Tuesday, March 8, 2011

Sebenarnya, apa rencanaMu untukku Tuhan?


Saya tidak tahu apakah pantas saya menulis ini sebagai sesuatu untuk saya tujukan kepada Tuhan,,, mungkin memang jawabannya tidak--sayapun menyadarinya. Hanya saja saya kehilangan alasan untuk bertahan. Saya kehilangan alasan untuk berjuang, atau mungkin saya kehilangan kesabaran untuk tetap bertahan. Apapun itu, saya butuh pengaduan. Dan mungkin memang hanya Tuhan yang mau mendengarnya, dan semoga membantu saya untuk menemukan alasan sebenarnya mengapa saya harus tetap bertahan...





Hari ini saya melakukan hal yang sepertinya akan menjadi atau bahkan sudah menjadi rutinitas saya semenjak saya memulai untuk menyusun skripsi saya. rutinitas itu adalah : menunggu.
Menunggu DPS saya yang nampaknya kurang berjodoh dengan saya. Kenapa saya mengatakan kurang berjodoh, karena sejauh ini kondisi yang ada adalah : saat saya menemui beliau, beliau tidak ada. Saat beliau terlihat lalu lalang di sekitar kampus, saya dengan bodohnya tidak membawa draft skripsi saya, bahkan kemarin adalah hal yang sangat membuktikan KETIDAKBERJODOHAN saya dengan DPS saya itu, ketika sebuah keajaiban beliau menelpon saya untuk merancang rencana bimbingan di hari rabu dengans ekaligus menentukan waktu bimbingan (dan saat menerima telepon itu saya berpikir bahwa telah terjadi sebuah keajaiban yang melibatkan takdir dan alamsemesta dalam hidup saya!!!). Lantas apa yang terjadi di hari rabu pagi? Saya demam karena kebanyakan makan coklat dan yup! Saya gagal bimbingan dengan DPS saya yang super antic itu. Kalau ingat-ingat hal itu rasanya pengen demam lagi… (T.T)

Okay, setelah empat hari totally bed rest, saya mengumpulkan harapan, mimpi, doa dan tenaga untuk menemui DPS saya. dimulai dengan sms saya yang tidak beliau jawab, itu sama sekali bukan masalah untuk saya: SAYA SANGAT TERBIASA. Saya tetap pergi ke kampus, membawa draft skripsi saya yang sudah hampir 4x saya print ulang karena saya selalu ingin memberikan draft terbaik saat menghadap beliau walau pada kenyataannya draft terbaik saya itu akan menjadi draft yang MASIH SANGAT KURANG BAIK setelah bimbingan. It was really okay for me!! Kenyataanya adalah kemampuan saya jauh di atas beliau, dan atas segala revisi yang saya terima saya sangat menyukurinya. Karena bagi saya, semakin banyak hal yang direvisi, semakin banyak hal baru yang akan saya tahu. Pukul 09.00 saya standby di depan ruang guru besar. Menyapa Pak Budi dan menanyakan tentang DPS saya. DING-DONG!! “Maaf e mbak, tapi Prof belum keliatan tuh dari tadi pagi… ditunggu saja mbak…” , dan di dalam hati saya menjawab: of course Pak Budi, karena selama ini itulah yang saya lakukan: MENUNGGU. Hmm… sungguh Pak Budi tidak pantas terseret dari segala kejelimetan masalah bimbingan skripsi saya ini, Pak Budi itu super baik!! Oke, kenapa saya malah promo soal Pak Budi ya?

Minimal waktu saya menunggu untuk DPS saya itu selama ini adalah 3 jam. Maksimal rekor yang pernah saya capai adalah 5 jam!! Yang kalau saya pikir-pikir dengan waktu 3 s/d 5 jam bisa saya gunakan untuk melakukan banyak hal dibanding sekedar menunggu dan mendapatkan “ucapan semangat” dari teman-teman yang berlalu-lalang melihat saya dengan tampang mengasihani. Bahkan saya mengasihani diri saya sendiri.





Pada awalnya atas segala kesulitan ini saya selalu mampu menemukan alasan yang bisa menenangkan diri saya sendiri. Kalau saya sudah mulai gusar, gundah maka saya akan meyakinkan diri saya dengan kalimat-kalimat :

Tenang Sa, everything will be okay!! Memamng butuh perjuangan untuk mendapatkan sesuatu yang maksimal! Lo mau skripsi lo baguskan? So, berjuang!!

Atau saat saya harus menangis ketika harus DISELA sama segerombolan S2 yang juga mau bimbingan tesis!! Saat saya yang sudah menunggu hampir 4jam!! Dan saat DPS saya datang (bak dari kayangan) mereka langsung menyerobot dan bikin urutan sendiri di antara mereka!! Oh God, saya tahu saya jahat ketika pada waktu itu saya berdoa sepenuh hati kepada Engkau untuk memberikan saya mercon buat dilempar ke mereka!! Hhhh… astagfirullah…
Keseeeeeeellllll!!


dan saat itu saya bisa menulis di draft skripsi saya menggunakan pensil tulisan ini:

Semua yang indah akan selalu hadir dari sebuah perjuangan keras dan air mata Sa! So just keep moving forward!! Lo harus yakin kalau lo bisa!!

Atau saat melihat teman-teman yang bahkan sepertinya baru kemarin mengajukan proposal dan saat ini tersenyum sambil berucap: Doain gue ya Sa,,, mau daftar draft ni, semoga minggu depan bisa pendadaran. Astagaaaaaa…. Serangan jantung, hati, paru-paru kalau begini caranya!! Bahkan saya MASIH BERKUTAT DENGAN BAB 2 SAYA!! lagi… lagi… dan lagi… saya hanya tersenyum dan menghela nafas panjang sambil menenangkan hati saya sambil berucap dalam hati:

Mungkin ada sesuatu yang indah di balik ini semua? So tetap focus dan ikhlas ngejalanin ini semua, Tuhan pasti punya rencana besar buat lo, dan rencana besar itu akan menjadi rencana yang super besar ketika lo bisa sabar dan terus bertahan!!

Seketika saya mencoba untuk tenang, dan beberapa jam kemudian rasanya pengen pulang sambil roll depan, kayang, roll depan lagi, kayang lagi begitu seterusnya samapi rumah!! STRES GILAAA!!

Dan sekarang detik ini, saya menunggu. Dan saya mulai gundah, dan khawatir dengan nasib skripsi saya. dan semakin gundah ketika saya tidak punya alasan lagi untuk meredam kegelisahan ini. sampai detik ini, saya sudah cukup berusaha yang setidaknya saya melakukan hal yang sama dengan teman-teman yang lain. Saya sudah cukup bersabar atau setidaknya saya kesabaran saya tidak kurang dari teman-teman saya yang lain, saya sudah cukup sering menelan kecewa dengan semua proses menunggu ini, dengan semua ketidakberjodohan ini, lantas apa?!!

Lantas apa yang Tuhan rencanakan untuk saya? Demi Tuhan, jangan sampai rencana Tuhan adalah mengundur kelulusan saya…
Saya tahu, dan sadar mungkin ada beberapa mahasiswa yang mengalami nasib bahkan menganggap apa yang saya lalui TIDAK SEBERAPA, karena mereka mengalami yang lebih buruk daripada saya, tapi tidak bisakah saya menjadi golongan mereka yang bernasib tidak terlalu buruk?!! Sungguh, sangat ingin rasanya menikmati ini semua dengan segala pengharapan baik atas rencana Tuhan… yang sampai saat ini (jujur) belum tampak sedikitpun ada keindahan dibalik ini semua. Dan semakin kesini saya tidak bisa membohongi diri saya sendiri bahwa saat ini diri sayapun mengasihani diri saya sendiri. Semakin saya tersenyum dan mencoba sabar dengan segala untaian kata pengharapan baik yang saya susun, saya semakin merasa bodoh!!

dan semakin mengasihani diri sendiri...

Tuhaaaaaaaaan… bisakah kau tunjukan jawaban dan rencanaMu sekarang? Atau paling tidak secepatnya? Apa rencanaMu yang menjodohkan saya dengan DPS yang ternyata tidak berjodoh. Kenapa diantara puluhan anak perdata dan belasan dosen perdata, hanya saya dan Ira yang mendapatkan DPS beliau? Tidak Tuhan, saya masih yakin bahwa tidak ada yang harus disalahkan atas semua ini termasuk DPS saya. saya pikir sejauh ini beliau cukup membantu saya dan membimbing saya. Mungkin karena saya tidak tahu siapa yang potensial untuk disalahkan atas kondisi ini, maka saya berpikir jangan-jangan memang ini kondisi yang paling tepat untuk saya? Ya Tuhaaaan… jangan lama-lama dong ngasih cobaannya.




Tuhaaan… saya mungkin salah menulis tulisan ini dan mengeluh atas segala hal yang mungkin sangat biasa ini. Tapi Tuhan… saat ini saya hampir di titik jenuh saya, dan stuck enggak tahu apa yang harus dilakukan… Tuhaaan… maaf ya, kalau di tulisan ini saya banyak ngeluh, saya janji enggak ngeluh lagi asal Engkau mau membantu atau setidaknya, Engkau selalu ada di hati saya. sehingga kalau saya kehabisan kata-kata untuk meredam kegundahan saya, ada Engkau yang menyemangati saya.

Tuhan, saya lega menulis tulisan ini. jangan marah, mohon bantuannya. ;)



P.S : Tuhan jangan marah ya...

No comments:

Post a Comment