Friday, November 27, 2009

BeLajar menjadi HEBAT dari semua KEHEBATAN...


Perasaan ini sering hadir ketika banyak simpang siur bayangan seseorang yang berwujud sosok ‘hebat’di mata gue. Entah karena kehandalannya dalam berfikir, kemampuan nya dalam membuat hubungan pertemanan, atau sekedar fisik yang seolah memberikan nilai ‘sempurna’ untuk hidup nya. Gue ga pernah menentang ketika seseorang mengatakan logika harus lebih kuat daripada perasaan. Tapi terkadang tanpa kita sadar semuanya menjadi terbalik—perasaan bisa menjadi lebih kuat dibanding logika—di keadaan tertentu.

Hhhh... gue ga tau, apakah manusia tidak cukup yakin bahwa Tuhan tidak akan terlalu iseng untuk menciptakan mahkluk sesuka hati Nya. Gue percaya, gue percaya banget bahwa Tuhan Maha Pintar untuk mengkaitkan takdir manusia yang satu dengan yang lain untuk sebuah tujuan yang berharga. Sebuah tujuan yang akan selalu memberikan pembelajaran untuk hidup kita, dan dapat gue simpulkan bahwa ga akan ada yang sia-sia di dunia ini.

Gue akui, kadang gue mencoba menilai diri gue lewat orang lain. Seandai gue se”...” dia, seandai nya gue bisa seperti dia, seandainya gue... dan terus gue mengkerdilkan diri gue terhadap orang-orang yang hadir didalam hidup gue. Sampai di satu titik, gue sadar. Bahwa Tuhan menciptakan mereka—sosok hebat itu—bukan untuk mengkerdilkan diri gue, bukan untuk membuat gue tidak bersyukur dengan apa yang gue miliki. Tuhan menghadirkan mereka agar gue bisa menjadi sosok yang lebih baik lagi. Tuhan ingin membisikan pesan ke gue bahwa ”Tuhan akan selalu memberikan kesempatan bagi umat-Nya untuk menjadi sosok yang hebat!” , dan seperti nya gue mulai bisa mendengar bisikan itu.

Bersyukur. Selama ini gue diberi kesempatan untuk mengenal banyak orang diberbagai daerah. Gue sangat bersyukur disediakan banyak macam kehidupan untuk gue pahami dan belajar dari sana. Engga ada manusia yang sempurna, benar. Tapi, karena itulah Tuhan memberikan kita hidup kan? Hidup sebagai ruang takdir kita untuk berusaha menyempurnakan diri.

Gue ga ngerti kenapa tiba-tiba gue nulis note semacam ini. Tapi seperti nya gue perlu menyampaikan bisikan yang gue dengar tadi kepada siapapun yang membaca note ini. Bahwa lo itu berharga. Terlepas dari kelebihan dan kekurangan yang lo miliki. Hidup engga sekedar berbicara tentang dua sisi, seperti bagus-jelek, pintar-bodoh, ataupun sekedar hitam-putih. Hidup itu warna, lo bisa mencampurkan warna sesuka hati lo, tergantung gambar apa yang bakal lo lukis diatas kanvas hidup lo. Tuhan memberikan kanvas yang sama untuk setiap manusia. Putih. Tuhan juga memberikan jumlah warna cat yang sama. Tapi pada akhirnya, akan ada jutaan bahkan milyaran lukisan yang berbeda. Kenapa? Karena Tuhan memberikan bentuk harapan dan mimpi yang berbeda. Dan keindahan lukisan lo bergantung dengan diri lo sendiri. Semakin lo menganggap diri lo berharga, maka akan semakin berharga lukisan hidup lo. Untuk lo sendiri ataupun orang-orang disekitar lo yang mencintai lo.

12.58AM
Kamar-Yogyakarta
15-09-09

Tuesday, November 24, 2009

Hidup itu tentang memilih untuk melakukan atau tidak melakukan...


Kalau dibilang hidup adalah pilihan, mungkin gue yang bakal teriak paling keras "SETUJUUU!!" sambil ngacung paling tinggi.

karena hidup memang pilihan.

pilihan untuk melakukan atau tidak melakukan.

pilihan untuk menghargai atau tidak menghargai kehidupan.

pilihan untuk berjuang atau menyerah.

pilihan untuk memlih ataupun tidak memilih.

setidak nya hal ini yang gue rasakan saat ini. di banyak hal.

untuk diri gue sendiri dan hidup gue. gue berfikir, untuk maju atau hanya menunggu. disekeliling gue (untung nya) banyak orang-orang yang penuh dengan impian--orang-orang yang sangat yakin bisa merubah mimpi menjadi kenyataan. dan gue bersyukur.

banyak hal yang bisa gue pelajari dari mereka semua.

satu hal yang gue sadari saat ini, bahwa semua tidak akan berlangsung selamanya. suatu saat gue pasti akan kehilangan satu persatu dari mereka, karena nya, gue harus belajar dan menangkap dengan cepat tentang bagaimana merubah mimpi menjadi kenyataan.

ketika gue memahami bahwa hidup adalah pilihan, maka hidup akan menjadi penuh dengan pertimbangan. dan terkadang banyak hal yang salah yang dijadikan pertimbangan untuk mengambil sebuah keputusan, pertimbangan bahwa kita tidak sebaik yang kita harapkan, padahal kita jauh lebih baik daripada yang kita impikan... hehheee... setidak nya itu yang gue rasakan sekarang.

dulu, gue sering banget ngerasa kalau gue bukan siapa-siapa, ga bisa ngelakuin apa-apa, yaah... intinya im not special enough... tapi...

setelah gue mencoba membuka diri dan mengenal lebih banyak orang,,,
gue seperti mendapatkan kan sebuah cermin yang bisa menampakan siapa wujud gue dengan sangat objektif. semoga.

gitu juga buat lo. siapapun diri kita, harus yakin bahwa Tuhan ga bakal pernah menciptakan sesuatu yang ga penting dan istimewa. dan perlu diingat bahwa kita semua adalah indah. menjadi indah ditempat yang berbeda tentu nya... seperti kaktus di padang pasir, karang ditengah laut dan jati di tengah hutan hujan.

hidup adalah pilihan...
akan menjadi hidup yang indah ketika kita memilih

untuk melakukan sesuatu

untuk menghargai kehidupan.

untuk terus berjuang.

dan untuk memilih sesuatu yang seharus nya dipilih.

memahami untuk mewarnai hidup


pernahkah ada seorang manusia yang mencoba untuk menghitung luas dan lebar tiap jengkal dimensi kehidupan? adakah seseorang yang mampu melihat batas-batas hidup yang nantinya bertemu dalam satu titik, sudut kehidupan.

satu titik dimana itu menjadi batas atas harapan dan kenyataan, batas senyum dan air mata, batas cinta dan benci.

tidak ada, saya fikir.

tidak ada seorangpun yang mampu mengukurnya, bahkan melihatnya. bahwa tidak ada batas-batas yang menjadikan 'suatu hal' dalam kehidupan itu menjadi 'sebatas ini' atau 'cukup sebatas ini' karena ketika kita mempercayai, menginginkan, dan mensyukuri, TUHAN akan memberikan apa yang disebut dengan 'anugrah' tanpa batas.

Hidup adalah alur... bukan ruang...

hidup itu mengalir, bukan hanya sekedar memenuhi wadah yang pada akhirnya meluap menjadi hal yang sia-sia--hidup tidak akan pernah menjadi sisa-sia--apapun yang kita lewati, saya percaya itu.

bahwa hidup adalah sebuah cerita,akan ada halaman-halaman yang bercerita tentang suatu hal yang mennyenangkan, dan halaman lain menceritakan suatu hal yang menyakitkan. bab 1 tentang senyuman dan bab 2 tentang kesedihan, begitu seterusnya. halaman demi halaman, bab demi bab kehidupan perlu ditulis dengan ribuan 'rasa' yang pernah dirasakan manusia.

ada saat nya kita bermimpi, berharap, dan menerima kenyataan.

ada saat nya kita menangis, menyeka air mata, dan tersenyum.

ada saat nyan kita jatuh, bankit dan akhirnya berlari.

dan sekarang saat nya kita memaknai hidup itu sendiri. dengan 'warna rasa' yang akan kita pilih dengan sendirinya. menjadi pelangi. atau sekedar mewarnai.


-tulisan iseng-

Percakapan Laki-laki dan Perempuan


terkadang, ada sekat yang sangat tebal ketika otak lelaki dan perempuan disandingkan,,,

tentang hal yang terlalu sulit dipaparkan dengan logika...

tentang hal yang tidak cukup tepat hanya dijamah oleh perasaan...


suatu hal yang pernah membuat gue berhenti, untuk berfikir, mengapa antara perempuan dan lelaki begitu 'aneh' untuk mereka saling memahami satu sama lain, sampai akhirnya gue mengalami sebuah percakapan dengan seseorang (laki-laki) dan gue mulai 'sedikit' memahami perbedaan itu...

L: Gue bingung, kenapa perempuan itu plin-plan banget sih? tinggal bilang alasan nya apa,dan semuanya bisa selesai!

P: Ga semua bisa dijelasin dengan kata-kata, terkadang beberapa hal memaksa perempuan untuk sekedar mengatakan 'kesimpulan' tanpa disertai penjelasan... dan ga selama nya posisi itu menjadi salah kan?

L: tapi, hal yang kaya gitu cuma ngebuat sesuatu ga jelas!

P: ketika bicara soal perasaan (cinta) apakah itu menjadi hal yang jelas?

L: dalam suatu hubungan, mutlak diperlukan kejelasan... BTW, menurut lo, cewek gue gimana? apakah menjadi benar ketika ia nolak gue, terus nerima gue, dan sekarang dia minta putus! siapa sekarang yang jadi 'pemain' nya?

P: dia pasti punya alasan.

L: dia ga pernah memberikan alasan.

P: tidak memberikan, bukan berarti dia tidak punya.

L: untuk apa alasan ketika tidak disampaikan??

P: Karena ini bukan alasan teoritik yang cukup dengan logika untuk menelaah nya!

L: Lagi-lagi perasaan...

P: apa yang salah dengan perasaan? gue pernah ada di posisi seperti cewek lo, dan jangan pernah berfikir dengan logika lo, kalau gue atau perempuan yang lain ingin berada di posisi itu..
posisi dimana gue merasa ga punya kemampuan untuk menjelaskan, posisi dimana yang gue lakuin bukan semata-mata untuk 'keegoisan' gue, posisi dimana gue menjadi seorang 'penjahat' yang tak termaafkan hanya karena gue tidak bisa memberi penjelasan!!

L: Apa susah nya ngomong?! lo sakit dan cowok lo sakit kan akhir nya?

P: pernah berfikir perbedaan antara sakit, tersakiti, dan menyakiti? gue tau dia akan ngerasa sakit karena gue tlah tega menyakiti dia, dan yang dia tau dia tersakiti. tapi perempuan akan lebih pintar dalam menghitung, berapa lama sakit itu akan hilang,, dan itu yang jarang bahkan hampir tak pernah laki-laki perhitungkan...

L: laki-laki jauh lebih kuat dibanding apa yang perempuan fikirkan!

P: Tapi tak pernah sepintar perempuan yang tak pernah terfikirkan oleh laki-laki.

L: lalu kenapa perempuan lebih memilih untuk diam tak menjelaskan? kalau alasannya hanya 'perasaan', terlalu sulit untuk diterima.

P: Karena cinta adalah keterikatan antara hati, bukan keterikatan mulut yang butuh penjelasan verbal... sekarang, gue tanya ma lo,, apa yang lo tau dan bisa lo jelasin dari cinta?

L: ... mm... yaa... ga bisa dijelasiin laaah!!

P: ^^,
ketika lo menemukan seseorang, dan hati lo bisa merasakan 'sesuatu' tanpa lo tau apa alasan nya,
karena nya membuat lo 'melakukan sesuatu' tanpa lo tau apa alasan nya,
dan suatu hal yang membuat lo tersenyum tanpa tau apa alasan nya,
coba lo tanya ma logika lo, munkin kah itu cinta?

L: (^^,)!!

P: karena sesungguhnya, mencintai itu harus dengan ketulusan... dan tidak perlu alasan untuk mencintai dengan tulus...

Saturday, November 21, 2009

CATATAN DITENGAH MALAM



Gue sangat percaya bahwa hidup adalah berkah, rahmat dan apapun istilahnya untuk mengatakan bahwa setiap kehidupan itu indah. Menurut gue, hidup tidak hanya berbicara tentang benar dan salah, hitam dan putih atau baik dan buruk, tidak, hidup tidak sesederhana itu. Oleh karenanya lah kita diberkahi oleh hati nurani dan logika untuk bisa menerima keberagaman pemikiran tentang tiga hal diatas untuk tidak egois mengatakan “gue yang paling benar” dan berakhir dengan mendeskriditkan orang lain yang memiliki penilaian yang berbeda dengan kita. Ada beberapa orang yang menitik beratkan kehidupan dunia dengan bekerja keras dan melakukan kehidupan yang menurut mereka benar, Tidak salah.
Ada beberapa orang yang menitik beratkan kehidupan akhirat walau mereka mengatakan segala sesuatu harus seimbang dan mereka langkahkan kaki mereka dari setiap ajaran yang diajarkan dalam agama mereka, juga tidak salah.
Kita harus sadar, setiap manusia punya jalan fikiran masing-masing untuk menentukan jalan hidup mereka. Menjadi orang yang baik ataupun menjadi orang yang jahat akan selalu ada alasan dibelakangnya, dan jangan pernah menyalahkan atau membenarkan ketika kita tidak atau belum memahami tentang alasan itu.
Gue bisa mengatakan seperti ini karena gue pernah ngerasain gimana sakit nya ketika seseorang yang menurut gue sangat-tidak-berhak-untuk-menilai-gue mengatakan kalau gue bukanlah (katakan saja) golongan orang baik hanya karena gue tidak berpenampilan seperti mereka. Siapa yang peduli dengan penampilan? Hanya orang berotak minimalis yang memberikan justifikasi hanya sebatas dari penampilan!! Itu yang dulu terbersit dalam fikiran gue, namun semakin gue dewasa gue mendapatkan ‘pesan’ apa yang ingin Tuhan bisikan pada gue dari kejadian tadi, bahwa apa yang dilakukan orang yang-sangat-tidak-berhak-untuk-menilai-gue itu tadi jangan sampai gue lakukan ke orang lain. Bahwa setiap manusia harus bisa menghargai pilihan hidup orang lain. Mengingatkan memang adalah suatu hal ‘menjadi kewajiban’ ketika kita tahu apa yang benar, tapi gue yakin ada seribu cara untuk menyampaikan kebenaran dan seribu cara untuk mengingatkan tanpa sebuah ke-akuan yang kuat, tanpa penjustifikasian yang pada akhirnya menyakitkan bagi orang yang diingatkan. Mengapa? Karena kita pun bukan mahkluk yang memiliki kebenaran yang mutlak! Tuhan menciptakan manusia berbeda-beda untuk saling mengisi bukan untuk saling menyegmentasi dengan idealisme masing-masing pribadi atau golongan. Entahlah, tapi menurut gue tidak ada manusia yang paling pintar atau lebih pintar. Karena selama ini gue banyak belajar dari beragam macam orang yang banyak dinilai oleh orang lain kalau mereka tidak pintar. Salah!! Semua orang punya kepandaian di tempatnya masing-masing dan memiliki kekuarangan di tempatnya masing-masing, jadi tidak ada alasan untuk mengatakan kalau ‘gue lebih pinter daripada lo’ dan menjadi pembenar bagi kita untuk mendikte kehidupan orang disekitar kita karena mereka menjalani hidup dengan cara yang berbeda dengan kita. Jangan. Karena dengan seperti itu, kita menutup kesempatan kita untuk belajar dari kehidupan orang lain.

Entahlah, kenapa tiba-tiba gue menulis catatan seperti ini. Mungkin, ada semacam ketakutan apa yang gue rasakan dengan si orang-yang-sangat-tidak-berhak-untuk-menilai-gue itu terulang kembali.


Yogyakarta, 4 agustus 12.59AM

Menggambarkan Cinta dengan Kapal dan Ombak



Kapal...

Mungkin aku seperti kapal,

Namun bukan kapal yang hanya akan mengikuti arah angin dan gelombang air laut. Bukan.

Perasaan ini, seperti kapal yang sedang berlayar di lautan. Seperti tidak akan pernah diketahui kemana sang ombak akan membawa kapal yang ada diatas nya. Kadang, ombak membawa kapal ke tempat tujuan sesungguhnya, namun terkadang ombak pula yang mengkaramkan sang kapal.

Sama seperti perasaan cinta. Cinta yang tumbuh antara seorang adam dan hawa. Siapapun, entah adam ataupun hawa pasti ingin menemukan cinta sejati untuk hidupnya. Sekali seumur hidupnya. Namun terkadang dua mahkluk ini hanya tersesat dalam perasaan-perasaan sesaat mereka. Mereka tidak menemukan cinta, namun mereka jatuh dan menyalahkan cinta.

Kalau boleh aku menggambarkan bahwa sosok wanita itu seperti kapal, dan sosok lelaki itu seperti ombak. Apakah ombak itu akan membantu (atau bahkan) membawa sang kapal ketempat tujuan, atau mungkin hanya akan mengombang-ambingkan nya di tengah lautan hingga akhirnya sang kapal karam?

Maaf harus menggunakan istilah ini, namun wanita yang bodoh hanya akan digambarkan dalam bentuk kapal tanpa layar. Kapal yang sangat percaya bahwa ombak akan membawanya ke suatu tempat yang indah untuk berlabuh. Kepercayaan ini mungkin saja terjadi, namun ’lebih mungkin’ untuk tidak terjadi. Wanita yang bodoh hanya akan memasrahkan semua nya kepada lelaki yang ia percaya tanpa ia tahu kemana lelaki itu akan membawanya. Dan pada akhirnya, lahir sebuah kemungkinan; hati sang wanita itu akan karam di tangan lelaki yang tidak mempunyai pendirian.

Dan cobalah untuk menjadi seperti ini,

Wanita yang tangguh akan membentuk dirinya seperti kapal dengan layar yang dikemudikan oleh nahkoda yang pintar. Nahkoda yang sangat paham kapan sang kapal harus mengikuti tiupan angin, gelombang ombak, atau mungkin tidak mengikuti keduanya.

Kapal adalah wanita

Ombak adalah lelaki

Hembusan angin adalah kondisi

Dan nahkoda adalah hati nurani dan fikiran.

Kemanapun ombak beriak, kemanapun angin berhembus, arah kapal tetap akan dipegang oleh nahkoda yang sangat paham kemana ia akan melabuhkan kapalnya. Nahkoda yang tangguh tak sekedar pintar, namun ia berani untuk mengambil resiko atas keputusan yang ia pilih, dan akhirnya bertanggung jawab untuk tidak menyesal diakhir keputusannya. Ketika harus menerjang ombak maka terjanglah, ketika angin tak memihak kearah tujuan maka turunkan layar dan bergeraklah untuk terus berjalan menuju tujuan.

Berkaca kepada pengalaman; bahwa semesta tak selamanya memihak kepada keinginan manusia. Bukan karena apa-apa, hanya karena keinginan manusia terkadang tak lebih dari sebuah keegoisan. Kegoisan untuk membahagiakan dirinya sendiri, keegoisan untuk menyamankan dirinya sendiri, keegoisan untuk menyalahkan selain dirinya ketika keinginan itu tak terlaksanakan.

Berbicara tentang cinta, hidup terkadang memberi pilihan: mencintai atau dicintai, namun sebenarnya manusialah yang akhirnya memilih untuk memilih salah satu dari pilhan itu atau menciptakan pilhan baru : mencintai untuk dicintai, mencintai dan dicintai atau mungkin dicintai orang yang mencintai kita dan kita cintai....

Percayalah ; Tuhan menciptakan manusia dengan cinta dan dihidupkan untuk saling mencintai satu sama lain. Ketulusan akan dibalas dengan ketulusan, ketika kamu mencintai dengan tulus—maka darimanapun itu berasal—cinta tulus itu akan kembali kepada mu. Percaya lah. (^o^)V

Friday, November 13, 2009

Dongeng Langit

Hidup itu cerita, manusia bisa mengubah hidup mereka menjadi peristiwa, drama, lelucon jenaka ataupun dongeng.

gue memilih untuk mengubah hidup gue menjadi sebuah dongeng, dimana selalu ada harapan bahwa setiap cerita yang gue jalanin akan berakhir bahagia... bahwa selalu ada pelajaran yang bisa gue pahami dan gue pelajari dalam setiap tawa dan air mata yang mengisi hidup gue, semoga.