Saturday, November 21, 2009

Menggambarkan Cinta dengan Kapal dan Ombak



Kapal...

Mungkin aku seperti kapal,

Namun bukan kapal yang hanya akan mengikuti arah angin dan gelombang air laut. Bukan.

Perasaan ini, seperti kapal yang sedang berlayar di lautan. Seperti tidak akan pernah diketahui kemana sang ombak akan membawa kapal yang ada diatas nya. Kadang, ombak membawa kapal ke tempat tujuan sesungguhnya, namun terkadang ombak pula yang mengkaramkan sang kapal.

Sama seperti perasaan cinta. Cinta yang tumbuh antara seorang adam dan hawa. Siapapun, entah adam ataupun hawa pasti ingin menemukan cinta sejati untuk hidupnya. Sekali seumur hidupnya. Namun terkadang dua mahkluk ini hanya tersesat dalam perasaan-perasaan sesaat mereka. Mereka tidak menemukan cinta, namun mereka jatuh dan menyalahkan cinta.

Kalau boleh aku menggambarkan bahwa sosok wanita itu seperti kapal, dan sosok lelaki itu seperti ombak. Apakah ombak itu akan membantu (atau bahkan) membawa sang kapal ketempat tujuan, atau mungkin hanya akan mengombang-ambingkan nya di tengah lautan hingga akhirnya sang kapal karam?

Maaf harus menggunakan istilah ini, namun wanita yang bodoh hanya akan digambarkan dalam bentuk kapal tanpa layar. Kapal yang sangat percaya bahwa ombak akan membawanya ke suatu tempat yang indah untuk berlabuh. Kepercayaan ini mungkin saja terjadi, namun ’lebih mungkin’ untuk tidak terjadi. Wanita yang bodoh hanya akan memasrahkan semua nya kepada lelaki yang ia percaya tanpa ia tahu kemana lelaki itu akan membawanya. Dan pada akhirnya, lahir sebuah kemungkinan; hati sang wanita itu akan karam di tangan lelaki yang tidak mempunyai pendirian.

Dan cobalah untuk menjadi seperti ini,

Wanita yang tangguh akan membentuk dirinya seperti kapal dengan layar yang dikemudikan oleh nahkoda yang pintar. Nahkoda yang sangat paham kapan sang kapal harus mengikuti tiupan angin, gelombang ombak, atau mungkin tidak mengikuti keduanya.

Kapal adalah wanita

Ombak adalah lelaki

Hembusan angin adalah kondisi

Dan nahkoda adalah hati nurani dan fikiran.

Kemanapun ombak beriak, kemanapun angin berhembus, arah kapal tetap akan dipegang oleh nahkoda yang sangat paham kemana ia akan melabuhkan kapalnya. Nahkoda yang tangguh tak sekedar pintar, namun ia berani untuk mengambil resiko atas keputusan yang ia pilih, dan akhirnya bertanggung jawab untuk tidak menyesal diakhir keputusannya. Ketika harus menerjang ombak maka terjanglah, ketika angin tak memihak kearah tujuan maka turunkan layar dan bergeraklah untuk terus berjalan menuju tujuan.

Berkaca kepada pengalaman; bahwa semesta tak selamanya memihak kepada keinginan manusia. Bukan karena apa-apa, hanya karena keinginan manusia terkadang tak lebih dari sebuah keegoisan. Kegoisan untuk membahagiakan dirinya sendiri, keegoisan untuk menyamankan dirinya sendiri, keegoisan untuk menyalahkan selain dirinya ketika keinginan itu tak terlaksanakan.

Berbicara tentang cinta, hidup terkadang memberi pilihan: mencintai atau dicintai, namun sebenarnya manusialah yang akhirnya memilih untuk memilih salah satu dari pilhan itu atau menciptakan pilhan baru : mencintai untuk dicintai, mencintai dan dicintai atau mungkin dicintai orang yang mencintai kita dan kita cintai....

Percayalah ; Tuhan menciptakan manusia dengan cinta dan dihidupkan untuk saling mencintai satu sama lain. Ketulusan akan dibalas dengan ketulusan, ketika kamu mencintai dengan tulus—maka darimanapun itu berasal—cinta tulus itu akan kembali kepada mu. Percaya lah. (^o^)V

No comments:

Post a Comment