-laki, siapapun yang menyatakan perasaannya terlebih dahulu, bukan masalah.

Ya. itulah pemikiran liar yang saya tangkap di sekitar saya...

dan saya punya pemikiran lain tanpa menyalahkan pemikiran yang sudah terbentuk secara dominan sebelumnya.


"Tunjukanlah Rasa Cintamu", tagline yang sederhana dan cute menurut saya. Menunjukan tentang hal positif yang kita rasakan. Mengagumi seseorang dengan berbagai alasan atau bahkan tanpa alasan--memang bukan lagi kelas logika, tapi perasaan.




Bagi saya, "menunjukan" tidak selalu berarti "menyatakan". Menunjukan jauh lebih luas karena mencakup verbal dan non verbal, sedangkan menyatakan hanya dalam tataran verbal. Menunjukan cinta jauh lebih anggun ketika diungkapkan dan ditunjukan dalam sebuah tindakan. Tunjukanlah rasa cinta dengan: Melindungi, Memahami, Memberi, Menasihati, Memperhatikan, Menopang, Mengerti dan pada akhirnya Mengungkapkan dengan kata.

Jauh... Jauh... Jauh lebih anggun menurut saya.

Cinta itu perasaan. Sesuatu yang abstrak, tidak konkrit, namun semua orang bisa merasakannya, dan percaya dengan perasaan CINTA itu sendiri. Luarbiasa! Bahkan seorang atheispun percaya dengan Cinta. Cinta bisa lebih eksis daripada Tuhan ternyata.

Seseorang percaya bahwa cinta adalah sesuatu yang hadir dari sebuah ketulusan,

sedangkan yang lain merasakan cinta sebagai sesuatu yang mudah datang dan pergi.

Dua pemikiran yang berbeda inilah yang pada akhirnya melahirkan sebuah "perlakuan" yang berbeda dalam menyambut "cinta".

Saya penganut pernyataan pertama.

Cinta itu hadir dari sebuah ketulusan. Ketulusan itu sangat dekat dengan keikhlasan dan kesabaran. Sedangkan untuk bisa ikhlas dan sabar bukan hal yang mudah bagi saya. Beljar ikhlas dan belajar sabar salah satu pelajaran yang sulit dan butuh pengorbanan. Karenanyalah, ketika saya mencintai seseorang, entah itu keluarga, sahabat guru, bahkan binatang peliharaan, maka perasaan itu benarlah hadir dari sebuah kedalaman hati dan perasaan untuk bisa Melindungi, Memahami, Memberi, Menasihati, Memperhatikan, Menopang, Mengerti mereka. Saya siap berkorban untuk mereka yang saya cintai. Saya mungkin jarang atau bahkan tidak pernah mengatakan "saya sayang kalian" lewat kata-kata secara langsung, tapi semoga mereka bisa merasakan rasa cinta saya seperti saya yang merasa dicintai oleh mereka.

Dalam konteks mencintai pasangan, pantaskah perempuan yang memperjuangkan laki-laki? mungkin jawaban kalian bisa "iya" ataupun "tidak" lagi-lagi kembali bagaimana kita memaknai cinta itu sendiri. Bagi saya sendiri, sebuah pernyataan tidak terlalu penting, menurut saya cinta itu lebih pantas untuk diperjuangkan--tidak sekedar diungkapkan dengan kata-kata. Dan bagi saya seorang perempuan jauh lebih pantas diperjuangkan daripada memperjuangkan.




Tanya saja pada para perempuan: Apakah kalian ingin diperjuangkan atau memperjuangkan?, sejauh ini belum menemukan perempuan yang menjawab memperjuangkan.
. Perempuan ingin diperjuangkan kebanyakan.
Dan Hey Ladies!! kalian pantas diperjuangkan!!



Lantas Laki-laki: apakah kalian tidak malu diperjuangkan oleh seorang perempuan?
jadi pesan saya: segeralah berjuang untuk perempuan yang kalian cintai. Perempuan itu memiliki sensitivitas yang tidak pernah kalian tahu. Tanpa bicara, mereka tahu siapa yang benar-benar mencintai mereka.

Walau beberapa dari mereka pura-pura tidak tahu, sesungguhnya mereka menunggu... (*Ups!) :)

It’s not hard to find someone who tell you that they love you. It’s hard to find someone that actually means it

Monday, February 7, 2011

DPS "Jenie" saya yang luar biasa





Saya memutuskan untuk tidak tidur.


Tidak bisa tidur tepatnya.



Ada satu sosok yang hampir 2 bulan ini mendominasi hidup saya.


Dosen-Pembimbing-Saya.


Malam ini... saya...

aaah... entah apa ya... tapi yang jelas... saya benar-benar sangat amat dan teramat penasaran dengan sosok yang satu ini. belum pernah seumur hidup saya, merasakan penasaran yang hebat kepada seseorang.

Bahkan saya tidak terlalu mengenal beliau. Tapi kenapa ya...

-------------------------------------------------------------------------------------

Diawali keisengan saya mengetik "Prof. Jenie" di google box --> picture. enter

dan keluarlah dua wajah yang sangat miriiiiiip dengan DPS saya, namanya, Prof. Umar Jenie dan Prof Said Jenie Alm.

“Said Djauharsjah Jenie, Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi atau BPPT yang juga merupakan salah satu tokoh penting penerbangan perdana pesawat N-250, Jumat (11/7) pukul 07.48, meninggal karena sakit jantung di RS Boromeus, Bandung.” kompas.


cuplikan klog seorang mahasiswa penerbangan:

Pak Said, demikian saya selalu menyebutnya dulu sewaktu masih hobi jadi mahasiswa. Ia memang sosok yang unik dan langka. Guru Besar Aeronautika dan Astronotika ITB itu mungkin satu-satunya orang yang tahu seluk beluk pengendalian pesawat CN-235 dan N-250.




Saya jadi ingat ucapan Bu Warni kalau DPS saya itu mempunyai dua orang adik laki-laki kembar dan salah satunya sudah meninggal. sepertinya beliau yang tersebut di atas adalah adik DPS saya. Luar biasa.


Kata Bu Warni, DPS saya itu berasal dari keluarga yang pintar! jenius bahkan! tapi saya tidak pernah mengira kalau satu keluarga bergelar PROFESOR semua...

Saya tidak tahu, apakah Prof. Dr. Umar Anggara Jenie adalah kembaran dari Prof Said Jenie Alm. tapi kalau dilihat dari foto, nyaris tidak salah.






Dan artikel yang saya temukan tentang beliau:

Jakarta (ANTARA News) - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memberi penghargaan Sarwono Prawirohardjo IX 2010 kepada Prof Dr Umar Anggara Jenie MSc Apt dan Dr BRAy Mooryati Soedibyo M Hum pada Hari Ulang Tahun LIPI ke-43 di Jakarta, Senin.

Mantan Kepala LIPI Umar A Jenie mendapat penghargaan di bidang Etika Keilmuwan dan Mooryati Soedibyo di bidang Iptek Jamu dan Kosmetik Tradisional



masih dalam artikel yang sama:

Umar Anggara Jenie, urai Lukman, telah menginisiasi Komisi Bioetika Nasional dan menggolkan deklarasi internasional Universal Declaration on Bioethics and Human Rights serta membawa Pluralisme dan Keragaman Budaya serta Perlindungan Lingkungan, Biosfer, dan Biodiversitas menjadi bagian dari prinsip bioetika yang sebelumnya ditentang.

Dan saya masih menemukan sosok "Jenie" yang lain lagi,

Prof. Dr. Betty Sri Laksmi Jenie



Sampling dalam analisa pangan, termasuk analisa mikrobiologis, merupakan hal penting. Apalagi bila berkaitan dengan keamanan pangan. Dalam manajemen keamanan pangan, pengujian mikrobiologis banyak digunakan dalam kegiatan monitoring/verifikasi hygiene lingkungan, produk dalam proses, dan produk akhir. Menurut Ahli Mikrobiologi Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB, Prof. Betty Sri Laksmi Jenie dalam Seminar Mikrobiologi yang diadakan oleh PT Sumber Aneka Karya Abadi (SAKA), ketepatan dan reprodusibilitas hasil analisa dipengaruhi oleh metodologi, peralatan, analis, dan juga sampling (sampel yang representatif).



Subhanallah... luar biasa...

lantas siapa sosok perempuan dengan nama "Jenie" yang sama yang menjadi DPS saya saat ini?

Seorang Profesor yang menjadi kakak perempuan dari tiga Profesor yang luar biasa ini?

Sosok yang terlihat sangat pintar, jenius, mandiri, tapi... entahlah... ada sesuatu yang seperti....

saya tidak mau terlalu cepat-dan-sok-tahu untuk menyimpulkan.


Hari ini, saya membawa draft skripsi saya. Siap untuk bimbingan dengan Prof. Jenie, sudah cukup sering saya dimarahi beliau karena keribetan dan kehebohan saya. Gara-gara beberapa kali saya dimarahi, setiap ingin bimbingan saya membaca semua surat Al-Qur'an yang saya hapal dan kadang kalau tiba waktu giliran saya masuk ruangan untuk bimbingan,

saya nangis... *berlebihan memang.

Tapi tidak untuk sekarang. Saya yakin ada rencana Tuhan mengapa beliau yang dipilih menjadi DPS saya. Beliau pasti sosok yang luar biasa. Tapi sayangnya, Pak Prasyad (sekertaris Prof. Jenie) bilang kalau DPS saya itu sakit.


Saya langsung ke bagian persuratan, melihat alamat rumah beliau. Skripsi bisa nanti, yang saya tahu saya ingin menjenguk beliau. Sampai akhirnya saya terdiam dan sadar, ada perasaan yang sulit untuk saya jelaskan.


Kenapa saya begitu sedih mendengar beliau sakit?

Sayangnya, penyakit "buta-arah-saya" benar-benar memupuskan semuanya. Saya mencoba sms beliau, tapi tidak deliverd , saya hampir putus asa,,,

Tapi saya masih punya Tuhan untuk memnjatkan doa... jadi... saya harap, Tuhan baca Blog saya malam ini:

Ya Allah... Tuhan yang Maha Baik sejagad raya alam semesta... Beri kesembuhan untuk DPS saya... beri beliau kekuatan, kesehatan dan kebahagian akan cinta orang-orang disekeliling beliau. Tanggal 1 Februari kemarin beliau ulang tahun Ya Allah... pasti Prof. Jenie punya "wish" jadi tolong dikabulkan ya wish-nya Prof Jenie.



Ya Allah, Tuhan yang Maha Bijaksana,, izinkan hamba untuk membanggakan beliau dengan skripsi Nisa. Enggak apa-apa deh Nisa dimarahin terus... asal bisa ngebanggain beliau di akhirnya.


Ya Allah... Nisa pengeeeen banget meluk Prof Jenie kalau udah wisuda, tolong Tuhaaaan... tolong Nisa biar enggak terus-terusan buat Prof. Jenie marah..., jadikan Nisa mahasiswa bimbingan beliau yang pantang menyerah dan selalu berusaha melakukan yang terbaik.

Tuhan,,, beri kehangatan ketika ada "dingin" yang dirasa oleh Prof. Jenie. Beri kemudahan ketika ada "sulit" yang ia rasakan. Beri keamanan ketika ada "ketakutan" untuknya. Buat beliau tersenyum setiap hari Tuhan...

Tolong kabulkan do'a Nisa...

Klupaan Tuhan, satu lagi... Semoga bulan Mei nanti, Nisa bisa bener-bener bisa diwisuda dan bisa meluk beliau.

AMIN.




07-02-2011.


Semoga nanti ada berita di koran yang isinya:

Annisa Rahmah, S.H. telah menyusun sebuah skripsi yang berjudul Perbandingan Waris KUHPerdata Barat dan Hukum Waris Islam Dalam Sistem Hukum Perdata Indonesia yang juga merupakan bimbingan Prof. Dr. Siti Ismijati Jenie, S.H., CN.