Thursday, December 27, 2012

bahwa, Cinta Adalah Keberjodohan Rasa dan Waktu







Ini kali kedua saya memikirkan sebuah konsep yang saya simpulkan sendiri; bahwa cinta adalah keberjodohan rasa dan waktu. Bahwa cinta tidak sekedar tentang mencintai, tidak sekedar tentang dicintai,,, 

menyoal tentang cinta,, 

adalah menyoal tentang kesiapan kita mencintai untuk dicintai seseorang...

itu pikir saya.


Kembali soal bahwa cinta adalah keberjodohan rasa dan waktu. Bagi pembaca wanita, pernahkan kalian mencintai seseorang tanpa sebuah pernyataan? kalian memilih untuk memendam perasaan kalian karena bagi kalian itu adalah cara terbenar ketika seorang wanita sedang jatuh cinta? Beberapa wanita tumbuh dengan kelogisan pikiran yang dominan dibanding sekedar menggantungkan semuanya kepada perasaan. Ketika banyak orang mengatakan bahwa cinta seharusnya timbul tanpa "karena" , kalian menyadari bahwa ada banyak "karena" yang harus kalian kantongi ketika mengagumi seorang lelaki;

... karena ia baik,
... karena ia pintar,
... karena ia rendah hati,
... karena ia lucu,
... dan "karena-karena" lainnya...

karena hanya kepada laki-laki yang benar-benar "pantas"lah yang akan memiliki hati kalian.

Sayangnya, kelogisan yang dominan ini menyebabkan kalian menjadi terlalu paranoid dengan perasaan yang kalian miliki. Kemudian muncul banyak pertanyaan di dalam hati kalian;

... benarkah saya mencintainya atau hanya sekedar menyukainya?
... bagaimana kalau ini hanya perasaan sesaat?
... haruskah saya serius dengan dia, bagaimana kalau dia bukan jodoh saya?

dan pertanyaan lainnya yang kemudian kalian menyerahkan semua pertanyaan itu kepada waktu untuk menjawabnya satu-persatu.

Atau mungkin,

Tidak sepenuhnya kalian diam melakukan "pembiaran" dengan perasaan kalian. Akan tetapi kalian sedang menunggu apakah lelaki yang kalian harapkan itu akan melakukan "perjuangan" yang cukup berarti untuk mendapatkan hati kalian.

Kalian "biarkan" perasaan itu, hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan bahkan tahun demi tahun, hanya sekedar ingin menguji perasaan kalian sendiri akan seberapa lama ia akan bertahan di hati kalian. Tanpa kalian sadar bahwa sebesar apapun perasaan yang kalian punya, sebuah "pembiaran" adalah sebuah proses pemusnahan. 


Hingga di satu titik perpotongan waktu dengan perasaan yang kalian miliki; rasa suka, rasa kagum, rasa suka, rasa sayang (atau mungkin) juga rasa cinta yang kalian miliki itu hilang bertepatan dengan tumbuhnya rasa suka, rasa kagum, rasa suka, rasa sayang (atau mungkin) juga rasa cinta kepada kalian yang tumbuh di hati lelaki yang pernah kalian "inginkan".

Pada akhirnya, yang terjadi adalah...

kalian mencintai saat lelaki yang kalian cintai tidak merasakan hal apa-apa kepada kalian. Dan kalian dicintai saat perasaan cinta kalian kepada lelaki tersebut sudah menghilang. Itulah, yang saya maksudkan bahwa sesungguhnya cinta adalah keberjodohan rasa dan waktu...

karena seharusnya, kita mencintai seseorang yang mencintai kita juga.

Itulah waktu yang tepat.

Tapi ketika cinta kita tidak berjodoh dengan waktu yang kita miliki, mungkin ini sekedar permainan kecil dari tangan-tangan Tuhan tentang sebuah pengujian iman yang kita miliki. 

Jadi apa yang harus kita lakukan saat lelaki yang dulu pernah sangat kita cinta (baru) menyatakan cintanya kepada kita saat ini--di saat kita sudah tidak memiliki rasa apa-apa lagi kepadanya?


Lagi-lagi ini pilihan...


melakukan sebuah pembiaran (lagi)


atau


mencoba mengingat-ingat lagi bagaimana rasanya mencintanya...






PICTURE:
1. http://www.mamamia.com.au/relationships/relationship-breakups-how-soon-is-too-soon/
2. http://chibasenka.deviantart.com/art/time-to-love-97722292?moodonly=1


2 comments:

  1. dalemnya tulisannya, jangan2 sudah jadi filsuf kehidupan ya :)

    ReplyDelete
  2. Setiap masa punya perasaan n rasanya sendiri-sendiri buat hidup kita... Nisa cuma pengen nyampein itu aja sebenernya... hehehe...

    ReplyDelete