Monday, December 14, 2009

Ratu Seribu Candi




Aku melihat bangunan tua itu menjulang tinggi. Mencakar langit memayungi angkasa. Pahatan-pahatan di dinding membisu padahal penuh cerita akan hal yang terjadi ratusan mungkin ribuan tahun yang lalu…

Waktu ku kecil, papah selalu bilang bahwa konon zaman manusia memuja dewa, dimana matahari menjadi raja, rembulan menjadi dewa, hiduplah seorang denawa yang jatuh cinta dengan seorang wanita bernama roro jongrang. Denawa ingin memperistri roro jonggrang, namun roro jonggrang berkilah dan meminta sang denawa membangun seribu candi untuk nya yamng harus selesai sebelum matahari terbit keesokan harinya. Yah, kalian pasti tahu tentang akhir ceritanya, bahkan lebih tahu.
Saat aku kecil aku percaya bahwa kisah itu pernah terjadi. Khayalan anak kecil jauh, jauh lebih liar dibanding khayalan ketika kita menjadi seorang dewasa. Saat itu, aku terdiam memandang patung wanita yang konon itu adalah roro jonggrang yang dikutuk menjadi batu. Saat itu, khayalan liar ku meraba keyakinan seperti itu, namun ketika aku kembali ke prambanan untuk yang kedua kali nya dalam hidup ku sebagai seorang dewasa, aku seolah menemukan cerita lain dibalik lagenda itu…
Semakin ku beranjak dewasa, ketika pulang lebaran dan melewati julang-julang candi hindu itu, selalu kuyakinkan apakah roro jonggrang itu benar-benar ada? Sampai akhirnya, papah mengatakan “ itu namanya cerita rakyat dek… sebuah peradaban membangun candi prambanan dan agar menambah megah nya bangunan itu dibuatkanlah lagenda atau cerita rakyat nya agar bangunan mempunya nilai histories nya tersendiri” , beberapa detik setelah mendengar papah menjelaskan maka saat itu juga khayalan liar ku terdiam, logika berjalan,seperti itu seterusnya, namun saat ini…. Ku biarkan khayalan liar kecil ku kembali menjalar dan berputar menyusun cerita ratu seribu candi ini.
Kenapa masyarakat jaman dulu menciptakan kisah cinta yang berakhir petaka untuk sebuah maha karya yang indah seperti prambanan? Kenapa mereka tidak menciptakan cerita tentang seribu bidadari yang turun dan menciptakan candi di tanah jawa? Atau mungkin cerita tentang kehidupan ratu cantik layak nya Cleopatra? Mengapa petaka sebuah kutukan yang membungkus stupa-stupa dan pahatan batu yang bercerita? Roro jonggrang itu wanita, hanya saja karena ia tidak mempunyai daya untuk menolak sang denawa yang jatuh cinta kepada nya dan ia memilih untuk memperjuangkan perasaan nya yang mungkin saja lebih pantas ia berikan kepada seorang manusia bukan denawa seberapa kuatpun ia. Sedangkan seorang denawa (yang ntah siapa namanya) seolah menggambarkan sifat laki-laki yang bisa melakukan apapun demi wanita yang ia inginkan namun menjadi sangat murka ketika semua jerih payah terbayar dengan tipu belaka. Teman, bisakah kalian ambil nilai berharga dari cerita di balik Prambanan ini? Bagi ku, sosok roro jonggrang seolah menggambarkan seorang perempuan yang memilih untuk memberikan cintanya kepada seseorang yang ’mungkin’ biasa saja namun sejiwa dengan diri nya di banding seorang yang sebut saja ’berkuasa’ ntah karena harta, tahta kuasanya. Selanjutnya, sosok denawa menggambarkan sebuah ambisi yang mencoba membenarkan kekuasaan mampu mengubah semua nya. Padahal tidak.

Kekuasaan kekuataan denawa yang mampu membangun seribu candi ternyata tidak mampu membangun satu perasaan cinta di hati roro jonggrang. Disinilah kita melihat bahwa terkadang kekuatan lelaki tidak mampu melawan kerapuhan hati seorang wanita...

No comments:

Post a Comment