Tuesday, October 1, 2013

RUANG KELAS ITU "SEMERU"

Ini sekedar asumsi saya tentang mengapa Tuhan menciptakan bumi dalam bentuk bulat,


Sebelumnya...

Masih ingat pelajaran Matematikan SD? Bulat adalah salah satu bangun ruang yang bukannya tidak mempunyai sudut, sebaliknya, jumlah sudutnya dikatakan "tak hingga".

Dan begitupun bumi ini, ada ruangan, tempat, lokasi yang "tak hingga" untuk kita belajar dan memahami banyak hal baru yang belum pernah kita pikirkan. Tuhan tidak ingin memberikan batasan jumlah sudut bumi mana yang paling baik sebagai tempat manusia belajar. Tidak.Dimanapun, di setiap jengkal tanah ini akan selalu menjadi ruang belajar yang baik bagi siapapun yang ingin belajar dan menyadari serta menerima keterbatasannya.


Dan begitupun perjalanan saya kali ini,,


Dimulai dari satu nama, Ranu Kumbolo.

Sebuah danau yang terletak di Gunung Semeru. Sebuah kesempatan dalam bentuk ajakan beberapa teman untuk mengunjungi tempat itu. Entah kenapa saya sangat semangat dan berminat untuk ikut serta. Alasannya sederhana; saya belum pernah mendaki gunung, dan saya ingin tahu bagaimana rasanya. Bermodal dengan meminjam semua alat-alat hiking, latihan fisik yang kenyataannya cuma bersepeda di UGM serta menghiba-hiba minta izin kedua orang tua. Akhirnya saya diizinkan untuk mendaki ke Ranu Kumbolo


Perjalanan kami dimulai tanggal 22 September 2013

Siangnya saya masih sibuk memasukan barang bawaan. sudah berkali-kali saya repacking tapi tetap saja terlihat overload kaya bawa anak sapi ajaa ('-__-)




Pukul 19.30 menuju Stasiun Tugu Jogja,, dan di sinilah perjalanan dimulai...




Menunggu kereta Pramex menuju Solo Balapan dengan harga tiket 10.000

Di dalam kereta, saya bertemu dan mengobrol dengan seorang wanita yang duduk bersebelahan dengan saya. Dia mahasiswi semester lima UNS. Dia yang ternyata juga "anak gunung" bercerita bahwasanya naik gunung itu 'addicted'. Kalau sudah menikmati "nikmat"-nya naik gunung sekali, pasti nagih untuk naik lagi.
Bagi dia, naik gunung itu semacam 'pelarian', "kalau aku udah ngerasa jenuh sama rutinitas sehari-hari, ya biasanya sih aku langsung naik gunung, Mbak!"

(Sekedar info aja,, pertama kali kenalan, dia mikirnya kalau kita seumuran! hahahaha senangnyaa punya wajah awet mudaa...)

Oke kembali ke perjalanan,

Sesampai di Solo Balapan, kami naik taxi menuju status JEBRES. Kami singgah untuk mengisi perut yang mulai bernyanyi di angkringan depan stasiun. Suasana lampu temaram, kursi kayu tempat orang-orang bersenda-gurau, nasi kucing dan berbagai macam lauk serta gorengan adalah salah satu bias kehidupan masyarakat Jogja dan Solo.



karena perut saya masih terasa kenyang, jadi saya hanya makan bakso tusuk dan wedang jahe untuk menghangatkan badan. Bertemu dengan segerombolan bapak-bapakperantauan yang mengajak ngobrol tentang politik Indonesia! Tolong, saat itu sudah menunjukan pukul 22.00 malam, dan bagi saya malam ini terlalu lugu untuk diisi dengan tema tersebut.

Ini kali pertama saya menginjakan kaki ke stasiun JEMBRES. "JEBRES itu nama apa ya?" tanya saya. Kemudian, dengan sotoynya Darwance teman saya bilang dengan wajah yakin ala Viki Prasetyo: "JEBRES itu singkatan! Jakarta Boyolali Brebes!" .

Sialnya, saya orang yang pertama kali berujar "Wooooh!! gituuu thooo!!".

Padahal jelas-jelas itu super ngawurisasinya wance~!


Malam semakin larut, tapi tidak dengan hasrat kami untuk bertemu dengan Ranu Kumbolo. Sembari menunggu kereta menuju ke Malang yang "delay" 30 menit. Kami bercanda tentang tulisan "JANGAN BERMAIN DENGAN MAUT". Kemudian salah satu teman saya tiba-tiba buka suara " Emang si Maut salah apa sih sampai-sampai kita ga boleh mainan sama dia??" Dan statement itu Ziiiiiiing banget ya, kawan!! itu kalimat bener-bener bikin ledak tawa!. Itulah sensasi pergi beramai-ramai, sepanjang penantian kereta kami bercanda ini-itu. Dan sampai capek bercanda saya memilih untuk tidur-tiduran di stasiun :D



Kereta Api pun tiba,,, kami naik kereta ekonomi dari stasiun JEBRES Solo menuju Malang dengan tiket seharga 65.000. waktu perjalanan sekitar 6-7 jam.
Sampai di Malang kami carter angkot menuju Pasar Tumpang yang mana satu orang dikenakan biaya Rp.15.000


Sampai di Pasar Tumpang, kami (para wanita) bersih-bersih untuk siap-siap naik ke Ranu Pane menggunakan Truk Pasir yang kemudian dilanjutkan ngojek. Biaya angkut satu orang untuk truk pasirnya 15000 + Ojek 10.000.




Dan,,, sampailah kami di pintu gerbang untuk mendaki SEMERU menuju Ranu Kumbolo!!

LALALA... YEYEYEYE... LALALALA... YEYEYYEE...




Saya ingat betul.. awal memulai langkah memasuki gerbang ini saya dan Titis masih suka cita menyanyikan lagu macam-macam... tapi.. tidak sampai 15 menit tanjakan,, kami semua istirahat karena mulai kelelahan...

Tapi walaupun lelah, selama ada teknologi bernama kamera, maka kami akan selalu ceria dan pasang senyum kuda kalau ada yang teriak "AYO FOTO DULU!!" hahahaha


Nah... sekarang,,, mari membicarakan tentang apa yang di dalam pikiran saya selama naik gunung menuju Ranu Kumbolo...

Seperti yang saya ceritakan tadi,, 15 menit pertama, saya merasakan kelelahan yang sangat. Tiba-tiba saja saya merasa sulit bernafas. Saya yakin ini bukan karena asma yang saya derita, tapi ini rasa takut yang tanpa saya sadari muncul di benak saya. Saya ingat ucapan sahabat SMP saya, "Kamu asma Sa? yaudah deh! ga jadi aku ngajak kamu! mulai sekarang kamu print aja gambar danau ranu kumbolo kamu pajang deh di kamar kamu...! gitu aja udah cukup Sa! enggak usah naik! orang asma susah kalau harus naik ke Ranu Kumbolo!" Tiba-tiba saja di benak saya mulai ada ketakutan-ketakutan: "Kalau kamu pingsan gimana? kalau asma kamu kumat gimana? memangnya kamu kuat?" dan tanpa saya sadari saya mulai sesak nafas dengan semua ketakutan itu.

Kemudian, saat saya dan teman-teman berhenti sejenak, saya tutup mata. Tiba-tiba wajah Papah dan Ibu lewat di benak saya, dan kemudian (seperti biasa) ucapan Krisna terdengar lagi: "Orang tua lo ngebesarin lo bukan buat jadi cewek lemah dan manja! bukan buat cewek yang nyusahin orang lain! Jangan sok lemah deh lo!"

Seketika,,,

Saya seperti Poppeye yang baru makan sekaleng bayam dan Ultraman yang lampu merahnya kembali jadi warna biru atau seperti Digimon yang bisa evolusi ke tahap selanjutnya!! SEMANGAAATT deh pokoknya!!

Sebelum naik, saat saya minta izin ke Papah, Papah sempat bertanya: "Dedek yakin kuat? yakin enggak bakal nyusahin temen-temen Dedek?" dan saat itu saya jawab "Iya!". Jadi... saya harus tepati janji. Harus Kuat. Tidak boleh menyusahkan teman yang lain!

Saya memilih untuk membuka masker,, karena saya tidak bisa bernafas dengan baik ketika menggunakan masker. Efek sampingnya, saya harus menghirup banyak pasir debu lewat mulut dan hidung. Sempat saya berpikir, seberapa lama lagi saya mampu menghirup debu sebanyak ini sementara hidung dan pernafasan saya yang cukup sensitif.

Tapi... kan hidung dan paru-paru saya punya Tuhan, jadi,,, saat itu juga saya mematin dan berbicara kepada Tuhan untuk menguatkan semua organ badan yang dititipi kepada saya.

Dan sepertinya Tuhan mengabulkan doa saya. hahhahaa


Kembali melangkah. Kembali memikul tas yang segede anak sapi dan tetap berharap saya bisa sampai ke Ranu Kumbolo. Dan di bagian ini ada pelajaran yang saya dapat...

Saat saya melangkah, dan melihat ke depan, yang saya lihat hanya belantara dan puncak Mahameru yang masih sangaaaat jaaaauuuh. Kemudian tiba-tiba kaki ini terasa lelah. Lagi-lagi ketakutan akan ketidakmampuan saya kembali. Tapi kemudian... hati kecil saya berkata

"Jangan lihat seberapa jauh lagi kamu harus melangkah Sa... tapi lihat sudah seberapa jauh kamu BERHASIL melangkah hingga titik ini? Jangan terlalu memikirkan tentang tujuan akhir. Tujuan akhir hanyalah tentang batas. Tapi cobalah untuk menikmati proses untuk sampai ke tujuan itu. Karena dalam proses lah kamu sesungguhnya belajar. Cukup melangkah dan yakin setelah langkah ini kamu akan melangkah lagi, lagi, lagi dan lagi."

Dan kemudian itulah yang saya lakukan. Saya tidak lagi memandang seberapa jauh puncak Mahameru di sana. Atau berapa jam lagi kami sampai di pos berikutnya. Tapi saya mulai memandang dan menikmati pemandangan yang ada di dekat saya saat ini. Langit, awan, burung belibis yang jalan menuntun saya di depan, tupai dan tentunya tetap menyemangati diri sendiri: habis langkah ini, saya akan melangkah lagi, kemudian melangkah lagi dan setelah itu melangkah lagi :D

Iya,, saya harus menikmati setiap proses yang ada dalam hidup saya. Saya harus mulai belajar bersyukur dengan apapun kondisi saat ini. Tujuan hanyalah batas untuk menggapai. Dan akan selalu ada batas-batas lain yang bisa kita ciptakan.

Bisa jadi tujuan akhir itu milik kita, bisa jadi tidak pernah menjadi milik kita. Tapi... untuk merasa bahagia dan bersyukur, bukankah ada di tangan kita? menikmati langkah demi langkah. Lelah demi lelah. Saat tujuan bisa kita capai, kita bersyukur. Saat tujuan belum dapat dicapai, kita harus tetap bersyukur. Kenapa? karena kita mendapatkan hal yang disebut PENGALAMAN!!

Okeee,,,, lanjut ke perjalanan menuju Ranu Kumbolo yaa...


Tim kami terdiri dari 4 cewek (Saya, Anis, mbak Duma dan Titis) serta 3 cowok (Wance, Ghoza dan Reza).

Ada cerita konyol yang harus saya tulis agar saya tidak lupa.


Entah kenapa kaki pendek saya ini kalau jalan kecepatannya di atas rata-rata. Pernah dulu diisengin oleh teman-teman cowok, mereka bilang kaki saya ada rodanya ('-_-) atau ada yangbbilang, kecepatan saya berjalan yang kaya kanguru ini adalah akibat tidak punya tandem! kelamaan jalan sendirian a.k.a jomblo a.k.a ga ada pasangannya, jadi jalan saya kaya dikejar Belanda. Oke lupakan itu semua!

Jadi,,, karena jalan saya yang cepat ini, jadilah saya, Anis, Wance dan Ghoza ada di barisan depan. Melihat kondisi tiga teman kami yang masih jauh di belakang, kami berempat memutuskan beristirahan sambil menikmati langit yang ditaburi bintang seperti donat kentang yang ditaburi coklat almond!! (lap iler)

Tiba-tiba...

ADA BINTANG JATUH!!!

Kami berempat teriak bersamaan: BINTAAAANG JATUUUUHHH!!!

Kemudian, refleks saya langsung dalam posisi berdoa dan mengeluarkan suara yang lumayan keras dan saya...

...


...


Hmm... setelah saya pikir-pikir lagi, lebih baik tidak perlu saya ceritakan detilnya di sini. Intinya, saya refleks melakukan kekonyolan. ('-____-)


Dan Akhirnya kami sampai ke Ranu Kumbolo!!! sekitar pukul 19.35. Total pendakian 5.5 jam!! Yeeeeee!!! Dan saya sangaaaaat banggaaa dengan diri saya sendiriii (boleh lah ya)

Malam itu, bulannya indaaaaah bangeeet,,, Mau saya foto, tapi kok di kamera handphone saya, bulannya jadi kaya lampu taman,,, ('._.)
aaah... yasudah,,, mungkin hanya dengan jalan merekam di ingatan dan hati saja saya bisa menyimpan gambar tigaperempat bulan di atas danau Ranu Kumbolo yang cantik ini...

Angin di Ranu Kumbolo super dingin yg supeeerrr nya ngalah-ngalahin perkataan Mario Teguh deh!! Dingin buaaangeeettsss... jadi setelah bersih2 denga tisu basah dan berganti pakaian di tenda,, kami tidur dan beristirahat dengan tenang...

tapi tetap kedinginan.

---

Paginyaaaa...



menanti sunrise di Ranu Kumbolo



Kemudian foto-foto!!


Saya dan Anis yang masih kedinginan... padahal saya pake 3 lapis baju lho!


Saya dan Titis... titis Udah happy banget kayaknya,,, saya masih kedinginan aja... hiks..

---

persiapan sarapaaaan..

cowoknya lebih rempong nyiapin sarapan.. hahaha


Sop dengan air Ranu Kumbolo!! rasanyaaa,,, beeeeuuuhh jangan ditanyaaa!!!


Please jangan ditanyaaaa!!!

hahahhaa




Setelah saraapaaaan.. Saya, Goza dan Titis bersih-bersih perlengkapan makan..

oiya,, Karena Ranu Kumbolo adalah sumber air satu-satunya jadi tidak diperkenankan untuk mandi atau menyusci apapun langsung di situ,,

alasannya logis kok, agar air danau tidak tercemar dan tetap bisa dikonsumsi unutk minum para pendaki...


kalau mau nyuci piring, gosok gigi atau cuci muka,, kita ambil air dari danau dulu baru deh nyucinya agak jauh di pinggiran danau...



jadi siapin botol buat ambil air terlebih dahulu,, baru deh mau nyuci-nyuci di semak-semak pinggiran danau :D


kembali foto-fotooo... hahahahahaa (gaya pahlawan bertopeng)



Dan... Saatnya menanjaki "Tanjakan Cinta"...


Cantik ya,,, Ranu Kumbolo dari tanjakan Cinta..

Anyway.. gue mau rada sotoy nih kenapa tanjakan ini namanya Tanjakan Cinta,, dan mitosnya,, kalau kamu nanjak sambil memikirkan seseorang tanpa melihat ke belakang,, maka orang itu bisa jadi kekasih kamu,,,

Hmm...
Apapun mitos yang ada,, saya angkat topi untuk orang menciptakan mitos di balik tanjakan ini,, bagi saya, mitos ini kemudian berhasil menjadi penyemangat para pendaki untuk menaiki tanjakan yang menurut saya "meeeennn-capek-kali-gue-daki-nya" tapi,,, setelah di atas,, kalian bisa liat view Ranu Kumbolo yang indaaaah bangeeet!! Mungkin ini kenapa kita tidak boleh menoleh ke belakang,, biar "SUPRISE" ngeliat view yang cantik banget pas di atas...

Seandainya mitos ini tidak pernah ada,, kemungkinan besar banyak yang tidak berminat untuk mendaki tanjakan tersebut,, dan kemungkinan besar banyak pendaki yang kehilangan momen melihat view Ranu Kumbolo yang indadah bangeeeet!

Tapi buat yang percaya sih ga ada salahnya jugaaa,,, hehehehe...

Oiyaaa... yang paling buat saya jatuh cinta di Tanjakan Cinta ini adalah Suara angin gunungnya... INDAAAAAAHHH BANGEEEETT!!!! kalau saya nutup mata, saya masih bisa mengingat-ingat suara anginnya :")





Niatnya sih mau ngibarin bendera SLANK,, tapi apa daya,,, yang ada cuma sarung,,, yasudaaahlaaahh... hahhaa...


---

Tanggal 25 September, 2013 kami bergegas untuk pulang,,,



Seharusnya ada beberapa foto yang harus disertakan di sini,, tapi masih ada di kamera Titis.. jadi sejauh ini, sampai sini dulu cerita saya tentang

BERJUMPA RANU KUMBOLO

Perjalanan pulang entah kenapa terasa lebih berat karena panasnya matahari luar biasa menyengat,, persediaan air yang terbatas juga salah satu kendalanya,,,

Saat pulang, jujur saya lebih banyak menggurutu,, satu hal yang saya sadari bahwa SAYA BENCI YANG NAMANYA TANJAKAN!!

Kenapa masih ada tanjakan saat harus turun gunung??!!

Tapi kata Titis,, anggap tanjakan itu tantangan yang harus bisa ditaklukan,, kalau kita bisa naklukin satu demi satu tantangan itu membuktikan kita lebih hebat dari yang kita pikirkan...

Selama perjalanan dari pos 3 ke pos 2,, saya jalan paling depan,, kemudian,, saya mecoba untuk menyapa SEMERU dalam hati...

Bukankah manusia adalah bagian dari semesta?


Dear, Semeru,,,

Sepertinya benar bahwa manusia harus bisa lebih merendahkan hatinya dan membuka lebar matanya bahwa makna kehidupan itu sangat luas...

Sepertinya benar bahwa hidup itu tidak sekedar benar dan salah; hitam dan putih; layak dan tidak layak.
Hidup itu... tentang bagaimana cara kita melihat dan memahami,,, tidak sekedar menilai.

Sepertinya benar, untuk memahami banyak orang maka kita harus banyak melakukan hal-hal yang belum pernah kita lakukan,,,

Saat kita membuka diri untuk melakukan suatu hal yang baru,, maka saat itu juga alam memberi kesempatan kita untuk menerima sesuatu yang baru pula

wahai semesta atas nama Semeru,

Terimakasih sudah menjadi ruang belajar yang menyamankan hati dan pikiran ini...

Bertemu dan memahami lebih banyak orang...

Melihat lebih luas tentang kehidupan...

Dan membuktikan, bahwa tidak ada batasan untuk keyakinan dan harapan.



Mungkin kekuatan ataupun kemampuan manusia terbatas,,,

Tapi,,,

Kemampuan untuk meyakini dan berharap untuk melampaui batasan itu tidak pernah ada batasnya!!



Saya baru saja mempelajari itu di SEMERU.



------------------------------------------------------

Anyway,,, terimakasih ya buat TIM BIRU DONGKER yang selalu ceria setiap saat,,, enggak bakal lupa banget pas kita main SUBYUNG di tenda and ketawa bareng-bareng sampai guling-guling!!! Semoga kita dikasih kesempatan buat jalan-jalan bareng lagi yaaaa!!!










1 comment: