“…Manusia yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat bagi manusia, dan pekerjaan yang paling dicintai Allah adalah menggembirakan seorang muslim, atau menjauhkan kesusahan darinya, atau membayarkan hutangnya, atau menghilangkan laparnya. Sungguh aku berjalan bersama saudaraku yang muslim untuk sebuah keperluan lebih aku cintai daripada beri’ktikaf di masjid ini (masjid Nabawi) selama sebulan…”
(HR. Thabrani di dalam al-Mu’jam al-Kabir, no. 13646)
Kita tidak perlu menunggu kaya untuk memberi. Tidak perlu menunggu bahagia untuk membahagiakan. Tidak perlu menunggu kuat untuk menolong.
Karena kita bisa melakukan kebaikan kapan saja tanpa harus menunggu apapun. Tuhan selalu memberi jalan untuk semua kebaikan, karena tidak diragukan lagi, DIA adalah sumber kebaikan itu sendiri. Maka dekatilah Tuhan, cari perhatiannya dengan melakukan banyak kebaikan yang Dia senangi.
Bahagia itu diciptakan, bukan ditunggu ataupun dicari. Dan salah satu keadaan yang tidak bisa diingkari sebagai sebuah alasan berbahagia adalah saat kita tahu bahwa kita adalah alasan kebahagiaan untuk orang lain.
Projek Bahagia Jog-JA-Karta adalah manifestasi atas keyakinan saya akan hal di atas. Adalah mimpi saya untuk bisa memberikan manfaat bagi banyak orang. Dulu saya pernah bilang kepada seorang teman,” Gue pengen jadi orang kaya!! Biar bisa bagiin banyak duit buat nolongin orang-orang yang membutuhkan!”, dan saat itu juag teman saya membalas ucapan saya dengan sangat datar sambil membaca buku yang ada di tangannya (bahkan) tanpa melihat saya, “Kalau mau nolongin orang, ya nolongin aja, ga usah pake alasan nunggu kaya segala. Lo bisa ngelakuin banyak hal tanpa harus nunggu kaya dulu.”
Saya terdiam saat itu. “caranya?” tanya saya.
“Lo pikir aja deh sendiri, yang jelas, kalau emang niat lo buat kebaikan ya do something lah, buka sekedar wacana”, jawabnya masih sambil asik membaca buku tanpa menatap mata saya.
Dari situ saya paham, (seharusnya) saya bisa melakukan banyak hal untuk bisa membantu banyak orang, dan terciptalah PROJEK BAHAGIA Jog-JA-Karta ini. Saya percaya selalu ada jalan yang baik untuk melakukan dan mencapai kebaikan,dengan keterbatasan kondisi saya, saya yakin bisa memfasilitasi teman-teman yang juga memiliki niat yang sama besar dengan saya tapi kebingungan untuk memulainya. Maka saya dan Ayunita—sahabat saya di Jogja—memutuskan untuk yang memulainya dan menggerakan harapan-harapan ini menjadi suatu hal yang nyata.
Lewat PROJEK BAHAGIA ini saya ingin membuktikan kepada banyak orang bahwa kita bisa melakukan banyak kebaikan dengan apa yang kita miliki. Banyak yang bertanya kepada saya, minimal nyumbang berapa kalau mau ikutan PROJEK BAHAGIA?
Sekali lagi, ini PROJEK BAHAGIA. PROJEK yang bertujuan untuk menciptakan kebahagiaan bagi semua yang terlibat di dalamnya. BAHAGIA tidak melulu berbicara tentang nominal uang. Bahagia akan hadir saat kita merasa ikhlas dengan apa yang kita dapat, kita berikan dan kita lakukan. Maka kami hanya menginginkan siapaun yang ingin berpartisipasi bisa melakukan apapun yang menyukseskan acara ini dengan kunci IKHLAS.
APA YANG AKAN DIWUJUDKAN DALAM PROJEK INI?
KEBAHAGIAAN TENTUNYA!! Kebahagiaan kita karena bisa membahagiakan orang lian! Maka PROJEK bahagia ini pada akhirnya akan memngumpulkan dana untuk diberikan kepada anak yatim-piatu Panti Asuhan atau Tafiz Qur'an yang memang benar-benar membutuhkan dana tersebut.
Kebahagiaan kedua adalah Kebahagiaan kita karena bisa menolong sesama muslim yang harus menjalankan ibadah salat di tempat umum seperti stasiun kereta ataupun temapt umum lainnya dengan menggunakan alat solat yang bersih dan layak. InshaAllah ini bentuk investasi amal jariyah kita yang bisa diperhitungkan oleh Allah kelak.
BAGAIMANA UNTUK BISA BERPARTISIPASI DALAM KEGIATAN INI?
Buat kamu yang ingin ikutan projek ini dan mendapatkan kebahagiaan seperti yang dijelaskan di atas, maka kamu bisa berkontribusi seperti di bawah ini:
IKHLAS menyisihkan hartanya—berapapun nominalnya
IKHLAS memberikan tenaga dan pikiran untuk turut serta turun ke lapangan melakukan survei Panti Asuhan dan Harga Alat solat, sehingga dana yang terkumpul bisa tepat sasaran dan membuahkan hasil yang maksimal sesuai harapan
IKHLAS untuk turut membantu mendistribusikan dana ke Panti asuhan yang telah disurvey dan dianggap layak untuk menerima bantuan serta mendistribusikan alat solat di temapt-tempat yang membutuhkan.
IKHLAS mendoakan agar acara ini lancar dan bisa membahagiakan sebanyak-banyaknya orang.
Sesuatu yang dinafkahkan (disadaqahkan) tidak akan mendatangkan kerugian dan marabahaya. Apa saja yang dinafkahkan akan diganti oleh Allah, bahkan akan ditambahkan karunia-Nya kepada mereka dan disempurnakan pahala bagi mereka. Janganlah takut miskin karena bershadaqah, sesungguhnya Allah adalah sebaik-baik pemberi rezeki kepada hamba-Nya
Jadi, jika ingin berpartisipasi dalam kegiatan ini, kalian bisa memilih salah satu atau keseluruhan 4 poin di atas, LAKUKAN DENGAN IKHLAS DAN BAHAGIA TENTUNYA!!
Kembali lagi, tujuan akhir kegiatan ini adalah IBADAH. Maka niatkan semuanya untuk mencari keridhaan Allah yang inshaAllah akan memberikan ketenangan dan ketentraman hati bahwa setidaknya hidup kita bisa bermanfaat untuk orang lain, dan jelas itu adalah satu dari sekian banyak hal yang bisa membuat kita merasa bahagia bukan?
Jadi... mari berpartisipasi dalam PROJEK BAHAGIA Jog-JA-Karta ini!! Entah sebagai donatur, relawan (kami menyebut para relawan dengan “HAPPY PEOPLE!”) ataupun donatur skaligus relawan. Terutama untuk wilayah Jakarta sangat dibutuhkan beberapa relawan untuk survei Panti Asuhan dan pendistribusian alat-alat salat.
Bagi yang berminat bisa menghubungi
ANNISA WA/SMS/LINE : 085860048455 (JABODETABEK)
AYUNITA WA/SMS/LINE: 081228383345 (YOGYAKARTA)
(BANK yang tersedia: BRI, BNI, MANDIRI dan MUAMALAT. Nomor rekening akan diberikan sesuai permintaan)
Ar-Ra’d : 022. Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik), 023. (yaitu) surga `Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu;
Lakukan apapun yang bisa membuat kita bahagia. Bahagia itu penting, tapi betapa membosankan hanya terus memikirkan kebahagiaan diri sendiri. Lebih menyenangkan bisa bahagia karena membahagiakan orang lain.
Ummul mukminin, Kahdijah radhiallahu ‘anha juga pernah memuji sifat suaminya, ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam merasa takut bahwa dirinya terancam saat menerima wahyu pertama,
“Janganlah begitu, bergembiralah! Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu, selama-lamanya. Demi Allah! Sesungguhnya, kamu telah menyambung tali persaudaraan, berbicara jujur, memikul beban orang lain, suka membantu orang yang tidak punya, menjamu tamu, dan sentiasa mendukung kebenaran.” (HR. Al-Bukhari no. 4572 dan Muslim no. 231)
dan oleh sebab itu, maukah kalian menjadi bagian dari kebahagian ini dan bergembira bersama-sama? ;)
Tuesday, June 16, 2015
Friday, June 12, 2015
Di Suatu Pagi....
Pagi ini saya ingin berjalan lebih lambat. Tidak ingin terburu-buru waktu. Atau mungkin lebih tepatnya, sesekali saya harus membiarkan diri saya untuk menciptakan ritme kehidupannya sendiri.
Hati ini masih sedih. Kemarin, saya harus berusaha mengikhlaskan Tab saya yang saya yakini diambil oleh sekawanan pencopet di Kopaja 502. Iya, saya berusaha untuk ikhlas. Paling tidak saya memercayai bahwa sebuah kehilangan selalu punya pesan untuk membuat kita lebih paham tentang arti menjaga dan berhati-hati.
Tapi sedih dan ikhlas adalah dua hal yang berbeda. Kau bisa melepaskan apa saja yang hilang dari hidupmu. Menerimanya dengan kelapangan hati dan meyakini bahwa mungkin memang sudah waktunya kau melepaskannya dari kehidupanmu. Tapi, siapa yang kuasa melawan sedih dari kehampaan atas sebuah kehilangan?
Aku bisa saja tertawa dan tersenyum lebar sambil mengatakan, "Ya sudahlah, mungkin memang sudah waktunya Tab itu hilang" atau, "Tidak apa-apa, aku ikhlas dan aku yakin ssemuanya akan baik-baik saja setelah ini", saya bisa melakukannya. Tapi jika saja ada yang bertanya, apakah saya sedih kehilangan Tab itu? jawabannya adalah IYA.
Sedih tidak harus punya alasan mengapa ataupun kenapa. Saat sesuatu hilang dalam hidup kita dan kita menyadari akan kehilangan itu, maka itu artinya kita harus berusaha untuk terbiasa dengan kehilangan itu, dan itu bukan perkara mudah.
***
Pagi hari, Pukul 06.35, stasiun Gondangdia, Jakarta Pusat
Menuju kantor, Jalan Thamrin.
Kehidupan di Jakarta sepertinya dimulai lebih awal. Sudah ada ratusan manusia yang bergegas menuju kantor mereka masing-masing. Banyak dari mereka yang berjalan setengah berlari. Pagi ini, saya tidak terlalu peduli. saya biarkan kaki berjalan lebih lambat. Menikmati kejanggalan yang saya bawa dalam hati pagi ini.
Langkah pertama saat kaki saya menapaki trotoar jalan menuju Tugu Tani, saya melihat ke langit. B
agi saya, langit yang tidak punya batas selalu memberikan kelegaan tersendiri di hati.
'Tuhan, apakah saya sudah di jalan yang benar untuk hidup saya?' seseorang dalam pikiran saya bertanya.
'ini bukan tentang benar dan salah, ini tentang pilihan yang sudah kau buat dan disetujui oleh Tuhan. Maka sekarang yang harus kau lakukan adalah menjalani saja.' jawab orang lain yang ada di kepala saya.
Pagi ini saya bertanya lagi dalam hati, apakah ini adalah jalan yang seharusnya saya telusuri setiap pagi? apakah yang sudah saya dapatkan beberapa bulan ini adalah hal yang benar-benar saya ingini?
Langkah saya yang pagi ini saya setting berjalan lebih lambat semakin melambat saat mata saya menemukan satu keluarga terdiri dari laki-laki dan wanita dewasa beserta seorang anak yang sedang jongkok di pinggir jalan sambil menyantap satu nasi bungkus bersama-sama. Mereka bertiga memakan sarapan mereka dengan sangat lahap. Saat saya melewatinya, saya melihat nasi putih dan telur ceplok yang menjadi sarapan mereka hari ini. Satu bungkus nasi putih berlauk satu telor ceplok untuk sarapan satu keluarga?
Kau tahu, inilah hebatnya Jakarta.
Alih-alih kau menggurutu dengan segala kompetisi yang ada di kota ini, kau bisa belajar banyak dari setiap jengkal jalan yang ada di sini. Kau akan menemukan wajah-wajah bahagia, kesepian, pengharapan, penantian dan banyak hal jika kau mau lebih peduli.
'Kau benar, ini bukan lagi tentang benar atau tidak sebuah pilihan, tapi ini tentang bagaimana kita akan menjalani hidup yang benar dan menyenangkan', seseorang dalam pikiran saya berkata lagi.
Tiba-tiba teringat dengan meja makan di sabtu pagi yang penuh dengan aneka jajanan pasar yang ibu beli di tukang sayur, masakan rumahan yang dimasak oleh bibik serta suasana yang hangat dan nyaman. Aku punya itu semua. Aku punya hal yang selalu aku anggap sederhana dan sekarang saya paham bahwa tidak semua orang bisa merasakan kesederhanaan itu.
atau mungkin, tak ada yang sederhana dalam sebuah kebersamaan keluarga?
'Apakah kau merasa lebih baik Nisa?' seseorang yang hidup dalam diriku dan aku namai Krisna bertanya pada ku.
'Semoga dengan apa yang kau lihat kau bisa paham, kehilangan akan selalu terasa menyedihkan ketika kita lupa caranya menghargai apa-apa saja yang masih diizinkan Tuhan untuk kita miliki.
'Manusia selalu seperti itu, mereka bersedih karena mereka selalu memfokuskan pada apa yang hilang, bukan apa yang masih ada dan harus dijaga.
'Manusia memang selalu seperti itu, menanyakan tentang apa yang salah atas sebuah kehilangan dibanding merelakan dan meyakinkan hal baik apa yang akan terjadi setelah kehilangan ini?
'Saat kau ingin mendapatkan satu hal, maka kau harus melepaskan yang lain, tapi terkadang kita terlalu serakah untuk terus memilikinya sementara juga ingin memiliki hal yang lain. Saat Tuhan mengambil suatu hal darimu, maka percayalah, Tuhan akan menggantikan dengan hal yang lebih baik. Tuhan hanya tak ingin kau menjadi manusia yang tamak.
'Nisa... keraguan, kebingungan dan kebimbanganmu mungkin adalah tanda bahwa mungkin kau sedang tersesat dengan segala prasangka yang ada di pikiranmu.
'Tak apa-apa... terkadang kita butuh menghilang, tersesat sedalam-dalamnya pikiran, agar kita kembali ingat apa yang sebenarnya ingin kita temukan.
'Kau tahu, Krisna, aku merasa bahwa kehilangan tabku menjadi tidak ada nilainya saat aku melihat pemndangan satu keluarga tadi. Pencopet-pencopet itu bisa saja mengambil tabku atau harta lain yang aku punya, dan percayalah aku masih bisa mengingkari kesedihan atas kehilangan-kehilanga itu. Pengingkaran kesedihan artinya aku masih mampu meredakannya. Tapi pencopet-pencopet itu mungkin tidak akan pernah memiliki hidup seberuntung aku, yang sampai-sampai aku tak mampu mengingkari kebahagiaan dan rasa syukur yang aku punya!'
Pagi ini, saat saya memilih berjalan lebih lambat. Membuka mata lebih lebar. Meberi ruang untuk hati dan pikiran berbincang, saya bisa merasakan kedamaian yang lebih penuh di dalam hati.
Kau tak akan mendapatkan apa-apa dengan meratapi kehilangan selain kesedihan yang akan menggenang di hati.
Ikhlas tidak akan mudah, tapi berusaha memahami hidup dengan melihat banyak wujud kehidupan adalah proses yang tidak mustahil.
Jangan terbiasa untuk hidup hanya di satu tempat. Bergeraklah, dan biarkan kita bertemu rupa-rupa hidup lainnya yang belum pernah kita temui sebelumnya. Agar kita paham bahwa Tuhan sudah menyiptakan keberuntungan untuk setiap orang dengan bentuknya masing-masing.
Saat kau bingung dengan kejanggalan hati seperti yang saya miliki di pagi ini, mungkin sesekali kau bisa menyiptakan ritme langkah kaki yang kalian ingini. Entah lebih cepat. Entah lebih lambat.
Berhenti sejenak tak masalah, asal bukan untuk sekedar meratapi.
Hati ini masih sedih. Kemarin, saya harus berusaha mengikhlaskan Tab saya yang saya yakini diambil oleh sekawanan pencopet di Kopaja 502. Iya, saya berusaha untuk ikhlas. Paling tidak saya memercayai bahwa sebuah kehilangan selalu punya pesan untuk membuat kita lebih paham tentang arti menjaga dan berhati-hati.
Tapi sedih dan ikhlas adalah dua hal yang berbeda. Kau bisa melepaskan apa saja yang hilang dari hidupmu. Menerimanya dengan kelapangan hati dan meyakini bahwa mungkin memang sudah waktunya kau melepaskannya dari kehidupanmu. Tapi, siapa yang kuasa melawan sedih dari kehampaan atas sebuah kehilangan?
Aku bisa saja tertawa dan tersenyum lebar sambil mengatakan, "Ya sudahlah, mungkin memang sudah waktunya Tab itu hilang" atau, "Tidak apa-apa, aku ikhlas dan aku yakin ssemuanya akan baik-baik saja setelah ini", saya bisa melakukannya. Tapi jika saja ada yang bertanya, apakah saya sedih kehilangan Tab itu? jawabannya adalah IYA.
Sedih tidak harus punya alasan mengapa ataupun kenapa. Saat sesuatu hilang dalam hidup kita dan kita menyadari akan kehilangan itu, maka itu artinya kita harus berusaha untuk terbiasa dengan kehilangan itu, dan itu bukan perkara mudah.
***
Pagi hari, Pukul 06.35, stasiun Gondangdia, Jakarta Pusat
Menuju kantor, Jalan Thamrin.
Kehidupan di Jakarta sepertinya dimulai lebih awal. Sudah ada ratusan manusia yang bergegas menuju kantor mereka masing-masing. Banyak dari mereka yang berjalan setengah berlari. Pagi ini, saya tidak terlalu peduli. saya biarkan kaki berjalan lebih lambat. Menikmati kejanggalan yang saya bawa dalam hati pagi ini.
Langkah pertama saat kaki saya menapaki trotoar jalan menuju Tugu Tani, saya melihat ke langit. B
agi saya, langit yang tidak punya batas selalu memberikan kelegaan tersendiri di hati.
'Tuhan, apakah saya sudah di jalan yang benar untuk hidup saya?' seseorang dalam pikiran saya bertanya.
'ini bukan tentang benar dan salah, ini tentang pilihan yang sudah kau buat dan disetujui oleh Tuhan. Maka sekarang yang harus kau lakukan adalah menjalani saja.' jawab orang lain yang ada di kepala saya.
Pagi ini saya bertanya lagi dalam hati, apakah ini adalah jalan yang seharusnya saya telusuri setiap pagi? apakah yang sudah saya dapatkan beberapa bulan ini adalah hal yang benar-benar saya ingini?
Langkah saya yang pagi ini saya setting berjalan lebih lambat semakin melambat saat mata saya menemukan satu keluarga terdiri dari laki-laki dan wanita dewasa beserta seorang anak yang sedang jongkok di pinggir jalan sambil menyantap satu nasi bungkus bersama-sama. Mereka bertiga memakan sarapan mereka dengan sangat lahap. Saat saya melewatinya, saya melihat nasi putih dan telur ceplok yang menjadi sarapan mereka hari ini. Satu bungkus nasi putih berlauk satu telor ceplok untuk sarapan satu keluarga?
Kau tahu, inilah hebatnya Jakarta.
Alih-alih kau menggurutu dengan segala kompetisi yang ada di kota ini, kau bisa belajar banyak dari setiap jengkal jalan yang ada di sini. Kau akan menemukan wajah-wajah bahagia, kesepian, pengharapan, penantian dan banyak hal jika kau mau lebih peduli.
'Kau benar, ini bukan lagi tentang benar atau tidak sebuah pilihan, tapi ini tentang bagaimana kita akan menjalani hidup yang benar dan menyenangkan', seseorang dalam pikiran saya berkata lagi.
Tiba-tiba teringat dengan meja makan di sabtu pagi yang penuh dengan aneka jajanan pasar yang ibu beli di tukang sayur, masakan rumahan yang dimasak oleh bibik serta suasana yang hangat dan nyaman. Aku punya itu semua. Aku punya hal yang selalu aku anggap sederhana dan sekarang saya paham bahwa tidak semua orang bisa merasakan kesederhanaan itu.
atau mungkin, tak ada yang sederhana dalam sebuah kebersamaan keluarga?
'Apakah kau merasa lebih baik Nisa?' seseorang yang hidup dalam diriku dan aku namai Krisna bertanya pada ku.
'Semoga dengan apa yang kau lihat kau bisa paham, kehilangan akan selalu terasa menyedihkan ketika kita lupa caranya menghargai apa-apa saja yang masih diizinkan Tuhan untuk kita miliki.
'Manusia selalu seperti itu, mereka bersedih karena mereka selalu memfokuskan pada apa yang hilang, bukan apa yang masih ada dan harus dijaga.
'Manusia memang selalu seperti itu, menanyakan tentang apa yang salah atas sebuah kehilangan dibanding merelakan dan meyakinkan hal baik apa yang akan terjadi setelah kehilangan ini?
'Saat kau ingin mendapatkan satu hal, maka kau harus melepaskan yang lain, tapi terkadang kita terlalu serakah untuk terus memilikinya sementara juga ingin memiliki hal yang lain. Saat Tuhan mengambil suatu hal darimu, maka percayalah, Tuhan akan menggantikan dengan hal yang lebih baik. Tuhan hanya tak ingin kau menjadi manusia yang tamak.
'Nisa... keraguan, kebingungan dan kebimbanganmu mungkin adalah tanda bahwa mungkin kau sedang tersesat dengan segala prasangka yang ada di pikiranmu.
'Tak apa-apa... terkadang kita butuh menghilang, tersesat sedalam-dalamnya pikiran, agar kita kembali ingat apa yang sebenarnya ingin kita temukan.
'Kau tahu, Krisna, aku merasa bahwa kehilangan tabku menjadi tidak ada nilainya saat aku melihat pemndangan satu keluarga tadi. Pencopet-pencopet itu bisa saja mengambil tabku atau harta lain yang aku punya, dan percayalah aku masih bisa mengingkari kesedihan atas kehilangan-kehilanga itu. Pengingkaran kesedihan artinya aku masih mampu meredakannya. Tapi pencopet-pencopet itu mungkin tidak akan pernah memiliki hidup seberuntung aku, yang sampai-sampai aku tak mampu mengingkari kebahagiaan dan rasa syukur yang aku punya!'
Pagi ini, saat saya memilih berjalan lebih lambat. Membuka mata lebih lebar. Meberi ruang untuk hati dan pikiran berbincang, saya bisa merasakan kedamaian yang lebih penuh di dalam hati.
Kau tak akan mendapatkan apa-apa dengan meratapi kehilangan selain kesedihan yang akan menggenang di hati.
Ikhlas tidak akan mudah, tapi berusaha memahami hidup dengan melihat banyak wujud kehidupan adalah proses yang tidak mustahil.
Jangan terbiasa untuk hidup hanya di satu tempat. Bergeraklah, dan biarkan kita bertemu rupa-rupa hidup lainnya yang belum pernah kita temui sebelumnya. Agar kita paham bahwa Tuhan sudah menyiptakan keberuntungan untuk setiap orang dengan bentuknya masing-masing.
Saat kau bingung dengan kejanggalan hati seperti yang saya miliki di pagi ini, mungkin sesekali kau bisa menyiptakan ritme langkah kaki yang kalian ingini. Entah lebih cepat. Entah lebih lambat.
Berhenti sejenak tak masalah, asal bukan untuk sekedar meratapi.
Sunday, June 7, 2015
tentang RINDU
Bagi saya rindu adalah tanda ketidakmampuan untuk menaklukan...
Tidak mampu untuk menaklukan jarak
Tidak mampu untuk menaklukan waktu
Bahkan tidak mampu menaklukan ketakutan untuk sekedar menyatakan rindu.
Mungkin kita bisa saja berlari dan memperkecil jarak menjadi selemparan dua pasang mata yang saling menatap. Menyatakan rasa yang disimpan rapat-rapat dalam toples kedap udara agar ia tidak rusak.
Tapi tetap bagi saya rindu adalah ketidakmampuan,
atau mungkin tentang penyesalan dari sebuah hal yang disia-siakan
Paling tidak rindu mengajarkan kita sebuah kesederhanaan yang sering terabaikan;
bahwa semua hal tidak akan selalu ada untuk selamanya
bahwa kebersamaan (ternyata) hal istimewa yang sering lupa diperhitungkan
Rindu selalu punya tujuan. Kita yang menentukan untuk terus menyimpan atau menuntaskan.
Jarak rindu dan air mata adalah dekat.
Sedekat jarak kelopak mata yang saling bersentuhan.
Kau simpan rindu di pelupuk mata,
maka air mata yang akan mengalirinya.
Karena rindu adalah ketidakmampuan,
atau mungkin...
rindu adalah pertanda dari sebuah perjuangan yang dipasrahkan.
Bekasi, 7 Juni 2015
Subscribe to:
Posts (Atom)