Sunday, March 30, 2014

Aku (ingin menjadi) Buku Si Kutu Buku

Pagi ini aku menyapa Tuhan...
Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku menyapaNya untuk meminta

Pagi ini aku meminta Tuhan agar aku dicintai seperti kutu buku mencintai bukunya

Ya, aku ingin menjadi sebuah buku terbaik untuk setiap orang yang pernah mengenal aku

Tuhan....

Aku ingin menjadi seperti buku kesayangan bagi seorang kutu buku...

Seseorang yang dengan sabar membacaku kata demi kata, kalimat demi kalimat, halaman demi halaman, bab demi bab, dan mengerti serta menyimpulkan jalan ceritanyanya dengan benar

Seseorang yang tak akan melipat kertasku, atau mencorat-coret halamanku saat ia menemukan kalimat indah,
melainkan, ia tulis kembali kalimat itu ke dalam sebuah buku lain miliknya, dan membuat bagian dariku menjadi bagian dirinya tanpa meninggalkan cacat untukku

Seseorang yang akan menyampulku dengan pelastik kedap air dan menyimpanku dalam rak buku yang tak lembab untuk memastikan aku tetap utuh dan terjaga selama ia memilikiku

Seseorang yang membiarkan tulisan-tulisanku mengajarkan sesuatu untuknya, bukan karena semua tulisanku benar dan indah, tapi karena ia sendiri yang menemukan kebenaran dan keindahan dalam diriku

Dan saat waktu membuat halaman-halamanku kusam, atau mungkin hancur karena di luar salahnya,,,, maka dia akan bersedih, namun tak akan lama...
Dia akan bercerita tentang isiku yang terekam sempurna dalam pemahamannya kepada orang-orang yang ia cintai,
bukan karena ia tak sedih kehilanganku, tapi karena ia ingin mengekalkan aku dalam ingatannya, dalam ingatan orang-orang yang ia cintai

Karena walupun nannti aku akan musnah dan tak berada di dalam deretan buku kesayangannya,
ia ingin aku ada di dalam setiap pikiran orang-orang yang akan mengingatkannya bahwa ia pernah sangat mencintai aku dan aku tetap menjadi bagian dari kesayangannya

Aku ingin menjadi seperti buku kesayangan bagi si kutu buku...

Ia mencintaiku bukan sekedar karena sampul dan judulku yang memikat hatinya,
bukan karena bau kertas dan tinta yang khas saat ia membukaku,
bukan karena hanya ingin meletakkanku sebagai koleksi terbaik miliknya,

Bukan...

Tapi karena ia ingin membacaku, memahamiku,

karena ia membutuhkan ceritaku untuk melengkapi ceritanya,

dan mengerti bahwa jalan ceritaku akan menyamankan jalan pemikirannya untuk melihat dunia dengan lebih bijaksana

Dan jika kau mengizinkan aku dipertemukan dengan manusia seperti ini, Tuhan,
maka akan kubiarkan dia menulis namanya di halaman terdepanku,
agar dia tak kehilanganku,
agar dia tahu aku adalah buku kesayangan miliknya...

Wednesday, March 26, 2014

semoga... :)

"... betapa bahagianya menemukan seseorang yang bahagia ketika melihat kita bahagia. Menyenangkan ketika menemukan seseorang yang senang untuk menyenangkan diri kita. Betapa damainya menemukan seseorang yang memandang dan mendefinisikan Tuhan dalam pandangan yang sama. Aku terlalu yakin untuk menghabiskan sisa hidupku dengannya. Menghabiskan hidup dengan sederhana; merasa bahagia untuk saling membahagiakan, mengisi karena kita paham dan sadar bahwa kita saling membutuhkan, menopang karena mengerti kita akan terus berjalan beriringan dan tak mau sendirian..."

"... dia datang di luar perhitunganku. Dia bukan seperti yang kuminta, tapi kemudian aku sadar dia lebih indah. Dia paham bagaimana menemukan senyumanku ketika aku bersedih, dan paham menemukan kesedihanku ketika aku tersenyum. Dia mengerti melunakan egoku, dia berani untuk membenarkan kesalahanku tanpa menyakiti perasaanku. Dan menyenangkan memilikinya dengan segala indah dan kurangnya. Kami telah ditemukan. Pada akhirnya kami saling menemukan. Dan kini saatnya kami saling menjaga."


Sebuah surat yang datang sore tadi bersamaan sebuah undangan pernikahan.

Tuesday, March 25, 2014

Kita (tidak) Memiliki Apapun




Pada kenyataannya, Tuhan menakar kebahagiaan yang berbeda di hidup manusia. Yang harus kamu pahami, tak semua orang seberuntung dirimu. Sesakit apapun kamu terjatuh dan merasa kecewa, percayalah, bahkan ada yang tak merasa apa-apa dengan sakit seperti yang kamu punya karena terlalu sering ia merasakannya. Jangan mudah bersedih, murung dan menyalahkan Tuhan, Nisa. Dia paling tahu seberapa kuat dirimu. Belajarlah untuk tidak mudah menyalahkan. Belajarlah untuk menerima dan belajarlah untuk selalu belajar dari rasa sedih yang kamu punya.

-K-


Pesan itu sampai lagi di kepala saya malam ini. Entah kenapa dan mengapa, tapi berhasil membuat saya berpikir cukup dalam. Mengingat hal-hal buruk apa saja yang pernah saya lakukan di masa lalu. Bagaimana seringnya saya menggugat Tuhan atas rasa sedih dan kecewa yang saya rasakan.

Waktu itu umur saya masih delapan tahun, mungkin umur yang masih rapuh dan belum tahu bagaimana menghadapi yang namanya perpisahan. Di umur itu, saya harus berpisah dengan semua bagian terpenting masa kecil saya. Hampir setiap malam saya menangis. Merasakan hal yang saya pahami sebagai kata rindu saat ini.

Saya tumbuh dengan pemahaman sendiri, bahwa perpisahan terasa begitu menyakitkan karena rasa terlalu mencintai dan memiliki.

Saya tidak mau merasakan kesedihan yang serupa. Maka saya memutuskan untuk tidak terlalu mencintai hal-hal yang mungkin akan saya tinggalkan nantinya.

Saat umur saya empatbelas tahun, perpisahan harus kembali saya rasakan. Tapi, kali ini tak sesedih dulu. Entah karena saya sudah mulai belajar ikhlas, atau mungkin saya sudah tak selugu enam tahun yang lalu--tidak ingin mencintai sesuatu dengan terlalu.

Memasuki umur belasan tahun, saya mencoba memahami makna memiliki. Kemudian hal yang saya dapati adalah bahwa tidak ada satupun di dunia ini yang bisa selamanya saya miliki. Meminjam istilah sahabat saya Puspa, perjumpaan adalah perpisahan yang tertunda, dan perpisahan adalah rasa rindu yang tertunda. Apa artinya? bahwa cepat atau lambat, dari sebuah perjumpaan kita akan berjumpa dengan kerinduan. Sesederhana apapun pertemuan itu, kelak (mungkin) akan kita rindukan.

Saya memiliki pemahaman bahwa saya akan baik-baik saja dengan sebuah perpisahan ketika saya bisa lebih memahami bagaimana caranya mengikhlaskan. Memahami benar bahwa semua yang datang pasti akan pergi. Bahwa semua lahir pasti akan mati. Bahwa semua yang pernah tercipta pasti akan musnah. Bahwa semua yang ada pasti akan hilang.

Iya. Semua akan menghilang.

Saya menanamkan benar bahwa semua yang saya miliki, apapun itu, nantinya akan menghilang.


Saya menanamkan pemahaman kepada diri saya sendiri bahwa sesungguhnya tak ada yang perlu saya takuti dari sebuah kehilangan. Karena pada akhirnya saya pun akan menghilang, musnah, hancur dan menjadi tidak ada.

Saya menanamkan pemahaman kepada diri saya sendiri bahwa sesungguhnya tidak ada yang perlu saya takuti dari sebuah kehilangan. Karena sesungguhnya saya tidak pernah memiliki apa-apa.

Yang datang biarlah datang.

Yang pergi biarlah pergi.

Iya. Tanpa saya sadar saya memahami sepotong hidup dengan cara seperti ini. Sederhana. Walau tidak mudah sesungguhnya.

Apa saya terbaca terlalu pasrah? Tidak juga.

Karena sepotong pemahaman saya yang lain adalah bahwa saya bertanggungjawab untuk menjaga dan mempertahankan selama mungkin apa yang dititipi Tuhan kepada saya. Menjaga sebaik mungkin. Karena 'menjaga' apa yang kita miliki adalah bentuk terimakasih kepada Tuhan yang telah memberikan sementara kepada saya sesuatu itu. Dan ketika saya telah menjaga sekuat tenaga, sesuatu itu hilang, pergi atau bahkan musnah. Yasudah. Karena memang seperti itulah hukumnya.

Apakah saya berhak sedih atas kehilangan itu? Hmm... untungnya Tuhan Maha Baik kawan. Dia memberikan kita hak penuh atas apa yang Ia titipi kepada hidup kita. Jadi bersedihlah jika kehilangan itu terasa menyakitkan. Menangislah.

Tapi kemudian, ikhlaslah.

Saya tahu, mengikhlaskan sesuatu bukan perkara yang mudah, tapi bukan berarti tidak bisa :)

Saya pun masih belajar. Dan mungkin masih banyak 'materi ikhlas' yang harus saya pelajari dan pahami. Dan saya berterimakasih kepada bidadari tak bersayap saya (ibu) yang mengajarkan ikhlas dengan cara yang sangat sederhana.

Dari sini saya mulai membangun kerangka berpikir bahwa, tidak ada di dunia ini yang harus dicintai dengan terlalu, karena sesuatu itu akan hilang. Saya mencoba mencintai apapun dengan sewajarnya. Mencintai karena ingin mencintai saja. Mencintai karena saya bahagia. Ya! cintailah sesuatu yang membahagiakan kita :)

Sekali lagi, cintailah sesuatu karena kita bahagia mencintainya. Itu saja cukup. Oh, bahkan itu lebih cukup menurut saya. (Apa yang lebih indah dari merasa bahagia?)

Jadi jangan menuntut lebih dari itu. Jangan berespektasi lebih dari itu.

Mencintailah karena kita ingin mencintainya. Karena kita bahagia mencintainya. Mencintai saja.
Memberilah karena kita ingin memberi. Karena kita bahagia kita bisa memberi. Memberilah saja.


Janganlah kita mencintai seseorang karena kita ingin memiliki cintanya

Janganlah kita menemani seseorang karena kita ingin memiliki perhatiannya

Janganlah kita baik kepada seseorang karena kita menginginkan simpatinya

Jangan...

Karena sesungguhnya, kita tak pernah diizinkan untuk memiliki siapapun dan apapun di dunia ini.

Karena ketika kita melakukan sesuatu dengan harapan untuk memiliki sesuatu, sangat mungkin kita akan kecewa.

Saat ini saya sedang belajar bagaimana hidup dengan bahagia dengan cara saya sendiri:
1. Mensyukuri hal-hal kecil dan sederhana dengan senyuman;
2. Mengingat-ingat hal-hal baik dalam hidup yang sering saya lupakan kemudian menyukurinya;
3. Mengerjakan apa yang harus dikerjakan dan menyerahkan hasilnya kepada Tuhan;
4. Memberi waktu untuk bersedih, menangis ketika ingin menangis;
5. Menjaga semua hal yang membuat saya merasa bahagia...

Dan yang terakhir adalah... MENERIMA








Saturday, March 22, 2014

Ketika Jatuh Cinta Begitu Saja dengan Lagu Ini >> Lenka- Everything's Okay




Keep giving me hope for a better day
Keep giving me love to find a way
Through this heaviness I feel
I just need someone to say, everything's okay

Terkadang ada lagu yang tanpa sengaja ditemukan dan terdengar seperti tercipta khusus untuk kita :)

Waktu saya menemukan lagu ini, pertama kali dengar saya langsung senyuuuumm lebaaar... :D
mendengar kedua kalinya saya mulai ikut bernyanyiii...
mendengar ketiga kalinya saya mulai bernyanyi, tersenyum dan menari!!! HAHAHAHA...

Ah... kata siapa jatuh cinta selalu butuh waktu yang lama? ;)

Ya! Saya suka semua lagu LENKA dari dulu... dan saya jatuh cinta dengan lagu ini :)

Passenger - Let Her Go (Lyrics)





"... Cause love comes slow and it goes so fast..."



Mungkin benar, kehilangan adalah cara terbaik untuk menyadarkan kita dari lupa bahwa kita (pernah) memiliki sesuatu yang berharga...