Saturday, February 28, 2015

11 Jam Perjalanan Pulang

11 Jam Perjalanan Pulang

28 Februari, 2015. Pukul 05.00, saat itu.

Saya akhirnya mebulatkan tekad, saatnya keluar dari zona nyaman. Sekarang, atau tidak sama sekali.

Tulisan ini mungkin akan menjadi tulisan yang super tidak penting bagi kalian yang akan membaca. Peringatan ini semacam kesempatan bagi kalian untuk tidak melanjutkan membaca tulisan ini hingga selesai. Tapi jika kalian tetap ingin membacanya, saya bisa apa.

===

05.20 angka digital yang tertera di jam tangan saya. Suasana masih gelap. Jalanan komplek masih sepi. Saya berharap di ujung jalan ada ojek. Harapan saya kosong, ternyata tidak ada ojek. Dan saya mulai ragu untuk melangkahkan kaki keluar pagar, ‘apa gue telefon taksi aja ya kaya biasa?’, membatin.

Tidak. Itu keputusannya.

Saya membuka pagar rumah, dan melangkah sendirian di tengah komplek yang masih gelap dan sepi. Takut? Iya. Tapi, mari berpikir lebih tenang, ini sudah pukul 05.30 di depan komplek pasti aktivitas pagi sudah dimulai, ‘santai, semuanya pasti lancar!’ kata saya kepada diri saya sendiri. alhamdulillah, belokan pertama, saya melihat satu ojek sedang ngetem.

05.30. Stasiun Cakung. Saya tersenyum lebar, akhirnya sampai juga ditujuan pertama saya.

“Mbak beli tiket ke Pasar Senen ya”
Mbak dari balik loket hanya mengangguk, dengan cekatan ia menyiapkan kembalian.

“Mbak, kalau mau ke Pasar Senen pas transit di Jatinegara saya harus pindah jalur berapa ya?”
“Hmmm... kalau enggak jalur tiga jalur empat, mbak, tapi coba nanti ditanyakan saja sama petugas kereta di sana” jawab mbaknya ramah.
“Oke, Terimakasih ya, Mbak” tiga kali lebih ramah. Ehhehe.

05.48. Commuterline dari Bekasi datang. Tempat duduk banyak yang kosong. Ini hari sabtu. Dan saya masih senyum-senyum sendiri di dalam kereta ini. Bangga.

06. 10. Stasiun Jatinegara. Dua sisi pintu sama-sama terbuka, saya bingung harus keluar di sisi pintu sebelah mana. Beberapa orang yang turun dari sisi sebelah kiri langsung memasuki Commuterline yang terparkir tepat di sebelah commuterline tempat saya berdiri sekarang. Di pintu sebelah kanan menuju ke peron jalur satu. Saya (mulai) panik. Commuterline yang saya naiki sudah bersiap untuk melaju lagi. Baiklah, saya putuskan untuk turun dari sisi kiri. Menuju ke arah commuterline yang sedang terparkir tadi. Kemudian keluar lagi. Kemudian (untungnya) ada seorang bapak-bapak berteriak dari jauh, “Adek mau kemana?” (asik! Udah lama enggak dipanggil adek! Hahaha, oke lupakan), sepertinya kepanikan dan kebingungan saya terlihat jelas bahkan dari jauh.

“Mau ke Pasar Senen, Pak!” balas saya.

“Naik kereta yang di belakang kamu!”

Saya menunju commuterline di belakang saya. Memastikan.

“Iya! Masuk kereta itu, dek!”

Akhirnya saya masuk ke kereta itu dan untungnya ada petugas yang lewat. Maka dengan sigap saya berlari menghampiri petugas kereta tersebut dengan semangat 45, karena telat sedikit saya bisa terbawa oleh kereta yang salah.
“Pak! Ini kereta ke Pasar Senen?” saya sadar petugas kereta agak kaget tiba-tiba disamperin dengan cara yang agak tidak biasa. Habis gimana, saya panik.
“Iya... ini ke Pasar Senen...”

Dan entah kenapa tiba-tiba seolah keluar cahaya dari belakang tubuh si petugas kereta ini... mata saya berbinar, suasana haru menyelimuti hati saya. saya tidak salah naik keretaaaa!!
Belum sempat saya keluar untuk mengucapkan terimakasih kepada bapak-bapak yang tadi teriak, pintu KRL sudah tertutup. Yasudahlah semoga Tuhan yang membalas kebaikan bapak-bapak tadi.

06.15. Di dalam Commuterline menuju Pasar Senen. Saya lega. (masih) Senyum-senyum sendiri.

06.25. Stasiun Pasar Senen.
Saya berjalan lega. Benar-benar lega. Saya sudah sampai pada tujuan kedua saya. ‘tinggal cetak tiket dan saya bisa duduk manis menunggu kereta ke Jogja’. Aaaah senang!

06.30. (di luar perkiraan) Antrian panjang di mesin cetak (tiket kereta) mandiri. Saya tersenyum. Saya masih punya banyak waktu untuk sampai ke antrian depan. Sampai akhirnya...

Saya sudah di barisan kedua dari salah satu mesin cetak mandiri di situ. Kemudian datang petugas KAI yang minta pengertian untuk penumpang selain tegal express dan gadjahwong untuk mempersilahkan terlebih dahulu para penumpang dua kereta itu untuk menyetak tiket karena keretanya sudah mau berangkat.
Saya melihat jam tangan, masih 45 menit lagi jadwal kereta saya. saya tidak keberatan. Sayangnya, mesin yang digunakan hanya mesin tempat antrian saya. padahal masih ada tiga mesin lagi yang bisa dipergunakan. Saya masih diam mempersilahkan, hingga akhirnya, mulai terdengar keributan di belakang saya.

“Pak! Kok jadi enggak adil gini sih? kasian dong yang udah antri dari tadi?!”

Saya masih diam. Berpikir, ‘iya juga sih’.

Kemudian mbak-mbak di samping saya yang merupakan penumpang tegal ekspres membalas, “tolong lah pengertiannya,, kareta kami berangkat lima menit lagi,, sabar sebentar kan enggak apa-apa”

Saya, manusia yang berdiri hanya dua baris lagi dari mesin cetak mandiri masih diam dan membatin, ‘iya juga, kasian kalau mereka sampai ketinggalan kereta’.

Kemudian mas-mas di belakang saya menepuk pundak saya, “Mbak, udah maju aja, kalau mbaknya enggak maju, kasian yang lain juga enggak maju2! Salah sendiri mereka udah tahu kereta jam segitu, harusnya datang lebih pagi”

Gue mikir, ‘iyaa bener juga sih!’.
Belum sempat gue jawab, datang lagi another penumpang Tegal express dan Gadjahwong, minta didahulukan. Kondisi mulai kacau, dan petugas KAI juga agak kebingungan. Sampai akhirnya....

Saya (refleks) maju ke depan nepuk pundak petugas KAI, dan di situ ada beberapa petugas keamanannya juga.

“Mas... kereta saya masih 45 menit lagi, saya enggak keberatan untuk ngasih kesempatan penumpang Tegal Express dan Gadjah wong duluan. Tapi kalau bisa jangan semua penumpang dua kereta itu ditumpuk di satu mesin ini aja. Kasian yang antri di barisan ini, enggak maju-maju”

“Jadi gimana, mbak enaknya?” salah satu petugas bertanya kepada saya.
“Di sini kan ada empat mesin, dispensasi antrian buat penumpang Tegal Express sama Gadjahwong jangan dipusatin di satu mesin ini aja, mas! Antrian dimundurin dulu untuk semua mesin terus diganti untuk penumpang dua kereta tadi, jadinya juga lebih cepat dan yang nunggu enggak Cuma satu barisan ini doang. Enggak adil dong, mesin yang lainnya penumpang lain bisa nyetak sesuai antrian, masa kami yang antri di mesin ini harus nunggu sampai mempet jadwal keberangkatan kami?”

Akhirnya masukan saya diterima, antrian untuk penumpang dua kereta tadi dibagi menjadi empat mesin. Sehingga dalam waktu beberapa menit antrian barisan saya mulai berkurang, dan tiket saya diprintkan oleh petugas KAI. Kemudian saya menghampiri mas-mas yang tadi berdiri di belakang saya,

“Mas maaf ya... jadi nunggu lama, habisnya kasian juga kalau mereka ketinggalan kereta” ujar saya sok-akrab-seperti-biasa-nya.
“Enggak apa-apa mbak yang penting antriannya sudah jalan lagi, masalahnya kasian juga mbak kalau yang udah antri di belakang harus nunggu lama Cuma gara-gara mereka yang datengnya kesiangan.”
“Iya sih mas, bener juga. yaudah mas, saya permisi dulu, makasih ya mas buat pengertiannya”
“sama-sama, mbak” kali ini suara masnya jauh lebih ramah dari sebelumnya.

Dan akhirnya saya keluar dari antrian yang cukup membuat badan saya penuh peluh karena gerah dan karena selain pengap, saya juga sempat panik.

Novi teman saya sudah berdiri di ujung antrian. Fuuuh... entah kenapa saya 3x lebih lega dari rasa sebelumnya. Setidaknya saya punya cukup waktu untuk menghandle kondisi tak terduga seperti tadi. Masih ada 30 menit sebelum kereta saya berangkat membawa saya kembali ke Jogjakarta.

Kali ini tulisan saya berhenti sejenak sampai di sini.

Entah pukul berapa, saya sudah di atas kereta memandang hamparan hijau dari bingkai jendela. Novi tertidur di samping saya. Kereta melaju menuju Yogyakarta. Saya tersenyum puas. Bangga dengan apa yang sudah saya kerjakan di awal hari tadi hingga saat ini.

Seperti yang saya ceritakan di awal, tulisan ini tentang hal yang sangat sederhana. Tentang perjalanan pertama saya ke Pasarsenen di pagi hari menggunakan commuterline. Buat kalian mungkin sangat sederhana atau bahkan tidak penting, tapi ini cerita tersendiri untuk saya, yang memberikan pemahaman baru dalam hidup saya.

Tepat malam kemarin ibu menelfon, apakah saya sudah memesan taksi untuk hari ini menuju Pasarsenen, saya jawab belum. Saya bilang ke ibu bahwa saya mau mencoba ke Pasarsenen dengan naik KRL. Lalu ibu bertanya, apakah saya yakin, saya jawab tidak. Tapi, kalau saya tidak pernah mencoba dari mana saya tahu dan kemudian yakin bahwa saya bisa?

Ibu kemudian bertanya, kenapa mau naik KRL, kenapa tidak taksi saja mengingat saya harus pergi di pagi buta saat suasana masih gelap, kalau duit kurang ibu sudah menyiapkan duit kas di laci. Kemudian saya menjawan bahwa saya ingin mencoba, saya ingin tahu bagaimana rasanya, saya ingin tahu bagaimana caranya dan di dalam hati, sebenarnya saya ingin tahu apa saya bisa melakukannya atau tidak.

Ibu mengizinkan. Ibu paham bagaimana watak anak bungsunya. Sama halnya saat saya pertama kali minta izin untuk naik gunung padahal saya tidak punya pengalaman naik gunung sebelumnya, yang saya punya justru penyakit asma yang bisa kambuh kapan saja. Tapi saat itu ibu tetap mengizinkan saya naik gunung karena ibu tahu, saya tidak jauh berbeda dengan dirinya saat muda yang ingin tahu dan ingin mencoba banyak hal dengan satu tujuan: untuk tahu seberapa kuat saya bisa bertahan.

Saya tersenyum lebar. Hari ini saya bisa memuaskan diri saya sendiri. saya puas akhirnya bisa membuktikan kepada diri saya sendiri bahwa hari ini saya bisa berkompromi dengan rasa takut untuk berjalan sendiri di tengah subuh yang masih gelap untuk mencari ojek, alhamdulillah saya ketemu Pak Ruslan, bapak ojek tua yang super ramah.

Saya puas karena pagi ini saya bisa menaklukan kepanikan dan kebingungan saya, alhamdulillah ada bapak-bapak yang entah siapa yang memberi petunjuk kereta mana yang harus saya naiki.

Saya senang karena pada akhirnya—walau-sedikit-lama—bisa memberikan masukan dan solusi di tengah kondisi yang sedikit kacau saat di mesin cetak mandiri, alhamdulillah tidak ada yang terpancing emosi di situ.

Dan pada akhirnya, saya bahagia, kelak saya punya cerita yang bisa dibagikan kepada anak dan cucu saya bahwa dulu saya pernah melakukan ini semua dalam rangka keluar dari zona nyaman saya. ini hal kecil, saya tahu ini hal kecil. Tapi bukankah sebuah perjalanan yang panjang selalu dimulai dengan sebuah langkah yang tidak peduli seberapa lebar langkah tersebut?


Setidaknya hari ini saya berhasil memaksakan diri saya untuk melakukan hal yang benar bukan hal yang mudah.

Hal yang benar, karena pada akhirnya saya tahu proses ini membuat saya lebih yakin pada diri saya sendiri bahwa saya yang hobi nyasar dan mudah panikan bisa sampai ke tujuan dengan selamat sentosa! haahahha

Hal yang benar, karena pada akhirnya saya tahu proses ini membuat saya bisa lebih menghargai setiap rupiah yang saya miliki dan berpikir bersyukurlah kita yang tidak menggantungkan kemudahan hidup kepada uang.

Hari ini saya paham, mungkin benar uang bisa memudahkan banyak hal, tapi tidak dengan proses pendewasaan—karena pada akhirnya itu adalah pilihan yang kita buat sendiri.

Seperti yang dikatakan oleh entah siapa di dalam sebuah petikan tulisan: Kita tidak akan pernah mendapatkan hal yang baru jika kita terus melakukan banyak hal dengan cara yang sama.

Jadi, jika ada kesempatan yang bisa menantang kemampuan kita untuk semakin berkembang, lakukan!

Pukul 15.30. Stasiun Tugu Yogyakarta. Perjalanan hampir selesai.

Pukul 16.00. I’m home.


Setiap orang, mungkin, punya hasrat untuk membuktikan, menunjukan dan meyakinkan kepada orang lain akan kemampuan yang dimilikinya. Tentang hasrat dan kebanggan untuk mendapatkan pengakuan seseorang atas kemampuannya.

Siapa orang yang paling ingin kalian puaskan atas kemampuan yang kalian miliki?

Siapa orang yang bisa memuaskan hasrat kalian jika kalian berhasil menunjukan bahwa kalian bisa melakukan suatu hal yang mereka ragu kalian akan berhasil melakukannya?

Siapa?

Dalam hidup saya, seseorang yang paling ingin saya puaskan atas segala hal yang saya usahakan adalah diri saya sendiri.

Dan hari ini, saya berhasil membuktikan kepada diri sendiri bahwa saya bisa!

(Duh gila ya,,, ke Pasarsenen naik KRL sendirian aja udah sebahagia ini perasaan gue)

Semoga, kalian yang memilih untuk menamatkan tulisan ini tidak merasa menyesal menghabiskan sedikit waktu untuk membaca tulisan sesederhana ini. Tapi mungkin bisa menjadi pertimbangan dan masukan bagi kalian, bahwa semua selalu berawal dari hal yang paling sederhana. Jika kalian bisa menghargai kesederhanaan, mungkin kita akan terbiasa untuk merasa bahagia dengan lebih sederhana juga. Sekali lagi, semoga. :)

Tuesday, February 17, 2015

WHEN SOMEONE LOVES YOU


Ali Bin Abi Thalib pernah berkata,”never explain yourself to anyone, because the one who likes you you wouldn’t need it, and the ones who dislikes like you wouldn’t believe it.”, couldn't more agree!!

Kita tidak perlu menjelaskan kepada semua orang tentang siapa diri kita. Seseorang yang benar-benar peduli akan selalu menemukan jalan untuk mengerti, bahkan beberapa orang telah diciptakan Tuhan untuk mengerti diri kita effortless. We can understand each other, even there’s no words.

Seperti saat seorang sahabat yang tetap bertanya “apakah kamu baik-baik saja?” walau kita sedang tertawa begitu keras. Atau saat seseorang ibu yang memeluk anaknya tiba-tiba sambil berkata “semuanya akan baik-baik saja”. Atau saat seseorang menggemgam tangan kita dan bilang, “jangan takut aku di sini”.


Mereka adalah orang-orang yang mengerti kita walau kita tidak menjelaskan sepatah katapun tentang apa yang kita rasakan, apa yang kita inginkan ataupun butuhkan, dan bahkan mereka tetap mengerti kita saat kita mencoba menipu diri kita sendiri. Dan mereka ada.

Ajaib. Terkadang saya berpikir dunia ini penuh keajaiban yang lebih sering kita ingkari. Entah karena takut terdengar seperti naif atau kita yang lebih sibuk menghitung harapan yang gagal diwujudkan dan memilih untuk tidak lagi percaya dengan keajaiban? Kemudian kita lupa bahwa ada hal-hal indah yang tidak kita minta tapi tetap diberikan oleh Tuhan dan alam semesta. Maka mari kita berfokus untuk bersyukur atas mereka yang mencintai dan TETAP MEMILIH untuk mencintai kita hingga detik ini.

Dan bagaimana untuk mereka yang memilih untuk meninggalkan kita? Just let them go.

Seseorang tetap berada di sisi kita maupun seseorang yang pada akhirnya pergi meninggalkan kita, semuanya adalah pilihan mereka. Kita tidak punya kuasa untuk tetap menahan seseorang ataupun siapapun untuk tetap dalam hidup kita. Karena saya percaya, setiap orang memiliki rumahnya masing-masing untuk di tuju. Kita bisa menjadi seperti rumah bagi seseorang, bisa jadi juga tidak.

Kita tidak pernah bisa memaksa seseorang untuk tetap tinggal, karena mungkin kita bukan rumah sebagai tujuan dia datang. Karena mungkin kita bukan orang yang sedang dicari. Jadi biarkan siapapun yang ingin pergi untuk pergi.
Saya selalu senang ketika ada seorang teman yang tiba-tiba menghubungi saya saat ia tertimpa masalah. Seseorang teman yang lain berkata, “ah dia mah dateng kalau lagi ada masalah aja, coba pas lagi seneng-seneng, lupa sama kita”. Saya memiliki pandangan yang berbeda. Bagi saya, menjadi orang yang diingat seseorang saat ia bersedih jauh lebih membanggakan, mengapa? Karena itu artinya kita adalah orang yang ia andalakan untuk menolong kesedihannya. Dia menghubungi kita karena dia percaya kita bisa menolongnya atau paling tidak membuat dirinya merasa lebih baik. Dan itu sudah cukup bagi saya untuk merasa bahagia, karena ada saya sebagai tujuan dia untuk menghapus sedihnya.

Kenapa pada akhirnya saya menulis tulisan ini? Karena kemarin seorang teman menasihati saya untuk tidak terlalu mudah melepaskan dan mengiklaskan sesuatu dan seseorang. Katanya, adakalanya kita dituntut untuk berjuang mempertahankan. Kita hanya boleh ikhlas dan pasrah membiarkan seseorang itu pergi setelah kita tahu bahwa kita cukup melakukan usaha agar dia tetap bersama kita.

Ya. Apa yang dikatakannya tidak salah, tapi kemudian saya bertanya kepadanya, bagaimana saat perjuangan yang kita lakukan tidak pernah dianggap sebagai suatu perjuangan baginya? Dan dia membalas, “kalau begitu sudah benar untuk melepaskannya, karena setidaknya, kamu sudah tahu bahwa kamu sudha cukup berusaha mempertahankannya”.
Saat ada orang-orang yang sangat mengerti diri kita tanpa sepatah kata yang kita ucapkan, Tuhan juga menyiptakan orang-orang yang sangat bisa menghargai diri kita atas hal-hal kecil yang kita lakukan—itulah orang yang pantas untuk diperjuangkan (bagi saya).

Menyukai, menyayangi dan mencintai seseorang ataupun sesuatu seharusnya tidak sulit—hanya karena kita menginginkannya. Dan melakukan hal yang ingin kita lakukan seharusnya menyenangkan dan membuat kita merasa bahagia bukan? Jadi, saya bertanya kepada diri saya sendiri, saat saya berada atau bersama seseorang, saya akan bertanya kepada diri saya, “apakah saya bahagia?” jika ya, maka saya akan bersyukur dan berjanji akan terus mempertahankan agar orang-orang ini akan tetap berada di dekat saya. Jika tidak, maka akan saya lepaskan. Kehilangan tidak lebih buruk dibanding dengan memaksakan diri untuk berada di sekitar orang-orang yang tidak membuat kita nyaman.

Bukankah hidup harusnya dihargai?

Dihargai dengan merasa bahagia.

Mengutip tulisan adik angkatan saya yang juga pujangga cinta, Jay Dewar:

“Tak ada yang lebih baik selain dua orang yang bertemu karena saling menemukan. Sama-sama berhenti karena telah selesai mencari. Tak akan ada yang pergi, sebab tahu bagaimana sulitnya mencari

Dan saya sepakat; Kebersamaan itu adalah tentang “saling” dan “sama-sama”, bukan sekedar ada karena “mengejar dan dikejar”.
Saling memperjuangkan dan sama-sama mempertahankan.


Tuesday, February 10, 2015

MEMAHAMI

Kalian tahu mengapa perempuan diciptakan rumit? mungkin karena Tuhan menciptakan laki-laki dengan kepintaran yang lebih. Perempuan itu seperrti teka-teki, dan tiap-tiap mereka memiliki tingkat kesulitan yang berbeda, maka berbeda pulalah laki-laki yang bisa menjawab teka-teki itu.

Itu kenapa tidak semua laki-laki bisa menaklukan seorang perempuan, dan tidak semua perempuan terasa menarik untuk ditaklukan oleh seorang lelaki.

hal terpenting yang harus dilakukan wanita dalam mencari pasangan adalah menjai dirinya sendiri. memperkenalkan kerumitannya dengan apa adanya agar kemudian laki-laki yang tepatlah yang akan mengerti dirinya
jadi seharusnya laki-laki yang mengaku jatuh cinta kepada wanita, tidak pernah mengatakan bahwa wanita terlalu rumit untuk dia mengerti.


*******************************

Wanita 1
“Lo pernah bilang ma gue, kalau soulmate itu kaya puzle. Sekilas mungkin ada beberapa bentuk yang sama, tapi pada akhinrnya hanya ada satu kepingan yang akan mengisi kepingan lainnya. Jadi diri lo apa adanya. Berbahagialah dengan segala kekurangan yang lo punya, karena akan ada laki-laki yang bisa sangat jatuh cinta dengan lo bahkan karena kekurangan yang lo punya itu”

Wanita 2
“Kalau kata kaka gue, seorang wanita yang merasa dirinya terlalu rumit harusnya berbahagia, karena dia hanya akan dimengerti oleh laki-laki yang pintar. Jangan terlalu sederhana jadi perempuan, apalagi berusaha menyederhanakan. Laki-laki butuh tantangan. Dan wanita yang standar-biasa-aja itu membosankan!”

Laki-laki 1
“Kami memang enggak ngebantah kalau fisik yang pertama kali kami perhatikan, tapi, pada akhirnya, kami juga nyari kenyamanan kok. Dan bentuk kenyamanan itu macem-macem. Ada laki-laki yang nyaman ketika wanitanya bisa diajak ngobrol serius, bercanda atau setema. Ada yang nyaman ketika wanitanya bisa menenangkan. Dan gue sebagai laki-laki juga harus mengakui, banyak juga cowok di luar sana yang nyaman kalau ceweknya ga banyak minta, bahkan kalau bisa dimintain, ya tapi buat gue sih itu jatohnya banci! Kalau lo macarin anak orang, ya lo usaha dong bisa nyenengin dia. Dan gue sih yakin sebenernya banyak cewek yang malah enggak nuntut macam-macem”

Wanita 3 –diam-

Wanita 2 ke Wanita 3
“Antena lo makanya dibenerin! Yang udah-udah kalau gue perhatiin, salahnya lo itu adalah kurang sensitif! Lo suka agak telat nyadarnya kalau lo lagi ada yang deketin!”

Wanita 3
“Kalau ada bengkel yang bisa benerin radar gue, udah dari kemaren gue masukin! Apa perlu gue nyoba ke ketok mejik?!”

Wanita 1
“Makanya sekarang mulai belajar lebih sensitif! Nih ya... kalau gue liatin yang bikin lo enggak sensitif itu karena lo keseringan denial kalau ada yang ngasih tahu lo lagi dideketin cowok!”

Wanita 3
“Enggak kok!”

Wanita 1
“Udeh lo diem aja dulu! Dengerin gue! Duduk anteng dulu lo. Sekarang gue tanya deh sama lo, kenapa sih lo harus sok-sok enggak mau ngaku kalau lo juga ngerasa lagi dideketin ma cowok?!”

Wanita 3
“Ya gue enggak mau keburu ke-GR-an aja, bray!”

Laki-laki 1
“Yaelah... dari jaman onta punuknya satu ampe onta punuk dua enggak berubah juga alasan lo, Kalau gitu, lo harus tingkatin ke-GR-an lo, GR dikit enggak apa-apa”

Wanita 3
“Apaan sih?! kayanya gue normal aja deh. Lagian kalau emang dia suka kenapa enggak langsung bilang aja sih?”

Laki-laki 1
“serba salah sih! kalau di-PDKT-in, lo nya lemot, giliran ada yang terang-terangan, lo katain norak! Lo tanya ma diri lo sendiri deh lo nyari cowok kaya gimana? At least mau di-PDKT-in kaya gimana?
“Oi! Cowok deketin cewek juga pake tak-tik kali!! Kami para cowok melakukan pendekatan terus kami nunggu sinyal, ni cewek suka juga ma gue?, gitu! Dan satu lagi ya, yang udah-udah kalau ada cwok yang deketin lo dan lo nya juga suka ma dia, lo tuh ngeresponnya datar banget!! Kaya ngasih lampu oren tau ga sih! cowoknya juga bakal bingung, mau maju apa mundur!”

Wanita 3
“Yaelaaaah apaan sih? emang mana yang salah sama respon gue? Udah bener juga! emang gue harus respon gimana?? Duh,,, gue enggak pengen jadi cewek norak kegatelan ya... ‘aku kangen sama kamu’ ogaaah gue... ogaaaah!!”

Laki-laki 1
“Ya enggak gitu jugaa kalii! dasar lo metromini 506, motong mulu kerjaannya! Dengerin ya... Gue tuh cowok ya,,, kalau dikasih respon macam lo kasih buat cowok yang udah-udah, gue juga sebagai cowok bakal bingung, ni cewek sebenernya nyaman ma gue sebagai temen doang apa gimana ya?, romantis enggak pernah, manja-manja juga enggak, mana kalau lo disuruh hubungin dia duluan aja susaaahnya minta ampun!”

Wanita 3
“Percayalah itu di luar kekuasaan gue!! Gue Cuma takut message yang gue kirim tu ngeganggu dia... lagian gue ga pinter nyusun kata!”

Wanita 2
“Lo emang ya! di suruh ngarang esai anti korupsi jaman Ospek lu juara, Jadi pemred kampus lo bisa, nyusun kalimat selamat pagi aja lo failed! Tuhan Maha Adil”

Wanita 3
“Solusi kaliiiii!!! Gue butuh solusi! Bukan penghakiman kaya gini!”

Laki-laki 2
“Yaudah, enggak papa. Jadi diri lo sendiri aja. Apa yang diomongin anak-anak itu emang bener sih, kadang cara lo ngerespon itu enggak jelas, lo mau apa enggak. Cuma, menurut gue itu bakal jadi tantangan tersediri buat para cowok yang mau kenal lo lebih deket. Gue boleh ya ngasih penilaian gue tentang lo?”

Wanita 3
“Boleh... jujur aja, enggak usah pake sensor. Gue orangnya selo!”

Laki-laki 1
“Emangnya lo blue film, pake acara sensor?! Orang macam lo mah cocoknya film boboho! apa kartun Arale si wajah besar... cuma kalau lo si hidup datar! hahahaha"


Wanita 3
“Tuh kan! Tuh kan! Ini nih! Ini niiiiiih!! Manusia macam ini yang mengikis kepercayaandiri gue! Yang mendoktrin gue kalau gue tuh Cuma bahan ketawaan!”

Laki-laki 2
“Udah-udah... tenang... jangan emosi. Boleh ya gue giliran ngomong?, Nih ya, gue sebagai temen lo yang atleast udah lima tahun lebih kenal sama lo. Bagi gue, enggak ada yang salah sama lo, sebagai cewek lo teman yang menyenangkan. Aura lo tuh nyenengin dan mungkin itu juga yang jadi alasan kenapa lo sering diisengin sama temen-temen yang lain. Karena lo itu enggak gampang marah, bahkan cenderung ngasih respon yang di luar dugaan, so kita makin seneng ngejahilin lo.

Wanita 1
“Nah berarti mulai sekarang lo dah ngerti kalau apa-apa yang keluar dari omongan temen-temen cowok lo kaya tadi itu Cuma bercanda, jangan dimasukin ke alam bawah sadar lo kalau lo beneran kaya pacarnya boboho, enggak lah, mendingan elo kemana-mana!!.

Laki-laki 2
“Bener!. Kedua, untuk beberapa hal lo tuh bisa sangat dewasa, mau lebih mengalah, mau lebih mendengarkan, plus lo selalu memberi respon yang bagus atas masalah yang kita share ke lo, dan itu nilai positif banget! Cuma terkadang mungkin sikap dewasa lo itu ada indikasi agak mengintimadasi para lelaki yang mau deketin lo,,, kaya minder gitu deh. Tapi inget! Ini nilai positif, terus seperti itu aja menurut gue, sekalian filter, biar laki-laki yang merasa pantas aja yang mau deketin lo.

“Ketiga, walau lo terkadang sangat dewasa, bijaksana dan kadang pemikiran lo terasa jauuh sangat tua!, tapi anehnya di waktu yang sama lo bisa sangat polos untuk memahami dan menerima suatu hal, lo ceroboh, dan suka ngelakuin hal-hal yang bikin kita yang liat dan denger ceritanya ketawa.

“Dan kadang yang gue tangkep, lo tuh ngerasa kalau lo sedang ditertawakan, padahal simpelnya, karena lo lucu! Bukan karena kami tidak berempati dengan kesedihan atau kemalangan yang sedang tertimpa sama lo. Lo sering bilang ma gue, ‘kenapa sih orang pada nahan tawa kalau gue lagi curhat sedih? Padahal gue butuh ditenangin, bukan diketawain, gue juga enggak mau ngelakuin hal bodoh kaya gitu, gue malu dan bla bla bla’, sekarang gini ya, lo cerita sama satpam yang jarang ketawa gih, lo cerita pas lo geplak orang dari belakang, terus lo narik-narik tasnya yang ujung-ujungnya ternyata lo salah orang?! Apalagi kalau lo lagi cerita itu full ekspresi, kalau tu satpam enggak ketawa, iris kuping gue! So,,, berhenti mengunderestimatekan diri lo. Semua hal yang lo anggap kekurangan selama ini justru hal yang menarik dan enggak semua wanita punya. Lo unik!”



Laki-laki 1
“ih bener banget tuh! kaya lo nendang gue pas gue ketawa dengerin lo curhat nabrak lemari kaca mading! Itu bukan karena gue ga simpati ma lo, Cuma gue ngebayangin aja gitu gimana respon orang-orang yang ngeliat cwek macam lo nabrak lemari kaca! Hahahaha”


Wanita 3
“bisa dilanjut aja enggak penilaiannya gue? Enggak usah diinget-inget lagi soal nabrak-nabrak begitu”

Wanita 2
“Percaya deh sama gue, bakal ada laki-laki yang akan memahami segala keunikan lo dan menerima lo apa adanya. Menerima kecerobohan lo, ketidaksensitifan lo dan hal lainnya. Karena dia bakal lebih melihat lo sebagai pendengar yang baik, lo sebagai orang yang sangat care dengan orang lain, lo sebagai orang yang menyenangkan dan selalu berpositif thinking, trust me! He is somewhere out there.”

Wanita 1
“Tapi ya... iyasih SE-MO-GA akan ada cowok yang jatuh bangun pantang menyerah dan sangat sabar untuk menerka-nerka kode morse dan sandi-sandi lo yang enggak jelas,, tapi apa salahnya sih kalau lo bisa lebih sensitif dan belajar buat lebih paham gimana ngasih feedback signal yang clear. Nih kadang ya... gue suka katawa-tawa aja ngeliat lo balesin komen di PATH, gue yakin ada beberapa tuh yang lagi ngincer lo, tapi lo balesnya lempeng aja... lempeng lo suka sok asik, Tapi sebenernya pasti enggak asik banget tuh buat tu cowok! hahahaha

Wanita 2
“Mana feeling lo cepet banget ilang udah kaya sinyal CDMA tau gak! ‘aku enggak suka ah sama dia habisnya dia gituuu,,, ngilfilin... , kalau yang itu aku enggak mau, habisnya gituu sih,,, enggak nyaman, kayanya semua ada aja cela-nya di mata lo! Kan cowok juga manusia, Ga ada yang sempurna!”

Wanita 1
“Kalau yang gue liat, sebenernya, gampang ilfil nya itu alasan yang dibuat-buat sama dia aja sebagai pembenar dan ngeyakinin dirinya sendiri kalau dia emang enggak suka dan enggak nyaman sama cowok. Buktinya dulu, jelas-jelas cowok yang ditaksir enggak banget, masih aja ditungguin ma dia. Untung keburu lo kemana dia kemana.”

Laki-laki 2
“Dia mah tipe yang harus klik aja sebenernya, Cuma suka ditutupi dengan banyak alasan yang bikin dia ribet sendiri! hahahah”

Wanita 2
Intinya, lo harus nyaman sama diri lo sendiri. lo harus yakin lo layak buat diperjuangin. Kadang suatu hal itu hanya menunggu waktu, bukan melulu karena ada hal yang salah. Kan jodoh di tangan Tuhan, sekarang tinggal berdoa aja yang kenceng biar si jodoh itu cowok yang baik.”

Laki-laki 1
“besok lagi kalau pembahasankita masih seputar kejombloan lo, fix, mending lo minta diodohin aja sama ortu lo!”

dan suara tawa mereka pecah malam itu.

Wednesday, February 4, 2015



Mungkin benar, ada banyak hal di dunia ini yang tidak perlu dimengerti secepatnya. Terkadang kita hanya harus menunggu dan membiarkan waktu memberikan ruang bagi pikiran kita untuk memahami hal-hal itu. Maka yang harus dilakukan saat ini adalah menerima
.
Saya percaya, Tuhan menciptakan beberapa hal saling bertolak belakang sesungguhnya agar memudahkan kita untuk mendefinisikan satu dan yang lainnya; seperti kita butuh merasakan sedih untuk menghargai kebahagiaan; kita butuh tahu bagaimana rasa pahit agar kita paham bagaimana manis; kita butuh tahu bagaimana dikecewakan agar kita bersyukur ketika kita dibahagiakan, dan seterusnya.

Tapi sering yang saya temukan adalah banyak orang yang mengeluh saat matahari bersinar terlalu terik, kemudian tetap mengeluh ketika hujan terlalu sering merintik. Apa mungkin ini karena kita yang terbiasa untuk menyalahkan banyak hal bahkan semua hal?

Yang saya tahu, sedih itu manusiawi. Kadang saya membiarkan hati saya mengakui bahwa saya sedang bersedih atau kecewa. Dan saya bersyukur, saya dikelilingi orang-orang yang selalu mengajarkan saya untuk bisa menghargai semua perasaan yang kita rasakan—dan kalian salah satunya. Jika kita bisa menikmati sebuah kebahagiaan, maka seharusnya kita juga bisa belajar menikmati sebuah kesedihan. Toh seperti yang saya bilang tadi, kita butuh paham apa itu bersedih agar kita jeli bagaimana cara terbaik untuk berbahagia.

Seperti kita butuh tahu bagaimana rasanya kehilangan untuk belajar bagaimana caranya mempertahankan.
Butuh tahu bagaimana rasanya disepelekan untuk belajar bagaimana caranya menghargai.

Jadi jika kita diberi kesulitan saat ini, diberi kesedihan, diberikan kehilangan, diberikan keputus-asa-an, mungkin Tuhan sedang membantu kita untuk memahami makna sebaliknya.

Kalian tahu, kadang sayapun muak untuk terus mencoba menenangkan dan menyenangkan hati dan pikiran melalui kalimat-kalimat bersayap seperti ini. Tapi, seseorang pernah mengatakan kepada saya, sesedih apapun kondisi yang kita punya, kita tidak boleh kehilangan kepercayaan kepada kebaikan Tuhan, karena mungkin kesedihan yang kita punya adalah kesempatan yang Tuhan berikan untuk membuktikan iman yang kita punya.

Ketika kita memercayai Tuhan, bukan berarti masalah kita akan tiba-tiba menghilang, tapi setidaknya, kita bisa meminta untuk menjadi lebih kuat. Karena kita percaya, jika kita punya Tuhan, kita punya segalanya


____ _____ _____

Dear teman-teman gue yang sedang bersedih karena sebuah kehilangan, sebuah kegagalan, sebuah kelelahan, dan sebuah kekecewaan dalam bentuk apapun. Tulisan ini gue tulis buat kalian, enggak tahu bisa nolong atau enggak, tapi semoga bisa sedikit mengurangi kesedihan kalian ya...

Gue cuma mau bilang kalau bersedih itu manusiawi. Engggak ada yang salah dengan rasa ini. Tapi kalau bisa sedihnya jangan lama-lama ya... :)

Monday, February 2, 2015

Menjadi Pendengar dalam Sebuah Perjalanan


Malam ini sebuah tulisan mematik keinginan saya untuk menulis tentang sebuah “perjalanan”. Tuhan mungkin tidak bisa didengar secara langsung lewat indra telinga, tapi sering saya merasakan Tuhan sedang berbicara kepada saya dalam bentuk sebuah cerita dari seseorang yang entah siapa, yang saya temui dalam sebuah perjalanan yang saya lakukan.
Saya selalu percaya bahwa setiap manusia yang saya temui dalam hidup ini, entah hanya beberapa jam atau menit bisa saja adalah sarana Tuhan untuk menyampaikan pesan kepada saya. Tuhan ingin saya mengerti dari sebuah proses perjumpaan dan mendengarkan. Itulah mengapa saya sangat mencoba untuk tidak pernah meremehkan siapapun yang saya temui, di manapun, dan kapanpun, karena saya selalu bertanya-tanya, pesan apa yang akan disampaikan Tuhan lewat cerita mereka kepada saya.

Saya pernah mendengar cerita dari seorang kakek tua yang dengan sangat sederhana ia mengatakan betapa ia sangat mencintai istrinya. Ia bilang bahwa ia mungkin tidak cukup banyak memberikan kebahagiaan kepada istrinya yang terbukti telah setiap menemaninya menua hingga saat ini.

Saya pernah mendengar cerita dari seorang ibu yang bercerita banyak hal tentang penderitaan Tenaga Kerja Wanita yang menjadi korban kekerasan para majikannya di Malaysia. Tentang bagaimana kita harus belajar berempati dengan kesusahan orang lain dan melakukan sesuatu untuk menolong mereka.

Saya pernah mendengar cerita dari seorang supir taksi yang mengaku sangat bersyukur atas kejutan-kejutan Tuhan dalam hidupnya. Dan darinya saya belajar bagaimana kita menggunakan iman, percaya bahwa Tuhan selalu bekerja lewat cara yang tidak terduga untuk mencukupkan hambaNya.

Saya pernah mendengar cerita dari seorang bapak yang sedang menderita disfungsi ginjal tentang betapa ia ingin kembali ke masa sehatnya dan menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarganya. Iya berkata kepada saya bahwa ia akan lebih banyak mengajak istrinya untuk berjalan-jalan ke Jogja, melakukan hal-hal menyenangkan di tempat-tempat yang dulu belum sempat mereka datangi.

Atau seorang ibu paruh baya yang sangat menyenangkan, mandiri, serta pintar, tak disangka beliau adalah salah satu putri dari seorang sastrawan ternama Indonesia, Chairil Anwar.

Saya bertemu mereka dalam perjalanan-perjalanan saya yang tak terduga, dan bagi saya cerita-cerita itu selalu meninggalkan sebuah pemahaman baru dalam melihat kehidupan. Saya kemudian sadar, bahwa siapapun dapat menginspirasi siapa saja.

Itu kenapa saya sangat suka sekali mendengarkan. Saya mungkin tidak bisa memberikan jawaban atau respon yang bisa menyamankan, tapi setidaknya, terkadang bukankah seseorang hanya butuh didengarkan?


Hidup itu seperti perjalanan. Akan banyak tempat yang akan kita kunjungi. Akan banyak manusia yang akan kita temui, sekedar kita sapa atau mungkin akan kita sayangi. Kita memang tidak akan tahu kemana tujuan akhir perjalanan ini. Tapi saya percaya, keyakinan atas kebaikan akan selalu membawa kepada tempat yang baik