9 November 2012.
Sepucuk surat dengan sebuah perasaan di dalamnya, beralamat namaku.
Engkau bilang ini balasan atas puisiku yang sesungguhnya entah kualamatkan kemana...
Hai Tuan yang menulis pesan,
terimakasih telah kau kabarkan bunga yang telah tumbuh di hatimu atas namaku,
terimakasih telah kau satukan rasa ragu dan rindumu dalam sepucuk puisi yang kau alamatkan untukku,
terimakasih telah menuliskan itu semua untukku...
Terimakasih.
Tapi seperti yang kau bilang, bahwa kau paham segala rasionalitasku yang terkadang irasional; ternyata butuh kesabaran seratus kali lipat untuk menemukan apa mauku.
Aku adalah wanita yang percaya dengan misteri waktu.
Aku bukan wanita yang suka menebak-nebak.
Membiarkannya menjadi misteri lebih bijak daripada sekedar menebak.
Bukan wanita yang terlalu suka menari-nari dengan angan masa depan.
Masa depan tidak menjadi lebih penting dari saat ini, karena mungkin saja besok aku mati.
Aku hidup dengan ragu, dan terkadang aku gagu untuk mengungkapkannya.
Tapi itu aku, dengan segala kerumitan yang terkadang aku pun tak tahu bagaimana mengurainya.
Maaf bila kerumitanku menangguhkan egoku.
Mungkin saat ini aku ingin merangkul dan berbaikan dulu dengan waktu serta masa lalu,
Aku hanya tak ingin menyakiti siapa-siapa (lagi), selain aku.
hatjieeehhh :p
ReplyDeleteSubhanallah kawanku,
terbius aku oleh untaian kata yang kau tulis
kini ku penasaran siapa dia Tuan yang menulis pesan?
Penasaran aja atau penasaran banget? ;p (gaya si maya)
ReplyDelete