Tawa dan senyuman yang keluar sepanjang hari terbayar oleh air mata di tengah malam menuju pagi
Ada rasa, dan pesan-pesan hati yang ingin disampaikan tapi entah kepada siapa. Untungnya saya hidup di mana manusia tidak pernah benar-benar sendiri dan tidak pernah benar-benar bersama; ragam media sosial yang memungkinkan itu.
Jadilah, tengah malam sepulang kuliah saya mengetik hal-hal yang ada di kepala saya.
Seperti yang sudah-sudah...
Bagi saya menulis itu menyembuhkan. Semacam obat yang entah apa ramuannya tetapi selalu berhasil membuat hati lebih tenang.
Beruntungnya saya, ketika ternyata obat itu tidak hanya menyebuhkan saya, tapi mereka yang membacanya,,,
pede sekali saya?
Ah... biarkan. Satu dari sekian alasan tersenyum yang saya temukan di pagi ini adalah saat tahu banyak yang me-RT tulisan tadi malam. Sebagai Penulis pemula yang norak kegirangan karena banyak yang RT, jadi saya tuliskan lagi apa yang saya tuliskan di TL @annisarahmah:
Jika terang belum sampai ke ujung jendela kamar mu, jangan gusar. Ingat saja bahwa bumi itu berputar. :)
Pagi dan pemandangan di ujung dermaga selalu seperti bercerita tentang hidup, tentang perjalanan, tentang yang datang dan meninggalkan :)
Karena pagi tak pernah kehabisan cerita tentang harapan dan awal menuju kebaikan. Tak pernah lupa membawa sekantung pesan dari mimpi semalam
Saya berpikir, kadang kita butuh untuk sekedar diam dan membiarkan waktu menunjukan apa sebenarnya yang diinginkan Tuhan :)
Ada waktu di mana untuk merasakan bahagia kita cukup menerima dan percaya. Terkadang cukup itu saja.
Ya. Sering kita lupa tentang hal-hal indah yang Tuhan sembunyikan di balik malam yang terlalu panjang untuk dihabiskan sendirian.
Kita harus belajar, bahwa apa yang kita harapkan tidak akan selalu benar, serupa dengan apa yang kita hindarkan tidak akan selalu salah.
Maka pelan-pelan kita paham, bahwa tangan Tuhan bekerja dengan banyak cara yang tidak selalu bisa kita pahami.
Kadang resah hanyalah sampah yang entah akan kita apakan, sampai kita tak punya pilihan untuk kemudian sekedar membuangnya.
(Karena kemudian kita menyadari satu hal) bahwa kita terlalu awam untuk membaca pertanda-pertanda semesta. Terkadang kita terlalu yakin untuk hal-hal yang tidak perlu terlalu diyakini.
No comments:
Post a Comment