Thursday, April 30, 2015

Satu Hari Sebelum Pergi... (untuk berlari lebih kencang lagi)






30 April 2015, malam terakhir menjadi warga Yogyakarta sepenuhnya.

Sebuah sore, bersama hujan dan orang-orang tersayang...

“Niat Nisa dari awal apa? Mencari kerja atau mencari jabatan?”

“Cari kerja, Om”

“Kalau begitu fokuskan untuk bekerja. Kerja, kerja dan kerja. Bekerja dengan baik, fokus dan rejeki akan mengikuti Nisa.”

Ini sepotong perbincangan saya dan Om Agung, ayah sahabat saya Puspa, saat saya bertamu untuk berpamitan meninggalkan Jogja untuk bekerja di Jakarta. Saya sudah berkawan lama dengan Puspa, bahkan sejak hari pertama masuk kuliah. Rumah Puspa juga satu komplek dengan rumah saya, sehingga saya mengenal baik orang tua Puspa: Om Agung dan Tante Hening.

“Nisa, kamu perlu ingat, bahwa di dunia ini selalu ada dua sisi: benar dan salah, suka dan duka, mudah dan susah, dan seterusnya. Jadi nanti, ketika Nisa dalam bekerja menemukan banyak halangan, kesukaran atau sesekali merasa duka, tahu apa yang harus dilakukan?”

“Dilalui dan dihadapi saja,Om!” jawab saya mantap.

“Iya, betul! dilalui saja. Dihadapi. Dinikmati. Karena hidup tidak akan selamanya bahagia, tidak selalu mudah dan terkadang kita akan melakukan kesalahan. Jadi, ketika semua hal-hal itu datang, lalui saja, karena semuanya memang bagian dari hidup dan sifatnya sementara. Diingat-ingat ya”

“Siap, Om!”

“Eh Nis, dengerin tante ya”, kali ini Tante Hening alias Istri Om Agung alias Mamah nya Puspa yang berbicara, “ nanti Nisa akan bertemu banyak orang baru, dengan segala karakter dan tujuan hidup yang berbeda-beda, pinter-pinter pilih temen ya, Nduk... cari teman yang kira-kira membuat Nisa bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi”.

“Siap, Tante... Mohon doanya ya, Tante, biar Nisa bisa nemu temen yang baik dan asik jadi bisa kerasan kerjanya”

“Iya... bener itu, kamu harus kerasan. Buat semua terasa enjoy tu lho, Nis... kalau kamu enjoy, kamu pasti kerasan.Semoga nemu jodoh ya...” lanjut Tante Hening sambil mengedipkan mata.

“Hahahahaha... Amin, Tante...”

“Pokoknya nanti ga usah milih yang macem-macem. Cari yang kira-kira serius dan mau diajak ke jenjang yang benar-benar serius!”, tante Hening penuh ekspresi.

“Ya maunya sih gitu, tante. Maunya sih cepet, tapi kan kalau jodoh udah urusannya Tuhan banget. Nisa susah ngutak-atiknya. Nisa Cuma bisa berdoa kan, Tante, Om”

“Gini ya, Nisa” kali ini Om Agung mengambil alih,”percaya saja bahwa yang namanya hidup, mati, jodoh dan rejeki itu sudah ada yang atur. Kalau kata rohaniawan di gereja Om dulu, ‘kita jangan mendikte Tuhan. Tuhan lebih tahu apa yang terbaik untuk kita dan kapan waktu yang terbaik untuk diberikan kepada kita’. Nisa sekarang fokus saja bekerja, jangan menutup hati juga, sembari berdoa untuk dipertemukan dengan jodoh terbaik di waktu yang paling baik. Udah itu saja.”

“Hehehehe... sip deh, Om... semoga waktu yang baik itu enggak terlalu lama ya, Om, Tante, hahahaha”

Saya selalu mati gaya kalau sudah berbicara soal jodoh. Hanya bisa mengaminkan semua harapan dan doa terbaik orang-orang sekitar.

Kemudian Om Agung mulai bercerita beberapa pengalaman beliau tentang konsep jodoh dan rejeki. Salah satunya adalah perjumpaannya dengan Tante Hening yang ‘begitu saja’...

“Pulang dari gereja, entah kenapa Om rasanya ingin ke Rumah Tante... padahal belum pernah ketemu, ngobrol, intinya belum pernah berhubungan sama sekali deh, Nisa! Cuma modal gambar denah rumah tante yang dikasih sama temen om. Jadi temen Om itu beberapa bulan yang lalu menceritakan tentang tante ke Om, terus dia kasih denah rumah tante ke Om. Berbulan-bulan denah itu ada di dompet om, enggak om apa-apain. Dan entah kenapa sore itu Om ingin pergi ke rumah tante”

“Wah itu serius sebelum nya om dan tante belum ada komunikasi sama sekali?”

“Belum ada, wong Tante juga enggak tahu kalau sore itu bakal kedatangan tamu, kok” sambar tante Hening sambil senyam senyum.

“Lah terus gimanaa Om? Enggak canggung tuh?” tanya saya

“Awalnya di tengah perjalanan Om sempet ragu, Nis. Sempet melipir makan sate dulu isi amunisi dan berpikir, ‘ini aku jadi pergi enggak ya?’, yo tapi habis itu, habis kenyang, ya om tancap gas ke rumah tante.”

“Hahahhaha,,, pake acara kelaperan gitu om?”

“Iya, kalau deg-deg-an biasanya laper”

“terus-terus gimana om?”

Kemudian Om Agung menceritakan detil demi detil cerita saat perjumpaan pertama dengan Tante Hening di rumah Tante Hening.

“Kami ternyata satu frekuensi. Walau itu pertama kali kami bertemu dan mengobrol ya kami merasa nyambung dan nyaman” jawab Om

“Kalau istilah anak jaman sekarang, ada chemistry nya gitu lho, Sa...” tambah Tante Hening, kemudian tante melanjutkan, “Si Om pinter, setiap mau ngajak tante pasti udah ngomong duluan sama bapaknya Tante”.

“Ya iya tho... itu bentuk keseriusan Om dan cara Om menunjukan ke Bapaknya Tante kalau Om laki-laki yang bertanggungjawab dan Om mau serius sama Tante” kali ini giliran Om Agung yang menegakkan sandaran.

“Hahahahahaha... kok kayanya sekarang jarang cowok yang bisa berani dan to the point gitu ya, Om?”

“Bukan jarang, belum nemu aja, Sa... inget kata Om tadi... Tuhan memberikan sesuatu bukan di waktu yang kita inginkan, tetapi diwaktu yang terbaik untuk hidup kita, jangan pernah mendikte Tuhan.”

“Beres! Di-ca-tat! Hahaha”

Satu hari sebelum saya meninggalkan Jogjakarta menuju Jakarta untuk bekerja, saya berterimakasih bahwa takdir telah mempertemukan saya dengan orang-orang yang baik seperti mereka. Saya berterimakasih diberikan teman-teman yang tulus mengelilingi saya dan selalu menyamankan hati saya. saya berterimakasih bahwa apapun yang telah terjadi dalam hidup saya selama ini, suka maupun duka, selalu menjadi hal yang menyenangkan untuk saya ceritakan kelak.
Pada akhirnya memang akan datang waktunya di mana kita harus mengakrabi perpisahan. Tetapi jika kita paham, tak ada perpisahan yang terlalu menyedihkan jika hati kita akan tetap berjumpa dalam cinta dan doa. Tak ada jarak yang lebih jauh daripada sebuah proses saling melupakan. Tak peduli berapa puluh, ratus bahkan ribu kilometer kalian terpisah jarak oleh orang yang kalian cintai, jika itu cinta, maka Tuhan akan selalu mengaitkan hati dari masing-masing kita untuk tetap menjaga rasa kebersamaan. Kita akan belajar pada nantinya, bagaimana seseorang yang berada jauh dari kita akan selalu mampu menghapus kesedihan dan selalu mampu membuat kita bahagia. Jadi kalau kalian tanya apakah aku sedih dengan perpisahan ini? Jawabanya adalah tidak.


Toh, pada akhirnya akan ada waktunya masing-masing dari kita harus tetap pergi ke antah-berantah. Menemukan hal-hal yang sebelumnya tidak pernah kita tahu. Bertemu dengan banyak orang baru dan belajar memahami tingkah-lakunya tanpa menghakimi mereka dengan terburu-buru. Mungkin kita akan ketakutan pada awalnya. Meragukan diri sendiri untuk memulainya. Tapi adakah yang lebih buruk dari sekedar diam? Menunggu waktu yang dirasa tepat untuk meluluhkan ketakutan dan mulai melangkah saat kita benar-benar merasa nyaman? Jika kau memilih demikian, mungkin kau hanya akan menjadi sisa-sisa dari bagian yang tertinggal dan diinjak-injak oleh waktu serta kesempatan.




Malam ini saya mencoba mengingat-ingat lagi tentang saya ketika tinggi badan belum sampai 1 meter tapi mimpi saya tak pernah dibatasi kekhawatiran apapun. Saya ingin jadi sailormoon, tapi gagal karena setelah bertahun-tahun saya menerima kenyataan bahwa kucing saya tidak bisa berbicara dan memberikan alat pengubah wujud menjadi sailormoon. Kemudian saya bermimpi untuk menjadi power ranger. Berharap masih ada lowongan untuk mejadi power ranger ungu. Gagal lagi. Karena hingga saat ini power ranger ungu tidak pernah ada. Kemudian saya bercita-cita menjadi polisi wanita, dan entah kenapa kemudian saya mengubahnya menjadi dokter, kemudian dokter hewan agar bisa merawat kucing saya kalau sakit. Ternyata nilai pelajaran IPA saya tidak terlalu bagus dan saya ingin menjadi seorang hakim seperti Papah saya. impian itu semakin dekat saat saya diterima di fakultas hukum UGM. Tapi kemudian saat saya paham bahwa menjadi hakim bukanlah perkara mudah karena pertanggungjawabannya dunia akhirat, saya memilih untuk menjadi pemimpin redaksi majalah. Saya tidak yakin saya bisa menjadi pemimpin majalah yang berbau politik ataupun hukum karena itu pasti membosankan bagi saya, dan saya ubah lagi untuk menjadi pemimpin redaksi majalah fashion. Di suatu kesempatan saya bisa ambil bagian sebagai desainer yang memamerkan baju hasil olah pikir saya sendiri, dan malam itu kembali saya mengubah mimpi saya menjadi fashion designer.


Entah apa dan bagaimana, saya selalu ingin membuat sesuatu yang bisa membuat orang bahagia menjadi diri mereka apa adanya. Saya ingin menjadi fashion designer paling tidak untuk orang-orang terdekat saya. kemudian saya juga ingin mejadi penulis yang menulis sebuah buku dongeng yang—sederhana saja tujuannya—saya bisa meninabobokan anak-anak saya kelak dengan dongeng karangan ibunya sendiri.


Kemudian, di suatu siang di kantin kampus, Dekan saya bertanya kepada masing-masing dari kami tentang apa cita-cita kami. Ada yang ingin menjadi dosen, ada yang sudah diterima di OJK, ada yang ingin menjadi hakim, kemudian sampai pada gilaran saya, “Nah Nisa, apa cita-cita kamu?”

Dan saat itu saya diam sejenak. Saya tidak terlalu yakin tentang apa cita-cita saya sesungguhnya.

“Apa?” kata dekan saya mengulangi sambil menatap mata saya.

“Mmmm... Ibu rumah tangga, Pak” hening.

“Kamu tidak perlu menjadikan ibu-rumah-tangga sebagai cita-cita kamu, Nisa. Semua wanita akan mejadi ibu rumah tangga. Pikirkan hal lain yang ingin kamu lakukan. Untuk aktualisasi diri kamu, ilmu yang kamu punya”

Saya diam.

“Nisa, mau jadi penulis, Pak” jawab teman saya

“Ya! Itu bagus! Menjadi penulis tentang hal-hal sosial dalam masyarakat. Hukum, politik, sosial, budaya.” Kata Pak Dekan.

Saya masih diam. Menatap teman saya yang baru saja membantu saya menjawab tadi. Di dalam hati saya mengatakan, ‘maaf pak, mungkin mahasiswi bapak yang satu ini belum bisa diandalkan untuk menulis hal-hal yang seperti bapak katakan. Mungkin benar, di lubuk hati yang terdalam saya ingin sekali bisa menjadi penulis. Tapi bukan penulis yang seperti bapak bilang. Saya ingin menulis dongeng, cerita pengantar tidur anak-anak yang bisa membantu mereka menemukan nilai-nilai baik yang sering terlupakan untuk disampaikan. Saya ingin menjadi bagian sederhana seseorang dalam menghabiskan masa kecilnya dengan imajinasi yang bisa membuat mereka lebih mengerti tentang kesederhanaan hidup. Menyampaikan pesan sebelum ia menutup mata dan bermimpi. Saya ingin menjadi seperti itu. Karena saya tumbuh seperti itu. saya selalu ingat ibu yang selalu mendongengkan saya banyak cerita sederhana sebelum saya tertidur. Ibu yang selalu diakhir cerita menjelaskan pesan moral dari cerita tersebut kemudian mengcup kening saya dan membimbing saya untuk membaca doa sebelum tidur.


Dan saya ingin membuat banyak anak merasakan hal yang sama seperti yang saya rasakan saat itu.


Berhenti di sini, dan mari kita lihat kenyataannya saat ini: saya adala CPNS Kementerian Riset dan Tekonologi Pendidikan Tinggi. Suatu hal yang sama sekali tidak pernah menajdi bagian dari mimpi saya dan bahkan saya bayangkan sebelumnya. Apakah saya bersedih? Tidak sama sekali. Saya bahagia dan bersyukur atas rejeki yang saya dapat. Karena malam ini saya harus mulai memercayai bahwa Tuhan lebih tahu apa yang terbaik untuk saya, tahu kapan saya bisa mendapatkan apa yang saya inginkan. Saya tidak akan mencoba mendikte Tuhan. Yang saya yakini saat ini, kebaikan akan selalu mendatangkan kebaikan. Dan tiba-tiba saya mengingat hukum kekealan energi: energi tidak dapat dimusnahkan, energi bisa diubah wujudnya. Maka saya berpikir dan berharap kepada Tuhan agar saya tetap mengekalkan energi baik yang datang kepada saya, dan mengubah energi buruk menjadi energi baik di manapun saya berada dengan kekuatan penuh yang saya punya.

Hey,,, bukankah itu terdengar tidak jauh berbeda dengan tugas sailormoon dan power rangers? Mungkin saya sudah dalam proses mewujudkan mimpi saya itu, hanya saja dalam bentuk yang lebih real dan diterima dengan logika.





Saturday, April 11, 2015

HAL YANG PERLU DITULIS KARENA SAYA PELUPA

Baiklah, tulisan kali ini adalah rangkuman tentang apa-apa saja yang saya pelajari dalam satu bulan ini mengingat saya adalah orang yang sangat pelupa. Dimulai dari hal-hal yang saya baca, dari film-film yang saya tonton dan orang-orang yang saya temui.

Ada tiga buku yang saya tamatkan dalam beberapa waktu belakangan ini: Dilan, Sabtu Bersama Bapak dan How to Win Friends. Baiklah, mari kita mulai dengan buku pertama dan hal apa yang bisa saya pelajari dari buku ini

DILAN


Buku ini saya beli atas rekomendasi sahabat saya, Desy Eka. Tapi kalau boleh jujur, hal yang kemudian membuat saya semakin penasaran dan akhirnya membeli buku ini adalah saat saya membaca biografi penulis di belakangnya. Begini tulisannya:

Pidi Baiq mengaku sebagai imigran dari Sorga yang diselundupkan ke Bumi oleh ayahnya di Kamar Pengantin dan tegang. Di Bumi, kemudian menjadi Iman Besar The Panasdalam...
... tidak suka jus rumput. Pernah lapar, pernah ngantuk, tapi alhamdulillah semuanya bisa diatasi”


Gila! Dalam hati saya saat membaca sampul belakang buku. Saya tersenyum, dan penasaran tulisan macam apa yang bisa ditulis manusia gila macam ini.

Dan yup! Potongan biografi (kalau boleh saya sebut) asal tadi ternyata cukup mewakili isi cerita buku DILAN ini. Berkali-kali saya senyum-senyum sendiri membaca tulisannya. Saya tidak akan menuliskan tentang apa buku DILAN bercerita karena jauh lebih baik kalian membacanya sendiri, tapi bagi saya, isi buku ini segar dan menghibur. DILAN adalah nama tokoh yang diceritakan dalam buku ini, dan saya sebagai perempuan bisa menjamin, mungkin tidak ada lebih dari 10 laki-laki di nusantara ini yang punya gaya merayu dan menarik perhatian perempuan dengan pola pikir DILAN.
Jadi... buat para lelaki yang butuh refrensi buat PDKT sama perempuan, bisa baca buku DILAN. *kedip manja*


Sabtu Bersama Bapak


Buku yang konon kata beberapa teman “sedih”, menurut saya justru sangat menghibur dan penuh pesan moral tentang bagaimana kita bisa melihat sebuah hubungan pernikahan lebih luas. Paling tidak, dengan membaca buku ini saya bisa mengerti bahwa salah satu hal penting yang harus dimiliki seseorang yang akan menikah adalah kesadaran atas tanggungjawab dan kewajibannya dalam sebuah hubungan pernikahan atau keluarga.

Bagi saya buku ini memberikan sudut pandang baru bagi saya seorang perempuan bahwa hal yang penting dalam memilih pasangan adalah dengan mengetahui visi seorang laki-laki. Bahwa saat memutuskan untuk menikah maka pastikan masing-masing dari pasangan memiliki tujuan dan rencana yang jelas tentang apa yang mereka inginkan untuk pernikahannya.
Di buku ini secara eksplisit juga memberikan wawasan bahwa dalam sebuah pernikahan diperlukan kompromi-kompromi karir antara suami dan istri. Bagaimana saling berbagi peran dalam mengurus dan mendidik anak-anak. Berkeluarga lebih mirip dengan Bekerjasama, saya pikir.

Anyway, kalau boleh curcol, saya suka banget sama salah satu tokoh di buku ini: Cakra. Kenapa suka? Karena lewat tokoh ini, penulis menyampaikan pemikirannya tentang hal-hal yang penting untuk dipersiapkan para lelaki sebelum ia memutuskan untuk menikah, dan saya sebagai pembaca perempuan, berterimakasih untuk hal ini. :)
Saya sangat merekomendasikan bagi kalian semua untuk membaca buku ini

How to Win Friends and Influence People in The Digital Age



Buku ini cukup menarik dan tebal bagi saya. hahahha.

Kesimpulan yang bisa saya simpulkan dari buku ini adalah bahwa dibutuhkan keterikatan personal saat membangun sebuah hubungan apapun, tidak hanya pertemanan, tapi bisnis, pekerjaan, dan hubungan di dalam masyarakat lainnya. Buku ini menerangkan bahwa Digital Age memberikan ekses hubungan manusia satu dengan manusia lainnya kehilangan ke-“intim”-an nya. Hubungan yang dijalin dengan mengedepankan kepentingan para pihak tidak akan pernah seberhasil hubungan yang dijalin atas kedekatan personal yang tulus. Karena pada dasarnya, bahkan seorang presiden pun lebih ingin dicintai dsebagai dirinya bukan sebagai seorang presiden. Sederhananya seperti ini, ketulusan itu adalah ketika kita diterima, kita dicintai dan kita dihargai karena kita sebagai invidu, bukan karena kita sebagai pemangku posisi jabatan tertentu.

Semua orang ingin dicintai dengan tulus. Kuncinya adalah SEMUA ORANG, bukan hanya kita. Sehingga buku ini menuliskan bahwa dalam membangun sebuah hubungan yang baik, kita tidak boleh egois hanya memikirkan diri kita sendiri. Belajarlah untuk memberikan sesuatu kepada orang lain terlebih dahulu dibanding mengharapkan sesuatu dari orang lain. Belajarlah menyadari bahwa kehidupan orang lain JUGA penting untuk dihargai.

Kalau saya pribadi, saat kita ingin mendapatkan suatu hal dari orang lain, maka hal yang bisa saya lakukan adalah menberikan hal tersebut terlebih dahulu kepada orang lain. Misalnya, saya ingin perhatian yang lebih dari seseorang, maka, alih-alih saya mengatakan kepada orang tersebut, “saya ingin kamu lebih perhatian sama saya”, lebih baik hal yang saya lakukan adalah memberikan perhatian lebih besar daripada biasanya terlebih dahulu kepada orang tersebut. Karena pada bagi saya, manusia mempunyai kecendrungan untuk memberikan sesuatu berdasarkan apa yang telah mereka terima.
Cobalah untuk melihat seseorang dari keunikan dirinya sebagai individu tunggal yang hidup di bumi. Melihat setiap orang adalah mahkluk yang spesial, yang pantas untuk didengar dan dipahami. Itu cara terbaik untuk menghargai seseorang menurut saya.

Love people and they will love you back

***

Sekarang, saya akan bercerita tentang film yang saya tonton. Ada beberapa film sebenarnya, tapi ada dua film yang paling menarik bagi saya.


LOVE, ROSIE


Tema besar film ini FRIENDZONE. (permisi, saya boleh ketawa sebentar ya... “hahahahha”)

Dengan tema sefamiliar ini maka tidak penting untuk saya menceritakan detil bagaimana alur ceritanya. Tapi hal menarik yang bisa saya dapat dari film ini adalah bahwa kekosongan hati yang dimiliki oleh masing-masing orang pada akhirnya akan diisi oleh seseorang yang memang tercipta untuk memahami kita dengan cara yang sederhana.

Dalam cerita ini, Alex (Eum,, kalau saya tidak salah, nama tokoh laki-laki utamanya adalah ALEX, kalau salah maaf ya, shortterm memory banget nih saya ;p ) memiliki kebiasaan bermimpi menjadi sebuah benda. Ketika kecil, Alex bercerita kepada Rosie bahwa ia bermimpi menjadi paperclip. Rosie tertawa mendengarnya, dan Rosie mengatakan bahwa itu bukanlah masalah besar. Alex meminta Rosie untuk tidak memberitahukan kepada orang lain soal keanehan yang dia miliki, dan Rosie selalu menjaga rahasia itu dengan baik.

Oleh karena alam semesta belum mengizinkan Alex untuk bersama dengan Rosie, dan kemudian Alex berusaha untuk “mengobati” hatinya dengan memacari wanita tercantik dan terpopuler di kampusnya, suatu malam Alex bercerita kepada pacarnya itu,”Honey, tadi malam aku bermimpi menjadi anak panah”. Dan seketika pacarnya merespon negatif dengan menyuruh Alex menemui Psikolog karena kemungkinan Alex memiliki masalah kejiwaan. Saat itu Alex merasa bahwa pacarnya memberikan respon yang tidak menyamankan hatinya, kemudian ia teringat Josie.

Di pinggir jalan, malam hari di bawah lampu Alex me-sms Rosie,
“Hey, kemarin malam aku bermimpi menjadi anak panah” –sent-

Kemudian tidak lama kemudian Rosie membalas,
“Benarkah? Bagaimana rasanya menjadi anak panah? :D “

Lewat adegan ini saya mengambil pelajaran bahwa ketika kita bersama dengan orang yang tepat, ia akan menerima keanehan yang kita miliki tanpa berpikir bahwa itu adalah sebuah keanehan. Akan selalu ada orang yang bisa menerima kita apa adanya dan bahkan melihat kekurangan yang kita miliki sebagai suatu hal yang menarik.


THE PENGUINS OF MADAGASCAR



Saya kasih angka 8 dari 1 s/d 10 untuk film ini. Pinguinnya lucu, ceritanya lucu walau enggak masuk di akalnya itu tak terbantahkan (masa iya ada gurita bisa berubah wujud jadi manusia (“._.) ) tapi banyak banget pesan moralnya!!
Pesan moral pertama yang bisa saya ambil dari film ini adalah:

1. Sebuah pertemanan terjadi karena kita memiliki sebuah pemikiran yang sama. Saling percaya, saling menjaga dan saling menghargai satu sama lain. Menerima kelebihan dan kekurangannya. NO BODY IS PERFECT! Dalam film ini ada empat pinguin yang masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.

Skipper : pemimpin tim yang baik, kekurangannya suka lupa dengan nama seseorang, dan Kowalski yang suka membantunya.

Kowalski: pinguins yang pintar dengan segala perhitungan yang akurat, akan tetapi dengan otaknya yang terlalu statistik, terkadang ia memaparkan kemungkina terburuk yang akan terjadi dan sering mebuat down anggota tim yang lain, akna tetapi kekurangannya ini selalu diback-up oleg Skipper yang selalu melihat kemungkinan baik yang akan terjadi walau secara statistik snagat kecil.

Rico : Teknisi yang handal, kekuranganya enggak bisa ngomong dan kemampuan otak di bawah rata-rata

Privat : Tidak memiliki kemampuan khusus, akan tetapi memiliki loyalitas yang tinggi dalam tim.

Dari empat tokoh ini saja penulisnya dengan sangat pintar menyampaikan pesan bahwa dalam sebuah tim kita tidak bisa menuntut kesempuarnaan atau menuntut hal yang sama bagi setiap anggota. Yang perlu dilakukan adalah menghargai kontribusi yang diberikan setiap anggota dalam bentuk apapun dan sebagai pemimpin harus mampu mensinergikan kelebihan maupun kekurangan yang ada di setiap masing-masing individu.

2. Skipper is my favorit penguin!! Skipper di film ini menggambarkan pemimpin tim yang selalu bisa melihat hal positif di segala keadaan. Adegan favorit saya di awal film ini adalah ketika Skipper bertanya kepada Kowalski kemungkinan apa yang bisa terjadi kepada mereka yang sedang terombang-ambing di atas bongkahan es di tengah samudra? Kowalski menjawab, “90 persen kita kan terombang-ambing entah sampai kapan di tengah samudra ini, Skipper!” , lalu Skipper melanjutkan pertanyaan, “Lalu bagaimana 10% sisanya?”, Kemudian Kowalski menjawab, “10% sisanya adalah kita sedang menuju perjalanan yang mengagumkan dan tidak terbayangkan!”, kemudian Skipper menjawab, “Baiklah, kita ambil yang 10% itu!”.

Banyak pesan moral yang disampaikan lewat tokoh Skipper. Skipper adalah contoh pemimpin yang selalu menghargai anggota timnya, sekecil apapun kontribusi yang mereka berikan. Skipper selalu berusaha untuk meyakinkan setiap teman-temannya bahwa mereka diperlukan dalam tim ini. Skipper juga memberikan pelajaran bahwa seorang pemimpin kelompok harus mampu mengambil keputusan yang tepat dan cepat dan membangun kepercayaan setiap anggotanya bahwa MEREKA BISA!.
Skipper juga sosok yang tidak egois, bagaimanapun, keselamatan teman dalam timnya adalah hal terpenting. Dia bisa menurunkan egonya saat bertemu dengan tim North Wind dan membiarkan dipimpin oleh Anjing Kutub yang lagi-lagi saya sudah lupa siapa namanya. Maaf.

3. Sangat banyak quotes menarik dalam film ini. Salah satunya adalah ketika Privat bertanya bagaimana bentuknya sekarang?, Kowalski menjawab “kau seperti monster” (ini karena Kowalski memang selalu mengatakan sesuai apa yang ada di kepalanya), kemudian Skipper memotong, “Lihatlah, tidak penting bagaimana penampilanmu saat ini, tapi lihatlah betapa mengagumkannya apa yang sudah kau perbuat, Privat!”. Itu adalah satu dari beberapa quotes yang saya suka. Karena saya selalu percaya kita sebagai mahkluk, manusia lebih tepatnya, akan dihargai akan dinilai dari apa yang kita lakukan bukan dari bagaimana kita terlihat.

Intinya... Film ini recommended banget untuk ditonton!!

Okey, karena sudah terlalu panjang, maka tulisan tentang hal-hal yang saya dapat dari orang-orang yang saya temui dilanjut ditulisan berikutnya ya,,, semoga tulisan ini bisa memberikan refrensi bacaan dan tontonan untuk kalian. 