Sunday, September 29, 2019

Semoga Tuhan selalu memberi kita ingat





Sering,

Bahkan (mungkin) terlalu sering, manusia terlalu sibuk mencari dan memperhitungkan hal yang belum mereka miliki,

kemudian lupa untuk memperhitungkan dan menjaga yang telah dimiliki...


Sudah tabiatnya manusia,

suka lupa, suka abai, suka menyepelekan.

segala hal yang sudah menjadi "kebiasaan" sering dianggap lagi tidak istimewa... padahal bisa jadi itu hal terbaik yang bisa kita rasa


"kenapa saat aku memilih untuk pergi, dia baru menyadari..."

di suatu siang seorang teman me-WA saya. Sang perempuan sudah menetapkan "cukup" untuk semua abai yang diberikan suaminya

Perceraian adalah yang mengerikan, tapi bisa jadi hal yang diharapkan jika masing2 pasangan memilih saling mengabaikan alih-alih saling memberikan perhatian.

Atau bisa jadi, sudah terlalu banyak maaf untuk sebuah perubahan yang diharapkan namun tak kunjung berubah.


"Setidaknya, dia sudah sadar", balas saya.

"terserah kamu saja. tapi aku pribadi berharap kamu bisa lebih bersabar untuk menjaga luka itu hingga akhirnya kamu sembuh dan menjadi lebih kuat daripada sebelumnya"

Percakapan saya dan dia sudah tidak bisa lagi saya tuliskan di sini...



Kita semua punya luka,,, yang bisa saja saat ini ada yang sedang bertahan dengan luka yang terus-menerus dilukai;

atau sedang menjaga agar luka yang ada tidak terlihat sampai-sampai lupa untuk menyembuhkan luka itu sendiri.


Masing-masing dari kita punya luka, dan banyak luka tadi berasal dari sebuah pengabaian.

Dan naas nya lagi, pengabaian adalah sumber luka yang tak penah sadar sering melukai hati.


Iya,,,

Mungkin memang betul... banyak manusia sibuk mencari dan memikirkan hal yang belum miliki...

sampai-sampai lupa... mensyukuri apa-apa yang telah dimiliki...

Kita sering lupa, dulu, pernah sungguh-sungguh meminta hal yang saat ini kita miliki.



Dulu, pernah berjanji akan menjaga apa yang menjadi jawaban Tuhan di doa-doa kita.

Kemudian "lupa" datang...

dan hati kita merasa tidak tercukupi lagi dengan apa yang kita miliki.



Sampai akhirnya kita sadar,, bahwa hati kita akan benar-benar terasa kosong setelah ada yang pergi dari sisi.





Semoga Tuhan selalu memberi kita ingat, bahwa apa yang sudah kita miliki tak kalah berharga dengan apa yang sedang kita cari.



AAMIIN.











Monday, September 23, 2019

Jatuh Cinta Saya (yang pertama dan serius)

Diam mungkin pilhan saat seseorang jatuh cinta dengan seseorang lainnya,
tapi bisa jadi waktu akan menjabarkan cerita yang panjang dari diam itu ketika waktunya tiba.

AR


Ada cerita yang ingin saya ceritakan,, masa lalu. tentang rasa yang membuat saya salah tingkah, berharap, dan mengikhlaskan.

Mereka sebut itu "Cinta".

Ini tentang pertama kali saya menyukai laki-laki dengan serius, penuh harap dan penuh pasrah.

14 Tahun umur saya saat itu or maybe almost 15th. Sebut saja namanya Arko. Kakak kelas satu tahun di atas saya.

Saya lupa kapan saya mulai memerhatikannya. Sepertinya saat saya harus ikut semacam diksar LDKS saat SMA.

Pertama kali melihat, tidak pernah terfikirkan sosok Arko akan menetap lebih dari 4 tahun di hidup saya.

Arko sosok yang... menyebalkan bagi saya saat itu. Dia adalah lawan argumentasi terkuat saya saat diksar. Mungkin begitupun saya untuk dia.

Selama diksar, tidak ada hari tanpa debat, tanpa marah-marah, dan tanpa keisengan dia agar saya dihukum oleh kakak kelas saat diksar itu.

Hingga di malam terakhir, ada hal yang membuat saya menangis, dan dialah penyebab utama mengapa saya menangis.

Entah apa yang disampaikan temen saya ke Arko. Tapi malam itu Arko menghampiri saya yang sedang menarik diri dan menyendiri.

Saat melihat dia, marah saya kembali memuncak.

"Kamu kenapa?" tanya dia.

saya hanya diam. rasanya ingin bilang "hal terbaik yang gue butuh saat ini adalah ga ngeliat wajah elu!"--tapi saya diem saja, sambil menyembunyikan wajah.

"Persembahan tim kamu bagus kok" ujar dia lagi

"Ga mikir persembahan!" jawab saya ketus

"Terus mikirin apa? mikirin saya ya?", "kalau kamu diem gini jadi ga seru"

Sumpaaaah malam itu yang bener-bener saya ingin lakukan adalah nyakar-nyakar wajah dia.

Saya lupa apa percakapan kami berikutnya. Yang jelas, rasa kesal yang sama saya bawa untuk hari berikutnya, dan berikutnya.


After diksar selesai, saya harus akui saya kehilangan sumber kekesalan saya. kehilang teman berargumentasi. kehilangan sosok yang bisa saya salahkan.

Dan entah sejak kapan, setiap saya melihat dia berkeliaran saat jam istirahat, hati saya berdebar.



"Gue kayaknya suka deh sama dia" suara gue pelan jujur meluncur kepada seorang sahabat, eh bukan tiga atau empat orang sahabat.

dan tau apa reaksi mereka... " Whaaaaaattt Nisaaaa... mata lo sakit apa gimana Sa??? Arkooo Saaa?? Ya Alloooh Saa.. ga ada yg lebih bagus dari Arko Saaa?"


iya jahat ya, temen-temen saya.


Tapi memang sih ya,,, dari dulu selera saya terhadap cowok, terutama terkait fisik, menurut temen-teman saya itu parah banget. Tapi ya namanya juga selera yaa,,,




Singkat cerita, saya memendam perasaan ke Arko hampir 4 tahun lebih. Yess, bahkan saat saya sudah kuliah kemana, Arko kuliah kemanaaa...

Saya tidak tahu apakah Arko tahu perasaan saya atau tidak, dan terus terang itu bukan yang terlalu penting untk saya ketahui.


waktu berlalu. It almost 13 years semenjak saya "jatuh cinta" kepada Arko. Apakah perasaan saya saat ini sama seperti 13 tahun yang lalu?


yah jelas, sudah tidak sama.


Arko adalah bagian dari masa lalu saya. Bagian dari proses pedewasaan saya. belajar menyayangi seseorang di luar keluarga dan sahabat kita.

Dari "jatuh cinta" saya kepada Arko saya mulai mengenal diri saya--yang tidak terlalu penting untuk megetahui apakah orang yang saya sukai juga menyukai saya atau tidak. Hal terpenting saat itu adalah perasaan yang sedang saya rasakan saat itu sendiri.


Hari ini, yang saya tahu tentang Arko adalah Arko sudah meninggal beberapa minggu yang lalu. Sakit.

dua hari sebelum Arko meninggal, sebuah akun instagram dengan namanya me-"love" salah satu foto di instagram saya. Foto suami dan anak saya.

Ntah di balik akun itu benar Arko atau bukan. Tapi teman2 mengkonfirmasi bahwa benar itu akun pribadi milik Arko.



Berita meninggalnya Arko seperti berita yang senyap senyap saya dengar di antara tumpukan kerjaan dan urusan keluarga saya. Sepersekian detik saya berucap "Innalillahi wa innalillahi roj'un" telah berpulang seseorang yang pernah saya sukai diam-diam selama empat tahun.

dan cerita tidak habis di sini,

satu hari setelah kabar meninggal Arko, saya bermimpi sedang duduk di sebuah bangku kayu, di lorong kelas perkuliahan saya..

Arko datang dan duduk di samping saya, dia bilang "Nisa,,, besok saya sudah pergi lho..."

di dalam mimpi saya, saya tau kalau Arko sudah meninggal. "Iya Ka..." jawab saya

"Nanti saya kenalkan kamu dengan calon saya ya... " katanya, sambil berdiri dan pergi menghilang di ujung lorong.


Saya bingung tentang apa makna mimpi itu,, akhirnya saya me-wa temen saya Eka,, dia yang jadi saksi keanehan saya kenapa memilih Arko...

begini kutipan wa saya:





EKA... LO SUPPER NGESELIN YAAA,,