Monday, December 19, 2011

PAPAH

Ada dua malikat dalam hidupku; Ibu, Dan Ayahku, yang kupanggil "Papah"

Papah manusia yang tidak terlalu banyak kata. Papah bukan sosok ayah yang mudah meng-"iya"-kan apa yang anak-anaknya inginkan. Ketika kecil, aku berpikir bahwa Papah tidak pernah mengerti apa yang aku inginkan;
Saat aku menginginkan tas koper bergambar Princes Walt Disney, Papah membelikanku tas punggung bertulisan "MACHO".
Saat aku menginginkan jam tangan Baby-G, Papah membelikanku jam sederhana dengan detik wajah karakter Mr. Smile. Jam yang sangat sederhana jika dibandingkan dengan jam Baby-G yang aku inginkan.
Saat aku menginginkan boneka barbie, Papah membelikanku white teddy bear berhidung merah.

Saat Papah memberikan itu semua, aku marah. Tidak suka dengan kado-kado itu semua


Papah tidak pernah memberikan apa yang benar-benar aku inginkan...

Setelah jarum jam berputar cukup lama dan membawa umurku menginjak dewasa, aku mulai menyadari satu-persatu hadiah pemberian Papah;

Kelas lima SD, buku pelajaranku mulai menumpuk... setiap hari aku harus membawa 5 buku cetak tebal-cukup membuat punggungku sakit. Suatu hari tas punggungku putus. Di hari papah dan ibu sedang dinas ke luar kota dan itu membuat aku kebingungan untuk melaporkab putusnya-tas-sekolah-ku kepada siapa. Kubuka lemari penyimpanan tas,,, kemudian kutemukan tas "MACHO" hadiah dari Papah 4 tahun yang lalu. Tas yang hampir tidak pernah kupakai. Setelah beberapa saat aku memandang tas MACHO--satu-satu tas yang kupunya saat ini--beberapa menit, kuputuskan untuk kupakai besok kesekolah.
Aneh, beban bukuku terasa lebih ringan. Saat itu aku sadar, mungkin benar papah tidak membelikan tas yang bagus seperti tas koper barbie yang aku inginkan, tapi Papah sudahmemilihkan tas yang nyaman untukku

Era jam tangan Baby-G sudah lewat lebih dari tiga tahun yang lalu, dan aku masih mengenakan jam tangan Mr. Smile pemberian Papah. Suatu siang aku menerima lembar ujian matematika; aku dapat angka 4... tidak pakai koma, cuma 4! Aku menunduk. Air mataku berlinang tanpa kuperintah. Lalu ada sebuah senyum berputar-putar di jam tanganku. Aku memperhatikannya tanpa sadar. Dan aku tersenyum. Hatiku berbisik, "Tuhan, seandainya tiga tahun yang lalu Papah membelikanku jam tangan digital Baby-G, apakah detik ini aku akan tersenyum?"


"Dedek lagi bikin apa?" tanya ibu.
"Baju barbie Bu,,, buat dijual ke temen-temen,,, nanti kalau duitnya udah agak banyak, Dedek mau beli barbie ya Bu... tapi kalau duitnya enggak nambah-nambah, Ibu yang nambahin ya" jawabku. Ibu mengangguk sambil tersenyum. Keesokan harinya ibu membeli kain warna-warni, kata ibu kain itu untuk modal bahan baju barbie. Setiap sore aku sibuk membuat baju-baju barbie untuk kemudian dijual. Aku sibuk membuat baju, Papah tenang membaca koran, kami di ruangan yang sama, tidak banyak bicara.

Suatu siang ada dua boneka barbie di atas meja tamu. Boneka barbie yang sangat cantik. Lebih cantik daripada yang dimiliki oleh teman-teman dan tetangga-tetanggaku.

"Ini barbie siapa, Pah?" tanyaku.
"Itu hadiah, buat Mbak Arum dan Dek Anis. Satu-satu ya". titik.


Semakin hari aku menyadari bahwa Papah sangat menyayangi anak-anaknya. Papah memang cenderung diam, tapi bukan berarti Papah tidak mendengar rengekan aku yang meminta ini-itu. Dulu, Papah sering sekali mengucapkan, "buat apa? itukan mahal?" atau "belajar untuk menentukan prioritas kebutuhan, Dek!". Aku selalu melengos kalau Papah sudah mengeluarkan kalimat tadi. Tapi kemudian, beberapa hari kemudian, kalimat Papah berubah menjadi "Dedek benar-benar perlu itu?" dan kemudian aku mendapatkan apa yang kuinginkan, bahkan melebihi dari apa yang kuharapkan.

Aku ingat, dulu ketika SMA aku harus mondar-mandir meminjam kamera untuk membuat tulisan majalah sekolah. Suatu sore Papah dan Ibu bertanya, "memang kameranya buat apa?" lalu aku menjawab sekenanya. Seminggu kemudian, sepulang study tour, kamera digital sudah ada di atas meja ruang tamu. kamera digital yang jauh lebih bagus daripada milik siapapun. Setidaknya itu menurutku.


Aku tahu Papah tidak pernah mengabaikan satupun "rengekan" anak-anaknya yang manja ini. Aku tahu Papah selalu memikirkan kebahagiaan kami--anak-anaknya-- ketiika Papah berkata "Papah selalu berdoa saat tahajud biar kalian mendapatkan yang terbaik, biar kalian bisa sukses! makanya belajar yang benar". Atau ketika Papah memberikan kami secarik kertas berisi doa dan dzikir untuk diberi kemudahan dalam belajar.

Papah... Terimakasih... Terimakasih telah menjadi hadiah terindah di dalam hidup...
Terimakasih telah memilihkan hadiah terbaik untukku...
Terimakasih telah berusaha untuk terus memenuhi apa yang diinginkan anak-anakmu... Terimaksih sudah menjadi ayah yang sangat membanggakan untukku...
Tuhan... izinkan aku menjadi hadiah terindah untuk hidupnya...
Tuhan... izinkan aku memilihkan hadiah terbaik untuknya...
Tuhan... izinkan aku memenuhi keinginannya...
Tuhan... Izinkan aku membanggakannya... Tuhan... Terimakasih sudah memberikan Papah sebagai ayahku.


Anyway,,, sesungguhnya, white teddy bear yang dulu Papah belikan, sekarang masih ada dan wujudnya masih sangat bagus,,, sekarang hak milik sudah beralih, ke OBI, cucu pertama Papah :) Terakhir, Obi memberi nama Dedeh!

No comments:

Post a Comment