Monday, November 29, 2010

JINGGA



Senja itu terulang dalam jingga yang samar, langitku terasa damai. Bumi menyepi.
Aku melihat awan-awan itu beriringan, melebur untuk menari bersama angin.

Hitam menang mencipta malam. Sendu bulan membingkai sepi dalam gelap. tak ada bintang.
Dan aku mengartikannya, sunyi.

Temanku di beberapa malam ini hanyalah helaan nafas dalam.
seperti menanti nasib. Bimbang tak karuan. Sampai akhirnya aku memanggil air mata.
Menatap wajah galau dalam gerakan dunia yang cepat.
Aku tertinggal,,,

Malam ini benar-benar sunyi.
Tak ada malaikat yang melayang membagikan mimpi dan harapan untukku,
bahkan kepakan sayapnya pun tak terdengar
Cahaya malamku hanyalah remang-remang, tak sampai untuk menghangatkan kalbuku.
Aku rindu,,,

Semakin sakit ketika air mata ini berteriak bahwa aku rapuh,
aku luluh,,
lumpuh,,
nyaris hancur.

Hitam tak sekuat yang ku kira. Ia lenyap perlahan ketika pagi merangkak di atas bumi.
Awan-awan baru mulai menggumpal--langit tak lagi kosong--burung-burung berlomba menembusnya satu-satu.
Remang-remang ini menjadi cahaya yang utuh.

Aku bangun.
Jingga datang. Kali ini tidak bersama senja.


Jingga datang bersama harap.

No comments:

Post a Comment