Tuesday, January 15, 2013

Melepaskan...




Setelah dihubungi seorang sahabat, saya memutuskan untuk membuat tulisan ini. Tulisan ini saya buat dengan segala kejujuran dan perasaan yang saya miliki. Tentang kenaifan yang saya dan beberapa wanita lain membawa-bawa atau mungkin menyimpan dalam kehidupannya. Cinta itu sesungguhnya sederhana—tentang memberi.

___

“Dia memilihku. Aku memilihmu tanpa aku tahu apakah kau juga akan memilihku. Entah sampai kapan hati kita saling berpaling . Hinga Tuhan turun tangan untuk membolak-balik salah satu hati di antara kita, untuk saling memilih atau saling melepaskan”



Untuk kau yang tak perlu kusebut siapa. Aku tahu kau akan tahu bahwa tulisan ini untukmu. Aku yakin kau memiliki radar seperti radar milikku yang kemudian memilihmu. Kau tahu, selama ini aku berjalan sendiri sambil memeluk keyakinan bahwa hati ini hanya akan kuberikan untukmu, yang tak pernah kutahu apakah kau benar-benar menginginkannya. Kuabaikan tangan-tangan yang mencoba menggengamku, yang menawarkan untuk berjalan beriringan bersamaku agar aku tak lagi berjalan sendirian. Benar aku menolaknya. Aku menolaknya karena (sekali lagi) hatiku hanya memilihmu.

Kau tahu. Di penantianku, berkali-kali kumemutuskan untuk melupakanmu. Hasrat itu datang ketika aku melihat kau berdiri bersisian dengan wanita yang jauh lebih indah daripada aku. Tak apa dengan kesendirianku selama ini, melihat kau bersama wanita yang lebih baik adalah takdir indah yang pasti akan kuterima. Walau hatiku memilihmu dan berharap kau memilihku, tapi jauh di dasar hatiku, aku hanya ingin melihat kau bahagia dengan wanita yang pantas. Siapapun dia.

Saat itu aku berjuang. Berjuang menyembuhkan rasa sakit itu sendirian. Berjuang membunuh semua harapan dan rindu yang selalu tertuju untukmu. Berjuang untuk tetap tersenyum riang ketika berpapasan denganmu. Berjuang untuk menenangkan setengah hatiku bahwa tanpa bayangmu, jiwa ini akan baik-baik saja. Berjuang untuk mengundang lupa yang kemudian membawa pergi dirimu dari kepalaku. Aku berjuang sekeras itu untuk melupakanmu, untuk menyembuhkan hatiku.

Anehnya, aku tetap tidak bisa menyerahkan hatiku pada mereka yang datang dengan genggamannya. Orang-orang di sekitarku mulai mengasihaniku. Dan akupun mulai mengasihani diriku sendiri. Tapi tidak sekalipun aku menyalahkanmu. Karena aku sadar, dari awal akulah yang memilihmu. Karena aku paham, dari awal akulah menciptakan perasaan ini sendirian. Sendirian, tanpa mencoba untuk sekedar memberitahu kepadamu tentang rasa ini. Tentang perasaan ini, akulah yang bertanggungjawab sepenuhnya. Setidaknya untuk diriku sendiri.

Wahai kau yang tak perlu kusebut namamu, lewat pembicaraan malam bersama sahabat, aku menyadari satu hal. Hati ini bukanlah milikku. Bukan sama sekali. Sesungguhnya aku salah ketika harus mengatakan bahwa aku telah memilihmu. Sesungguhnya aku tak memiliki hak untuk itu. Dan akhirnya malam ini aku sadari itu. Hatiku milik Tuhanku. Sepenuhnya milikNya. Maka malam ini aku merenungkan banyak hal; tentang aku yang menunggumu bertahun-tahun, tentang kau yang datang dan pergi, dan tentang dia serta mereka yang datang dengan ketulusan menyanjungku sebagai seorang wanita. Sampai pada satu titik penyimpulan hati dan perasaan, bahwasanya aku tak ingin menyakiti siapa-siapa termasuk hatiku sendiri. Sampai pada satu titik penyadaran bahwa aku harus melepaskan radar dan membiarkan hatiku memilih hati yang juga memilihku.

Tuhan Maha Pembolak-balik hati manusia. Hatiku, hatimu dan hatinya. Entah sampai kapan. Entah hati siapa di antara kita yang kemudian dibolak-balik untuk saling memilih atau mungkin saling melepaskan. Malam ini, lewat pembicaraan penuh makna dengan seorang sahabat, aku kemudian membisikan pada jiwaku bahwa aku melepaskanmu. Tak lagi mengharap kemungkinan-kemungkinan darimu. Datang dan pergilah sesukamu sekarang, aku sudah tidak akan terlalu peduli. Bukan karena aku lelah dengan penantian ini, bukan! Tapi tentang kepasrahan yang kulahirkan dan kesadaran yang hadir bahwa Tuhan pastilah memilihkan seseorang yang terbaik untuk menjaga hatiku kelak. Mungkin kau, mungkin dia, atau mungkin seseorang yang tak pernah kukenal selama ini.

Kau tahu wahai seseorang yang tak perlu kusebut namanya, walau selama ini aku memilih untuk terus berjalan sendiri, aku tak menyesal. Karena itu menjadikan aku menjadi wanita yang lebih kuat dan lebih pemberani. Aku tak pernah menyesal “menunggu”-mu selama beberapa tahun hidupku, karena kemudian dengan begitu aku menjaga hatiku untuk tidak kuberikan dengan mudah kepada lelaki yang menawarkan genggamannya kepadaku. Aku belajar untuk mengutuk segala perselingkuhan, bahkan sekedar berselingkuh hati. Aku memilih sendiri karena aku tidak pantas menerima segala sanjungan dari mereka sementara hatiku (dulu) terus tertuju kepadamu. Bagiku, oportunis untuk dicintai adalah hal yang tidak termaafkan. Aku ingin dicintai oleh lelaki yang jujur, dan untuk mewujudkan itu akupun harus jujur kepada diriku sendiri dan kepada siapapun. Aku tidak akan mengatakan aku cinta hanya agar aku dicintai. Bagiku mencintai seharusnya bukan untuk pengharapan dicintai. Mencintai itu untuk mengajarkan hati kita tentang keikhlasan dan ketulusan. Mencintai itu perjuangan! Saat kau memutuskan untuk mencintai sesuatu, maka saat itu kau akan memperjuangkannya.

Selama ini, menulis adalah hal yang selalu berhasil melegakanku. Begitupun malam ini.
Tuhan itu Maha Baik, Ia tak membiarkan hambaNya terus terkungkung kebingungan. Lewat seorang sahabat aku diingatkan untuk mengembalikan semua hal dalam hidupku kepadaNya. Hidupku. Matiku. Dan cintaku.

Sekali lagi...

Malam ini kau melepaskan perasaan “memilihmu” ini.

Aku akan mencoba memintaNya untuk menemaniku jalan beriringan. Bukankah ketika kita bersama Tuhan kita tidak akan merasakan kesepian? Bukankah ketika kita memiliki Tuhan kita memiliki segalanya?

___



Terimakasih untuk Tutut yang sudah mengingatkan saya untuk mengembalikan semua perasaan ini kepada sang Pemilik Kehidupan. Terimakasih atas kejujuran atas kerapuhan hati yang telah tersampaikan untuk saling menguatkan. Semoga lo juga diberi kekuatan untuk "melepaskan" dia. Berjuang!!

Semoga kita mendapatkan yang terbaik :)




Picture:

http://www.glogster.com/justally/let-it-go/g-6ldcd6kn9otk4rlh00tdsa0

http://thedisquiet.blogspot.com/2012/07/let-it-go.html

2 comments:

  1. Jujur saya ngefans sama tulisan2 kak anisa, inspiring, apalagi tulisan yang satu ini, oh please, seperti membenarkan apa yg telah saya putuskan beberapa waktu lalu. Membuat saya lebih yakin dengan pilihan yang saya pilih; Move !

    Thank you so much for these beautiful words. Salam kenal, sukses selalu :D

    ReplyDelete
  2. Thanks Dear,,, terkadang memang banyak cerita yang sama dalam kehidupan wanita yang berbeda ya... :) Nice to know you, plui...

    ReplyDelete