Tuesday, February 25, 2014

Sudahlah...

Mereka yang kepayahan untuk berdamai dengan masa lalu mungkin saja mereka yang lupa bagaimana cara melupakan dan memaafkan. Sayang, mereka hanya akan terus merasakan rasa sakit dari luka yang sesungguhnya telah hilang. Tak ada yang bisa menyembuhkan selain mereka sendiri, karena sesungguhnya saat ini tak ada luka yang harus disembuhkan, ini hanya tentang rasa sakit yang seharusnya dilupakan. Berdamailah. Ikhlaslah. Aku, kamu, kita layak untuk merasa bahagia sekarang.

Tak ada manusia yang terus-menerus berjalan tegak tanpa kemudian terjatuh dan mengenal darah. Tidak aku, kamu dan mereka. Semua pernah terjatuh, terluka dan kemudian kecewa. Tak perlu khawatir, waktu cukup bisa diandalkan untuk meniup luka kita dan menghapus rasa sakitnya. Seharusnya begitu. Asal kau izinkan ikhlas memenuhi jiwamu yang sedikit bompal karena luka tadi. Tidak apa-apa. Jika sakitmu masih betah mengakar diingatanmu maka kelak akan ada seseorang yang dengan sabar meninabobokan nestapamu untuk mengundang lupa yang tak kunjung datang membawa pergi luka.

Ah. Kita dari tadi sibuk berputar dengan lupa dan luka, kawan... Kita menjadi benar-benar lupa bahwa mencoba melupakan adalah cara terlicik mengingat lara.


Mungkin sudah saatnya kita menertawakan semua duka. Membuat semuanya menjadi baik-baik saja. Membuat kita tanpa sadar melupakannya.



YOGYAKARTA, 23.30, 25 FEBRUARI 2014
Annisa Rahmah

Friday, February 21, 2014

Perbincangan kali ini: Bagaimana menemukan belahan hati?

Bagaimana menemukan belahan hati?

Tidak tahu.

Kok begitu? Biasanya kamu selalu punya jawaban untuk semua pertanyaanku?

Aku tidak tahu bagaimana cara menemukan belahan hati, karena yang aku tahu dan aku percayai, dua hati yang saling mengenapi akan selalu dipertemukan bagaimanapun caranya.

Beritahu aku lebih banyak lagi hal yang kamu tahu dan percayai...

Ada tiga hal yang aku dan kamu percaya bahwa itu adalah takdir yang pasti akan terjadi: kelahiran, jodoh dan kematian.Kita sempitkan jodoh di sini adalah pasangan hidup, ya...

Baiklah,,, lanjutkan,,,

Aku dan kamu percaya bahwa sesungguhnya manusia diciptakan berpasang-pasangan. Kita cukupkan sampai sini saja. Kita tidak perlu membahas ada orang yang tidak menikah, atau ada orang yang sudah menikah berkali-kali dan pada akhirnya memilih sendiri lalu kita pertanyakan; "berarti mereka tidak memiliki pasangan?". Jangan. Karena hal-hal demikian adalah rahasia langit yang tak akan pernah bisa kita jelaskan dengan sederhana. Kita cukupkan bahwa kita memercayai bahwa kita, aku dan kamu diciptakan secara berpasangan.

Oke,,, lalu?

Kamu tadi bertanya bagaimana menemukan belahan hatimu, bagaimana menemukan pasanganmu, bagaimana menemukan seseorang yang akan menemanimu dan melengkapi hidupmu hingga kamu menemukan takdir terakhirmu; mati.
Percayalah, ketika sesuatu memang harus terjadi maka akan terjadi, seperti hati, jika memang harus bertemu maka akan bertemu. Sejauh apapun kamu dengan dia saat ini, sebesar apapun ketidakmungkinan yang kamu lihat saat ini, sesulit apapun itu, jika kalian ditakdirkan bertemu, maka kalian akan bertemu. Entah bagaimana caranya, aku tidak tahu. Kalian kan dipertemukan untuk saling menemukan.

Jadi aku hanya harus menunggu dipertemukan?

Ya. Kamu hanya harus menunggu, tapi tidak sekedar menunggu.

Maksudmu?

Satu hal yang harus kita pahami, bahwa takdir sesungguhnya adalah kepastian yang datangnya tidak pasti. Aku yakin kamu paham maksudku,,, bahwa tidak ada yang pasti di dunia ini. Tentang kelahiran seseorang, jodoh seseorang dan kematian seseorang. Tidak ada yang pasti. Ralat, lebih tepatnya tidak ada yang tahu pasti. Ya, keterbatasan pengetahuan kitalah yang menyebabkan semua kepastian itu tampak tidak pasti. Dan Tuhan membatasi pengetahuan kita dengan tujuan; agar kita membangun sebuah ruangan untuk menempatkan Tuhan di hati kita, dan itulah namanya iman.
Tuhan ingin kita bergantung pada Nya, dalam ketidaktahuan kita, Dia ingin kita selalu bertanya kepada Nya.

Berdoa?

Berdoa, berikhtiar dan bertawakal.

Bagaimana berikhtiarnya?

Selalu menjadi yang terbaik dari dirimu. Mungkin hanya itu.

Maksudnya?

Jadilah yang terbaik dari dirimu. Jadilah dirimu sendiri, sebaik-baiknya kualitas yang bisa kamu capai untuk dirimu sendiri. Itu akan memudahkan "belahan hati"-mu menemukan mu. Dengan menjadi dirimu sendiri, dia akan tahu kekurangmu yang bisa ia lengkapi, dan menemukan kelebihanmu yang bisa ia miliki untuk melengkapinya. Kalian akan paham, bahwa tidak ada manusia yang sempurna, kamu maupun dia adalah dua ketidaksempurnaan yang saling menerima.


Bagaimana dengan jatuh cinta yang berkali-kali dengan orang yang berbeda?

Kamu jawablah sendiri pertanyaan itu, entahlah, aku sendiri percaya jika dia jodohmu maka kamu akan selalu menemukan alasan untuk jatuh cinta berkali-kali dengan orang yang sama.

Bagaimana kita tahu bahwa kita akan jatuh cinta berkali-kali dengan seseorang?

Tidak tahu. Ingat, jodoh itu adalah kepastian yang tidak pasti karena ketidaktahuan kita. Jika kau tanya aku, jawabanku juga tidak tahu. Tapi kita tahu, siapa yang tahu akan hal ini kan...

Tuhan?

Iya.

Jadi?

Jadi... saat kau merasakan jatuh cinta, jatuh cintalah saja. Belajarlah mencintainya dengan tulus, itulah batas ikhtiar kita. Lalu serahkan semuanya kepada Tuhan, Ia yang akan menggiring hati kita, hatimu dan hatinya, apakah kalian akan saling ddekatkan untuk dipertemukan atau saling dijauhkan.

Jawabanmu kali ini tidak menenangkan...

Hm... kamu tidak tenang karena kamu tidak percaya. Kamu terlalu gelisah menebak-nebak apa yang akan dibawa oleh waktu di masa depan. Tidak ada apa-apa di masa depan kecuali mimpi dan harapan yang imajiner.. Hiduplah untuk saat ini. Bukan untuk besok atau karena kemarin.
Percayalah bahwa Tuhan cukup adil dan bijaksana. Kamu sendiri yang selalu meyakinkan aku bahwa semua hal yang terjadi selalu dengan alasan yang cepat atau lambat kita akan memahaminya.

Jika memang harus terjadi maka akan terjadi?

Iya. Jika sesuatu harus terjadi maka akan terjadi.


Dua hati yang dtakdirkan untuk saling menggenapi akan saling dipertemukan dan menemukan?


Iya. Dengan keadilan dan kebijaksanaan Tuhan.


Aku hannya harus percaya dan menjadi sebaik-baiknya diriku?

Iya. Jadilah sebaik-baiknya dirimu. Kamu tak perlu menjadi siapa-siapa selain dirimu sendiri. Kamulah yang dia cari, bukan orang lain.


Sunday, February 16, 2014

Siapa yang harus ditemukan?


Malam ini... saya memikirkan satu hal...

tentang menemukan seseorang yang mencintai kita,

atau,

tentang menemukan seseorang yang kita cintai?

Dan...

Pada akhirnya saya harus mengakui bahwa saya menemukan jawaban yang indah dari sahabat saya, Lintang Hapsari, dalam sebuah chatt-LINE malam kemarin.

Sebelumnya, Ibu pernah menyampaikan pesan kepada saya,"Dek, kita ini perempuan... akan lebih baik jika kita mendapatkan laki-laki yang sayang sama kita..."

"Ya.. enggak gitu juga dong, Bu... Dedek mau ketemu sama orang yang sayang sama Dedek dan Dedek juga sayang sama dia", respon cepat dari saya.

"Ya... itu juga benar,,, tapi kalau seumpamanya nanti ada lelaki yang sudah baik banget sama Dedek, ya dia harus dipertimbangkan... nanti yang namanya perasaan sayang itu akan tumbuh sendirinya kok"

Saya hanya diam. Membenanmkan kepala dalam bantal. Pokoknya, saya mau menemukan orang yang saya sayangi dan menyayangi saya! Tapi... saya juga tidak bisa menutup mata bahwa tidak semua orang bisa menikah dengan orang yang ia cintai. Tapi saya pastikan saya bukan bagian dari orang kurang beruntung itu.

Kembali kepada Lintang.

Malam kemarin, Lintang menulis ini dalam sesi curhat via LINE kami:

Satu hal yang nguatin gue, bahwa gue tahu Tuhan ga tuli. Tuhan punya semuanya.
Sekarang masalahnya cuma... Dia mau enggak mangasih itu buat kita,
the thing is i wanna marry the man i love. I love him because I know he loves me. I know deep inside I'm the one he loves the most. I know Allah is between us right now. Allah reads our chatt!


Dan harus saya akui bahwa Lintang telah menemukan redaksional (yang sejauh ini) terbaik tentang orang seperti apa yang harus ditemukan! Bahwa saya ingin menikahi seseorang yang saya cintai. Saya mencintainya karena saya tahu bahwa ia mencintai saya. Saya tahu, bahwa dari hati yang terdalam, sayalah satu-satunya yang dia cintai. (Kalau buat saya sendiri ada tambahan:bahwa dari hati yang terdalam, sayalah satu-satunya yang dia cintai setelah Tuhan dan kedua orangtuanya ;) Atau... saya akan mencintai seseorang yang berhasil membuat saya jatuh cinta kepadanya... widiiih... hahahaha... geli sendiri... (eh. lupa ini lagi bahasan serius) (kembali ke tampang serius) )

Anyway... saya rasa, semua orang punya "syarat" tersendiri tentang dengan manusia seperti apa yang akan ia pilih untuk menghabiskan sisa hidup mereka bersama. :)








AT THE TABLE

“Aku ingin punya rumah mungil di atas gunung. Di mana di saat aku buka pintu aku bisa melihat sungai, melihat bentangan rumput hijau dan pemandangan yang indah dari atas sana. Aku ingin menghabiskan hidupku dengan menulis cerita dongeng anak. Bagiku, saat aku bisa membuat anak-anak senang dan bahagia membaca cerita yang kutulis, aku sudah menyelamatkan satu generasi.”

-Muhamad Ahlul AB-


“Aku ingin menjadi Ibu rumah tangga yang bisa menyiapkan sarapan untuk suami dan anak-anakku setiap pagi, dan bisa mendengarkan cerita mereka saat pulang sekolah dan kantor. Saat menunggu mereka pulang, aku akan menghabiskan waktuku dengan menulis. Aku ingin menjadi Penulis dimana semua orang yang membaca bukuku akan merasakan bahagia. Aku ingin masa depanku sesederhana itu, aku ingin bahagia karena berhasil membuat orang lain bahagia karena tulisanku.”

-Annisa Rahmah-


“Saya mau keliling Indonesia, kalau bisa keliling dunia. Datang ke tempat yang belum pernah kita datangi itu luar biasa sensasinya! Ada hal-hal yang kadang berjalan di luar rencana kita, tapi ya nikmatin aja! Nanti saya bakal menulis tentang tempat-tempat yang saya datangi. Menulis buku traveling, biar orang-orang tahu kalau hidup ini cuma sekali, sayang kalau enggak berani keluar ngeliat tempat-tempat indah di bumi.”

-Fachryjan-



Sore itu menyenangkan, teman. Saya bersyukur memiliki kalian sebagai bagian dari orang yang saya sebut dengan keluarga.
Kalian adik-adik yang menggemaskan ;)

Tuhan menciptakan saya sebagai anak terakhir yang keluar dari rahim ibu saya. Tapi Tuhan memberikan saya kesempatan untuk merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang kakak dari manusia-manusia seperti kalian. Kurang apa lagi hidup saya? Tuhan sangat baik!!

Tuhan...

Terimakasih... :)

Aku tahu Kau hadir di antara kami sore itu. Aku tahu Kau mendengarkan mimpi kami...
Bisakah Kau mengucapkan "maka jadilah" untuk mimpi kami yang sederhana ini, Tuhan?

Kami sepakat untuk tidak mendefinisikan kebahagian hidup hanya dari segi materi duniawi...
Kami sepakat untuk hidup dengan menikmati kehidupan itu sendiri...
Kami sepakat untuk merasakan bahagia karena kami mampu menciptakan bahagia untuk manusia lain...

Bisakah Kau sepakat dengan semua yang kami sepakati itu, Tuhan?

Tuhan... Jadikan lah kami adalah manusia yang tersenyum dan merasa bahagia menerima apa yang Kau berikan. Amin.




Note: Ini bukan promosi, tapi,,, buat yang di Jogja, boleh coba mampir di caffe at the table (twitter @_atthetable),,, suasana caffe itu memang dirancang untuk ketemuan dan ngobrol lama-lama di situ... Entahlan, setiap saya kesitu, saya selalu mendapatkan waktu yang berkualitas bersama sahabat-sahabat saya. Oiya! churrosnya jagoan saya!! enak!!

Wednesday, February 5, 2014

Tuhan... Aku Tahu Kau Membaca Ini. TERIMAKASIH

6 Februari 2014. Pukul 00.00

Saya hampir menemukan semua jawaban-Mu, Tuhan.

Saya berhasil menemukan hampir semua penjelasan atas pertanyaan yang selama ini saya sampaikan kepada Mu.

Saya berhasil melepaskan beban-beban itu sedikit demi sedikit.

Dan hati saya saat ini terasa lebih ringan. Beban itu tergantikan dengan rasa syukur dan rasa terimakasih.

Terimakasih, Tuhan...





Terimakasih untuk semua hal yang saya lupa untuk menyukurinya...

1. Keluarga



Jika saya harus terlahir kembali di dunia, saya ingin terlahir dari rahim wanita yang sama. Saya ingin memiliki ayah yang sama. Saya ingin memiliki kakak perempuan yang sama. Saya ingin memiliki kakak laki-laki yang sama. Tak mau ada yang berubah.

Kau baik sekali, memberikan seorang Ibu yang selalu meyakinkan bahwa anak-anaknya adalah anak terbaik di dunia. Ibu yang mampu menyembunyikan sedihnya agar anak-anaknya tidak merasa sedih juga. Ibu yang kuat. Ibu yang sabar. Ibu yang selalu meyakinkan bahwa Kau akan selalu ada untuk kami.

Tuhan...
Malam kemarin aku kembali mendengar ibu menangis di dalam solat malamnya. Dia terbata-bata menahan isaknya mungkin agar saya yang tidur saat itu tak terbangun. Tapi sesungguhnya saya mendengarnya. Mendengarnya dengan sangat jelas.
Satu-persatu ia menyebut nama anak-anaknya, nama saya. Satu persatu ia memohon kepada Mu untuk melindungi kami, untuk menjaga kami, untuk memberikan yang terbaik bagi hidup kami. Dia terlalu sering menyebut nama kami sampai ia melupakan untuk menyebut namanya sendiri dan meminta untuk dirinya sendiri.

Tuhan...
Aku menahan nangis juga malam itu. Sungguh Kau sangat baik memberikankan saya Ibu seperti dia. Terimakasih Tuhan. Terimakasih.

Tuhan...
Seperti yang sudah-sudah saya bercerita bahwa ayah yang Kau berikan padaku adalah ayah yang tidak terlalu banyak berbicara. Dulu, saya selalu bertanya mengapa Papah tidak sehangat ayah-ayah teman-teman saya yang lainnya. Dulu, bahkan saat umur saya masih delapan tahun, saya terlalu sering mendebatnya. Mungkin karena saya mulai sadar bahwa watak kami berdua hampir sama. Kami lahir di bulan yang sama, kami punya sikap keras kepala yang sama, gengsi yang hampir sama. Kami (ternyata) sama. Hingga saat ini, ketika saya sakit kemungkinan besar di sana Papah juga sedang sakit. Begitupun sebaliknya. Saya tidak bisa memungkiri keterikatan batin saya kepada Papah jauh lebih erat dan terbaca.

Tuhan...
Saya ingin membahagiakan laki-laki ini. Dia cinta pertama saya. Dia laki-laki yang ingin saya penuhi semua harapannya walaupun ia tidak pernah mengharapkan dan meminta apa-apa kepada saya. Sebaliknya, saya yang selalu meminta kepadanya, dan saya tahu, dalam jawaban 'iya' ataupun 'tidak' dia selalu mengusahakan untuk memenuhinya.


Tuhan... terimakasih. Dua orang tua yang Kau berikan ini sangat istimewa. Terimakasih.


Tuhan...
Aku senang saat Kau merancang dengan sangat indah kehamilan kedua kakak perempuanku yang bernama Mbak Arum. Aku bahagia akhirnya Mbak Arum bisa pulang dari Australia dan menetap sementara di Lombok bersama Papah dan Ibu selama suaminya menyelesaikan tugas belajarnya.

Kau menjawab doa ibu, doa Papah, dan doa saya agar Obi--cucu pertama ibu dan Papah--bisa lebih lama bersama kakek dan neneknya. Karena selama ini, terlalu miris untuk saya melihat Papah dan Ibu yang hanya bisa melihat cucu pertamanya dari vidio atau sekedar skype-an. Kau baik sekali, Tuhan...
Kau memang selalu baik.

Tuhan...

Saya...

Saya menyayangi kakak-kakak saya. Akhirnya saya mengakui bahwa saya menyayangi mereka. Hampir selama hidup saya, saya merasa iri kepada teman-teman saya yang memiliki kakak-kakak yang hangat dan melindungi mereka. Hampir selama hidup saya, saya merasa bahwa saya hanya mempunyai kakak perempuan yang bawel yang tidak pernah mau mengajak saya bermain bersama. Saya merasa mempunyai kakak laki-laki yang tidak terlalu mempedulikan saya dan melindungi saya. Tapi... saya tahu saya salah. Saya mulai memahami bahwa kakak perempuan saya maupun kakak laki-laki saya adalah kakak-kakak yang peduli dengan adiknya, dengan saya. Mungkin cara mereka yang berbeda. Tapi saya memahaminya sekarang, sesungguhnya kami saling peduli dan menyayangi dan melindungi dengan cara kami bertiga. Dan saya berterimakasih kepada Mu atas hal ini.


Tuhan...
Terimakasih Kau membiarkan saya tumbuh dalam keluarga yang mengajarkan arti bersyukur, arti saling memberi, arti saling mengerti dan memahami, dan arti saling menyayangi satu sama lain. Dalam keluarga ini saya belajar bahwa berkeluarga sama halnya dengan saling bekerjasama, saling bertahan untuk saling mempertahankan dan saling menyukuri karena saling memiliki satu sama lainnya. Bahwa keluarga adalah tempat terbaik untuk kami pulang, selelah, sesedih dan seberantakan apapun hari kami.

Saya belajar itu, Tuhan...

Terimakasih.


2. Sahabat dan orang-orang yang saya sayangi


Tuhan...
Kau baik sekali untuk hal yang satu ini. Kau pertemukan saya dengan manusia-manusia yang memberikan banyak pelajaran kepada saya. Iya, Tuhan, saya belajar sesuatu atas setiap nama manusia yang datang dalam hidup saya. Karena saya tahu, Engkau mempertemukan dua manusia selalu dan hampir pasti dengan sebuah alasan, dan mereka yang cukup beruntung akan selalu menemukan alasan itu untuk kemudian belajar. Saya sedang mencoba untuk belajar akan hal ini, Tuhan.

Tuhan...
Banyak nama wanita yang datang di dalam hidup saya yang kemudian memudahkan saya untuk tahu bagaimana menjadi wanita yang anggun, kuat, pintar, cantik, soleha, ceria, menyenangkan dan wanita yang bersyukur atas dirinya sendiri. Dan percayalah Tuhan, atas nama-nama wanita yang datang dalam hidup saya, saya sedang belajar untuk menjadi wanita yang baik di mata Mu dan di mata saya sendiri. Saya akan lebih banyak tersenyum, karena riasan terbaik wanita adalah senyuman yang tulus. Senyuman yang bisa membuat orang di sekitarnya juga tersenyum dan bahagia berada di sekelilingnya. Saya akan belajar untuk menjadi wanita seperti itu.



Dan, Tuhan...
Atas nama laki-laki yang datang sebagai sahabat dan orang yang saya sayangi, saya pun sangat menyukurinya. Kebanyakan dari mereka mengajarkan bagaimana caranya melihat dunia dengan lebih mudah. Kebanyakan dari mereka mengajarkan hal-hal kecil yang terkadang lupa saya syukuri. Mereka mengajarkan caranya menertawakan banyak hal dan membuat hidup ini terasa lebih mudah. Mereka semua laki-laki yang baik. Entahlah Tuhan, walau saya paham bagaimana beberapa dari mereka menjalani hidup mereka dengan jalan yang sangat berbeda dengan cara hidup saya, tapi saya selalu merasa terlindungi jika dekat mereka. Mungkin saya tidak pernah menjadi wanita yang spesial buat mereka, tapi saya selalu merasa bahwa mereka tidak pernah membiarkan saya menangis. Dan karenanya, saya akan lebih sering tersenyum di depan mereka. Walau mereka juga sering tertawa kalau "penyakit-jatuh"-saya kumat


3. Bumbum


Tuhan... Akhirnya saya menemukan jawabannya!

Mengapa Engkau membuat Bumbum sakit.

Dan karenanya, saya harus mengurungkan keinginan saya untuk membeli running-shoes yang sangaaaaaaat saya inginkan karena uang yang saya siapkan untuk membeli sepatu harus terpakai untuk perobatan Bumbum. Sebenarnya, saya bisa saja membiarkan Bumbum sakit atau membuangnya. Toh Bumbum sekarang bentuknya sudah tidak lucu lagi. Bulunya rontok, badannya kurus walau makannya sangat banyak. Bumbum juga sering buang air kecil dan besar di sembarang tempat. Saya sangat bisa untuk membuanganya, Tuhan. Tapi... pada akhirnya saya tahu, Kau sedang ingin mengajarkan apa kepada saya...

Kau sedang mengajarkan tentang "tetap setia"

Bumbum hanya seekor kucing pemberian sahabat, tapi tidak untuk dua tahun yang lalu. Bumbum selalu setia menemani saya menyelesaikan skripsi. Ia selalu tidur di dekat saya ketika saya demam dan sendirian di rumah. Bahkan saat itu, melihat Bumbum yang tidur nyenyak dengan bulunya yang seperti bantal itu selalu membuat saya tersenyum dan semuanya terasa lebih baik. Iya, Tuhan, Kau sedang menguji sejauh apa saya akan setia dengan sesuatu yang dulu setia kepada saya.

Kau ingin menguji hambaMu ini apakah ketika semua kelucuan Bumbum sebagai kucing hilang, saya akan tetap memeliharanya?

Iya, Tuhan, saya akan tetap memeliharanya. Membayar masa-masa di mana Bumbum setia menemani saya.

Memelihara Bumbum saat ini pasti akan lebih berat daripada sebelumnya.

Setiap pagi harus membersihkan kandangnya. Memberikannya makan lebih sering. Memberikan minum lebih sering. Memandikannya dengan air hangat dan anti bakteri seminggu sekali. Dan membiarkan dia tetap hidup. Membiarkan Bumbum tahu bahwa saya akan selalu menjaganya walau hanya bisa melihatnya dari luar kandang.

Tuhan... atas tes kesetiaan ini, saya harap saya mendapatkan nilai yang bagus dari Engkau. :)


4. Patah Hati


Tuhan...
Kali ini saya harus tertawa dan mengakui bahwa Engkau benar-benar mendengar permintaan saya beberapa tahun yang lalu.

Saya ingin merasakan bagaimana rasanya patah-hati.

Mungkin itu permintaan paling konyol yang pernah Kau dengar dari hambaMu. Tapi, saat itu sungguh saya ingin mengetahui bagaimana rasanya patah hati. Duapuluh empat tahun saya tumbuh dengan tidak seperti wanita kebanyakan. Beberapa kali saya jatuh cinta dengan seorang laki-laki, dan saya selalu memilih untuk menyukainya diam-diam. Itu bukan karena saya penganut 'anti pacaran' bukan, tingkat iman saya belum sampai di titik itu ;p

Saya memilih menyukai dan menyayangi seseorang secara diam-diam karena (waktu itu) saya tidak begitu yakin apakah saya adalah wanita yang cukup pantas untuk disukai. Tidak anggun, tidak cantik, tidak menggemaskan, selalu melakukan hal-hal bodoh di luar keinginan, sering jatoh dan terpeleset dan entahlah... banyak hal dalam diri saya yang menurut saya tidak memenuhi kriteria wanita idaman. Jadi. selama dua puluh empat tahun saya tidak pernah menjalin hubungan yang orang-orang sebut 'pacaran'. Saya terbiasa untuk merasa 'turut-bahagia' ketika laki-laki yang saya sukai dikabari menyukai wanita lain yang sudah-barang-tentu-lebih-baik-dari-saya. Tapi hari ini, saya paham bahwa saya salah. Seharusnya saya lebih bisa mengistimewakan diri saya. Menyadari bahwa saya adalah wanita yang juga layak untuk diperjuangkan ;)


Beberapa waktu yang lalu, seorang laki-laki mengatakan bahwa ia menyayangi saya.
Kami bersahabat kurang lebih satu tahun ini. Selama satu tahun ini, apabila saya dekat dengannya, saya selalu merasa memiliki kakak laki-laki yang melindungi, merasa memiliki sahabat laki-laki yang mau mendengarkan, merasa memiliki sosok laki-laki yang saling menguatkan. Saya pun menyayanginya. Dan pada akhirnya, saya membuat keputusan untuk menerimanya sebagai laki-laki yang spesial dalam hidup saya.
Di awal hubungan kami, saya berharap kami akan selalu menjadi dua sahabat yang baik, kakak-adik yang saling melindungi dan memiliki hubungan yang sederhana namun bermakna. Tapi menjalin sebuah hubungan ternyata tidak mudah. Singkat cerita, kami memutuskan untuk mengakhiri hubungan ini. Dan Tuhan, akhirnya saya merasakan patah hati.


Di hubungan kami yang sangat singkat, saya melihat bahwa dia tidak menjadi sebahagia dirinya saat kami masih bersahabat. Dia jarang tersenyum. Dia berubah, dan saya merasa bertanggungjawab atas perubahan yang menyedihkan ini. Sampai pada akhirnya saya menemukan jawaban tentang apa yang harus saya ambil agar berhenti melihatnya bersedih. Suatu ketika, seseorang berkata kepada saya,

Nisa... Kamu harus mampu memahami perbedaan menyayangi dan takut kehilangan. Terkadang kita keliru, bahwa rasa takut kehilangan adalah bagian dari rasa menyayangi. Menurutku itu tidak tepat. Seharus kita bisa menyayangi seseorang tanpa rasa takut kehilangan. Seperti kamu dulu yang memilih mencintai dengan diam-diam; walau kamu tahu dia menyukai wanita lain, walau kemungkinan besar kamu tidak akan memilikinya, kamu tetap memilih untuk menyayanginya. Karena aku masih ingat ucapanmu, 'atas semua perasaan yang aku punya terhadapnya, itu tanggungjawabku. Mungkin aku akan sedih, terluka ataupun menjadi lemah, aku yakin aku akan menanganinya sendiri. aku yakin aku mampu menyelesaikan semua kelemahan itu sendiri', saat itu aku belajar banyak dari ucapan kamu, Nisa. Kamu mencintai dan menyayangi seseorang tanpa takut kehilangan. Dan saat itu aku berpikir bahwa kamu benar. Karena seharusnya kita paham, memiliki ataupun tidak memilikinya, seharusnya tidak pernah mengubah perasaan yang ada. Aku rasa itu lebih tulus. Dan sekarang... mungkin kamu harus kembali pada pemikiranmu yang dulu. Melepaskannya, dan melihatnya kembali tertawa dengan ataupun tidak dengan mu"

Iya, Tuhan... Saya melepaskannya.
Saya ingin belajar menyayangi sesuatu tanpa takut merasa kehilangan.
Saya ingin belajar menyayangi sesuatu bukan karena semata ia milik saya, tapi karena saya ingin menyayanginya.
Saya ingin belajar membiarkan apa-apa yang harus datang dan apa-apa yang harus pergi.

Bukankah Kau mengajarkan seperti itu, Tuhan?
Bahwa kami manusia sesungguhnya tidak memiliki apa-apa di dunia ini.
Tapi bagi saya, saya memiliki Mu, Tuhan. Dan itu akan selalu cukup.

Hari ini, saya menemukan jawaban patah hati saya, Tuhan. Dan saya tersenyum lebar saat ini.
Terimakasih Kau mengajarkan hal yang sangat indah lewat patah hati ini. Dan kau tahu bahwa aku akan baik-baik saja.



5. Ketidakpastian


Saya menemukan sebuah blog dengan tulisan super indah dari seseorang yang memiliki akun twitter @beradadisini. Judul tulisannya "The Answer". Ya, dia sangat benar ketika dalam tulisannya ia mengatakan bahwa sesungguhnya tidak ada yang harus dikhawatirkan dari sebuah ketidakpastian. Karena dunia ini adalah ketidakpastian itu sendiri.

Saya tidak akan tahu pasti akan menjadi apa kelak. Yasudah.
Saya tidak akan tahu pasti akan bersama siapa saya akan menghabiskan waktu hidup saya kelak. Yasudah.
Saya tidak akan tahu pasti akan seperti apa hidup saya kelak. Yasudah.

Karena hidup memang tidak pernah pasti. Karena masa depan tidak akan pernah benar-benar menjadi milik kita. Bahkan sering saya menemukan ketidakpastian dalam sebuah hal yang tampak sebagia sebuah kepastian.

Ya. Tidak ada yang pasti.

Bagi saya, suatu hal yang pasti dalam hidup saya adalah bahwa saya akan mati. Entah hari ini, besok, minggu ini, bulan depan, tahun depan, sepuluh tahun lagi, duapuluh tahun lagi, tigapuluh tahun lagi, entah kapan, tapi saya pasti akan mati, Tuhan. Bertemu dengan Mu dan mempertanggungjawabkan kehidupan yang telah Engkau berikan kepada saya.

Karenanya, atas ketidakpastian sebuah kepastian yang saya sebut mati ini, mulai hari ini saya akan hidup dengan sebaik mungkin. Hidup dengan rasa syukur yang penuh. Melakukan banyak hal yang membuat saya bahagia. Membahagiakan sebanyak-banyak orang. Menyayangi sebanyak-banyaknya orang. Melakukan hal-hal kecil hingga besar untuk menjadi manusia yang bermanfaat untuk orang lain. Memaafkan hal-hal yang harus dimaafkan. Melupakan hal-hal yang lebih baik dilupakan. Membiarkan orang-orang mencintai dan menyayangi saya. Menghargai hidup dan mencintai diri saya sendiri, Tuhan.

Jadi... hari ini saya akan menulis hal-hal yang akan saya wujudkan dalam hidup saya. Karena tidak ada yang pasti dalam hidup ini, biarlah saya bermimpi, Tuhan. Merencanakan hal-hal indah yang ingin saya dapatkan di dalam hidup saya saat ini...

1) Menyelesaikan Tesis!
ini tanggungjawab dan kewajiban saya teradap diri saya sendiri dan orang tua saya. Saya yakin saya bisa menyelesaikan tesis saya dengan baik asal Kau tetap sabar membantuku. Terimakasih sudah memberikan pembimbing Pak Ari Hernawan. Entahlah, tapi saya memiliki perasaan baik terhadap beliau. Saya tahu saya akan belajar banyak dari beliau. Seperti saya belajar banyak dari Prof. Jenie. Tidak sekedar tentang tesis, mungkin akan banyak hal yang bisa saya dapatkan dari beliau.
Saya akan berusaha untuk mendapatkan nilai terbaik untuk membahagiakan kedua orang tua saya. Saya ingin bisa jadi wakil mahasiswa yang berpidato di hari kelulusan saya dan berkata di depan semua orang bahwa saya sangat berterimakasih kepada kedua orang tua saya. Entahlah saya bisa atau tidak, tapi saya akan berusaha!! saya berjanji akan berusaha!!

2) Saya ingin menjadi PENULIS!
Entah akan apa yang saya tulis, dan entah akan diterbitkan atau tidak, tapi saya yakin saya bisa menjadi PENULIS! Saya akn terus menulis. Karena saat saya menulis saya selalu bahagia. Saya ingin memiliki buku yang bisa membuat banyak orang tersenyum, Tuhan. Saya ingin tulisan-tulisan saya bisa menolong banyak orang untuk menemukan Mu. Saya ingin tulisan saya menguatkan siapa saja yang membacanya. Tuhan, bantu saya! Bantu saya untuk melangkah ke situ. Izinkan saya terus bahagia karena terus menulis...

3) Saya ingin menjadi GURU!
Ada ilmu yang menjadi tanggungjawab saya untuk dibagikan. Saya selalu menginginkan menjadi sosok guru. Sosok yang banyak bercerita tentang hal-hal yang bermanfaat. Sosok yang cukup baik untuk dijadikan panutan. Dan saya ingin menjadi sosok guru yang juga sering mendengarkan. Jadi Tuhan... bisakah kelak saya menjadi seseorang yang mengajarkan banyak hal kepada orang lain dan menjadi orang yang memiliki kesempatan untuk banyak mendengarkan cerita hidup orang lain?
Sisa hidup saya akan saya habiskan dengan bercerita, mendengarkan dan menulis. Memikirkannya saja saya merasa bahagia sekali. Entah sesungguhnya wanita akan selalu dituntut menjadi guru yang baik, setidaknya untuk anak-anaknya kelak. Mendengarkan cerita mereka saat di sekolah, menceritakan dongeng sebelum mereka tidur dan menulis hal-hal indah dalam hidup kami. Saya pasti bisa menjadi guru yang baik!! Dan izinkan saya untuk menjadi seperti itu, Tuhan.


Mulai saat ini, beginilah saya akan melihat masa depan. Saat saya akan mencapai suatu tujuan, saya tidak harus tahu seberapa jauh saya akan melangkah dan seberat apa rintangan yang ada di depan sana. Saya hanya butuh yakin bahwa saya akan berjalan terus. Saya hanya butuh yakin bahwa saya akan terus melangkah, selangkah demi selangkah. Saya hanya butuh yakin bahwa saya cukup kuat untuk bertahan. Hal ini yang saya pelajari saat saya pergi ke Ranu Kumbolo. Tak peduli seberapa jauh saya harus melangkah, saya yakin bahwa saya akan sampai ke sana. Tak peduli berapa kali saya terjatuh, saya yakin saya akan baik-baik saja dan akan tetap sampai kesana. Dan saya sudah membuktikannya. Saya BISA. Jadi kali ini saya juga pasti bisa! :D

Tuhan...

Terimakasih.

Terimakasih atas semua penjelasan ini. Sekarang saya paham.

Sekarang saya paham bahwa dengan kehidupan yang luar biasa ini seharusnya saya bisa menjadi manusia yang luar biasa juga.

Tuhan... saya akan selalu percaya dengan kebaikan Engkau. Maka, jadikanlah saya manusia yang penuh keikhlasan, syukur dan sabar...

Tuhan... sepertinya saya semakin jatuh cinta kepada Mu...


-Annisa Rahmah-













Tuesday, February 4, 2014

Tulisan untuk Momo ;)

Bagi saya, teman itu tidak ditemukan. Teman itu dipertemukan, oleh Tuhan.

Dia menyebut dirinya "Anak Tuhan", setiap saya atau teman lainnya mengingatkan dia untuk berangkat ke ke gereja, dia selalu berkata, "gue mah anak Tuhan, anak Yesus, enggak papa kalau enggak ke gereja". Entah apa yang ada di dalam kepalanya. Padahal, beberapa kali waktu dia pernah bercerita, "nyokap gue nelpon gue! Masa katanya 'lebih baik kau tancapkan kepala mamak pakai besi panas daripada kau tak ke gereja!', gilaaa serem banget nyokap gue!". Saya dan teman yang lain hanya bisa menarik nafas dalam, kemudian melepaskan. Tidak ada lagi yang bisa kami lakukan selain itu.

Mari saya kenalkan siapa dia. Namanya ... hmm... demi keselamatan hidup saya seusai memposting tulisan ini, lebih baik saya tidak benar-benar menyebutkan namnya.Tapi, mari kita sebut dia dengan Momo.

Saya mengenal Momo di semester empat. Saat dimana mahasiswa s1 sedang sibuk merencanakan KKN. Saat itu, teman saya yang tidak kalah langka bernama (sebut saja) Soso menelpon saya. Intinya dia berharap kalau si Momo bisa satu kelompok KKN bersama. Saya yang waktu itu tidak mengenal siapa Momo cuma bisa berucap, "ya... lo ajak aja si Momo ke rumah gue, kan besok ada ngumpul KKN tuh... sekalian kenalan... lagian Momo yang mana sih? Kok gue enggak ada bayangan yang mana mukanya ya?"

Lalu Soso menjawab "Dia emang jarang kuliah, Nis... Hidupnya di kampus ngumpulnya bedalah ma lo.... tapi orangnya baik kok, Nis...". Seketika saya mulai penasaran wujud manusia bernama Momo ini. Manusia yang disebut 'baik' oleh Soso yang mana dia jaraaaaang banget bilang seseorang itu baik.

Singkat cerita, Soso datang bersama Momo ke rumah saya saat acara persiapan KKN. Saat pertama melihat Momo, yang terlintas di benak saya adalah 'oh... kind of anak gaul jakarta', (saat itu) Momo tamapk pendiem, nurut dan waktu saya isengin dia untuk bawa timbangan kue, dianya nurut aja! Ya kali KKN harus bawa timbangan kue! Saya senang saat itu,, artinya bakal ada orang yang bisa "diisengin" mulai hari itu,,, >:D

Tapi saya salah besar. First impression not always gives the right information terhadap seseorang. Momo yang saya kira laki-laki Jakarta lugu yang patuh ternyata manusia super iseng yang lahir entah karena Tuhan punya alasan apa...

***

Semenjak mengenal Momo, saya baru mengerti bahwa Momo dan Soso adalah teman SMA. Menurut saya mereka sangat dekat. Saya kenal Soso karena dia adalah teman saya di lembaga pers mahasiswa FH UGM, MAHKAMAH. Wujud Soso agak menyeramkan menurut hemat saya; Tinggi besar, gempal, botak, hitam, suaranya super ngebass, yah 11-12 dengan paspampres-lah. Itu mungkin yang membuat beberapa mahasiswa FH UGM (pada khususnya) dan Masyarakat Indonesia (pada umumnya) agak takut dengan Soso. Jadi, kalau Soso bisa sangat dekat dengan Momo, saya harus mengakui kalau Momo bukan manusia biasa. Apakah Soso dan Momo saling mencinta? Entahlah,, hanya mereka dan Tuhan yang tahu.

(untuk Momo dan Soso, kalian berdua pasti marah baca tulisan ini dan bakal borgol gue di kosannya Mr.yunohu. tapi kalian harus baca bagian ini)...

Masih ingat, pada awalnya alasan saya dan Momo bertemu adalah KKN, pada akhirnya, kami tidak pernah KKN bersama! Hahahahaa...

random ya?

Tapi menurut saya, di sinilah rencana dan tangan Tuhan bekerja. Tuhan mempertemukan kami.

Walau tidak satu kelompok KKN pada akhirnya, kami satu kelompok PLKH (sumpah saya lupa apa singkatannya) intinya semacam peradilan semu dimana setiap kelompok akan menampilkan adegan persidangan dengan analisis kasus hukum yang telah diberikan.

Dengan satu kelompoknya saya dan Soso maupun Momo, saya semakin mengenal dekat mereka berdua. Hubungan simbiosis yang timbul antara Soso dan Momo adalah simbiosis-tak-terdefinisikan. Soso suka melakukan tindakan kekerasan fisik kepada Momo, dan Momo pasrah. Sering saya mengingatkan dengan kalimat,"Soso! lo enggak boleh jahat sama Momo!!" lalu Soso menjawab, "Nis, Lo enggak tahu, Momo yang jahatin gue duluan! lo enggak boleh tertipu sama wajahnya Momo yang kaya Afgan!" sambil menunjuk batang hidung Momo. Momo yang terpojok, hanya bisa syok.

Pertemanan ini aneh. Tapi kemudian saya paham, walaupun Momo dan Soso sering bertengkar, walaupun Soso suka mukul Momo, tapi Soso dan Momo saling sayang. Terdengar seperti pasangan GAY? sejauh ini yang saya tahu mereka normal kok ;) enggak tahu kalau nanti gimana... hehehe

Pada akhirnya, di detik saya menuliskan tulisan ini, saya bersyukur memiliki teman seperti Momo dan Soso. Saya banyak belajar hal-hal yang tidak terpikirkan dari mereka. Walau pada awalnya, saya menaruh curiga besar kepada Momo... begini ceritanya...

***

Suatu siang Momo sms:
Nis,,, habis latihan PLKH Lo baliknya bareng gue aja... takutnya kemaleman.

Saya: Oke bos!

Malam sepulang latihan PLKH, waktu menunjukan hampir pukul setengah sepuluh malam...
Saya sudah duduk manis di kursi depan mobil Momo. Menunggu Momo masuk. Satu menit... Dua Menit... Tiga menit... mana si Momo? pikir saya. Saya mulai merasa aneh. Sampai akhirnya ada suara dari kursi belakang, dan saat saya menoleh...

Saya melihat Momo duduk sambil menatap wajah saya! Waaaaaak!! saya kelepasan teriak. beberapa orang yang masih di area parkiran menuju ke arah mobil Momo. Momo panik. Dia segera keluar dari kursi belakang, lalu langsung duduk di belakang kemudi dan kami langsung tancap gas.

Tuhan,,, saya sedang satu mobil dengan orang aneh!p! . Saya mulai ketakutan, tapi sekuat tenaga untuk tetap tenang. Harapan terbesar saya saat itu: Saya selamat sampai di rumah. Cukup.

"Lo ekspresif abis sih,Nis! pake teriak segala... aseli gue kaget pas lo teriak... mana orang-orang ampe deketin mobil gue" (Momo)

"Yaiyalah gue teriak! lo ngapain juga duduk kaya psikopat di kursi belakang!!",
gawat! saya enggak boleh marah-marah dengan orang yang jiwanya terganggu seperti orang di samping saya saat ini. saya mulai menenangkan hati.

"Mo... kok mobilnya jalannya lama banget sih! emang kalau lo nyetir selama ini ya? payah!" ucapan tadi hanyalah tak-tik kawan! tak-tik gue kali ini adalah memancing emosinya agar menjalankan mobil lebih cepat dan saya bisa lebih cepat sampai rumah.

"Biasanya enggak sepelan inilah, Nisa... ini karena gue lagi bawa perempuan makanya gue harus lebih hati-hati..."


Alasan! itu pasti hanya alasan!.

"Tapi... gue biasanya disupirin kakak gue ngebut Mo! bisa sampai 100 km/jam! kalau kaya gini mah ampe lebaran onta baru nyampe rumah gue" jawab gue berharap Momo memperjuangkan harga dirinya sebagai laki-laki.

"Kalau gue ngebut, lo pasti teriak lagi kayak tadi, Nisa..." ujar Momo.

"Manaaaa adaaaaa....! Gue tuh biasa disupirin ngebut, yaudahdeh kalau lo enggak biasa ngebut ya enggak apa-apa"
ayooo dong umpan gue dimakan.

Beberapa detik setelah gue menutup mulut di kalimat terakhir, Momo mengnjak pedal gas lebih dalam.
Yess!! umpan gue kemakan!.

Tapi, saya sadar... ini lebih buruk daripada yang saya harapkan. Mobil melaju dengan "serabutan" dan saya mulai ketakutan. Dan.. tanpa bisa saya tahan, saya teriak "Mooo!! turunin gue di sini ajaa!! turunin gue di sini aja!!! gue takuuut!!" sambil berlinang air mata.

Tiba-tiba mobil berhenti.

"Nis!!! Lo kok nangisss???!!! Nisaaa..." Momo panik.

"Gue turun di sini ajaaa!! huaaa!! (masih dalam keadan nangis dengan jiwa terguncang)"

"Niiissss! Jangan nangiss... aduuuh... gue paling bingung kalau ada perempuan nangis... Nis.. kan tadi elo yang minta gue ngebut..."

"IYAAAK!! TAPI GA NGEBUT KAYA GITU JUGAAAK!" (masih berlinang air mata dan jantung dag-dig-dug)

"Iya Nis,, ampun Nis,, gue cuma mau ngisengin lo tadi... Iya,, Iya,, enggak lagi-lagi gue ngebut,, tapi lo jangan nangis sih... janji gue nyupirnya hati-hati"

Malam itu, saya pulang dengan selamat. Terimakasih Tuhan

***

Penyiksaan Momo dan Soso yang lainnya...

Kalau diingat-ingat sebenarnya Momo dan Soso juga sering jahat sama saya. Dulu, saya pernah diajak jalan ke Alkid atau alun-alun kidul Yogyakarta.

Momo : Nanti malam kita naik sepeda tandem yok di alkid

Saya : Hah? Tumben?

Momo : Buat apa lagi selain buat ngeliat lo jatoh, Nis!

Lalu Momo dan Soso tertawa,,, saya hanya diam dan membatin: Jahat.

Dan pas di Alkid mereka beneran nyewa sepeda tandem untuk tiga orang.

Momo : Lo gowes paling depan, Nis...

Saya : yaelah Mo, kaki gue aja enggak nyampe, tega amat gue goes paling depan.

Soso : Lah ga papa, Nis... ntar kalau lo jatoh bakal kita ketawain,, kalau gue sama Momo mah ga mungkin jatoh, kaki kita kan ga kaya kaki pinguin lo!!! Buruan naik paling depan!

Saya : Yah,,, kok gue sih,,, (pasrah) (mulai naik pedal sepeda paling depan)

Momo : Ya Tuhaaaaaaan Nisa,,,, lo polos abis sih!! Gue ma Soso bercanda kaliiii!! Lo mah nurut ajaaa!! Lo pedal tengah,, gue depan, Soso belakang.

Saya mulai tersenyum. saya ditaruh di tengah dan dijaga depan belakang (pikiran psitif saya ternyata SALAH BESAR!)

Momo : lo tengah, Nis... biar ntar gue lompat dari depan, Soso lompat dari belakang, tinggal lo deh sendirian di tengah. Pas lo jatoh,, gue ma Soso pasti ngetawain elo!! Hahhaahhahaa...

Malam itu saya hanya bisa pasrah dan berdoa.

***

Di hari yang berbeda, di suatu siang... Momo dan Soso sedang duduk berdua dikursi panjang, samping ruang sekre MAHKAMAH

Momo : Nis... gue perhatiin muka lo kusut aje kaya kresek cabe! ada apaan bos?

Saya : Nilai mata kuliah X gue dapet B, Mo.. padahal gue udah belajar... tapi kok masih tetep dapet B...

Soso : Yaelah Nis... lo sombong banget! Sini dululah kita ketawa-ketawa

Jujur, saya tidak paham dengan "ketawa-ketawa" mereka. Tapi, akhirnya saya memilih untuk bergabung dengan mereka..

Soso mulai membuka portal akademik. Ia masukan NIM seseorang, entah siapa, tapi bukan NIM miliknya.

Saya : Lo buka portal punya siapa, So? Kok lo ampe tahu paswordnya?"

Momo : Nisa.. Nisa... lo keseringan belajar sih... ini tuh portalnya Mr. Yunohu (bukan nama sebenarnya)

Saya : Itu siapa, Mo?

Soso : Itu manusia paling woles se-FH UGM, Sa! bener kata Momo, lo belajar melulu ampe ga tahu ada manusia super woles se-FH UGM. Ibarat kata, NIM sama pasword nya dia itu udah milik bersama... hahahahhaa

Momo ikutan tertawa.

Saya masih bingung.

Soso : Tutup mata lo... pas gue bilang buka, lo buka. Gue yakin sekejap sedih lo bakal ilang!

Entah mengapa, saya menurut.


Soso dan Momo : Buka mata lo, Nis!

Saya membuka mata saya pelan-pelan... lalu yang saya lihat adalah transkip nilai dengan nama seseorang dan terlihat..

Mata kuliah X nilai D
Mata Kuliah Y nilai E

SETERUSNYA..

Nilainya C-D-E-E-E bahkan ada yang ditulis F!

Kontan saya tertawa... "Gilaaaa!! ini nilai beneran nih!! seriusan!!! mwahahhaaa!!"

Momo : Gimana,Nis? menghibur banget kan? hahahha

Soso : Makanya elo jangan sombong! sedih dapet nilai B, ini yang dapet nilai F aja gue rasa hidupnya cengar-cengir muluk!

Momo : Ini manusia super woles, Nis... portal akademiknya dia itu pelipur lara banget kalau gue dapet nilai C atau D... ternyata masih ada yang lebih parah dari gue!! hahahhaa!

Soso : emang yang dapet B matakuliah apa Nis?

Saya : Mata kuliah X

Soso : Yaelah,,, gue aja C seloo.. tahun depan ngulang gue... Lo dapet apa Mo? awas aja kalau lo lebih bagus dari gue!!

Momo : Berapapun nilai gue, gue bakal nemenin lo ngulang, So! gue mah baik orangnya...

Saya : Lo dapet apa emangnya, Mo?

Momo : Dapet D,Nisa! HAHAHHAHAHAA

Siang itu... melihat Momo dan Soso tertawa... rasanya sedih saya hilang. Mungkin benar... saya kurang bersyukur... dan siang itu saya belajar:

Bahwa hidup dengan baik itu bukan tentang selalu mendapatkan apa yang kita inginkan atau harapkan. Tapi... hidup dengan baik itu adalah saat kita mampu untuk tetap merasa bahagia dengan apapun yang kita dapatkan.
***

Saya dan Momo merasa semakin dekat sebagai teman... saya sering bercerita tentang laki-laki yang saya suka di kampus.. Momo tahu siapa laki-laki itu, Soso juga. Hanya saja saya lebih sering curhat ke Momo,,, Momo juga sering curhat ke saya... dan entah kenapa,,, sesedih apapun wajah Momo menceritakan masalahnya, saya selalu menahan tawa. Cerita sedih Momo lebih terdengar cerita lucu di telinga saya. Maaf, Mo.


Di suatu siang yang lain lagi...

Saya : Mo...

Momo : Kenapa, Sa?

Saya : Gue dapet gosip kalau dia (cowok yang saya suka) suka sama cewek lain Mo... Ceweknya cantik, Baik, Soleh, Pinter,,, kalau dibanding ma gue... kayanya seujung kukupun gue ga ada apa-apanya sama cewek itu, Mo...

Momo : Kok lo ngomong gitu sih, Nis! itu kan baru gosip...

Saya : Tapi gosipnya nyaris bener, Mo... sumbernya terpercaya... Gue sedih Mo... tapi... yaudahlah ya... kalau toh mereka jadian gue juga seneng ngeliat cowok yang gue suka bisa dapetin cewek sesempurna itu...

Momo : Nis... emangnya lo enggak sempurna? Nis... coba lo bayangin di kampus ini, perempuan yang jalannya kaya pinguin itu siapa lagi selain elo!!! yang jalan kakinya kaya ada per-nya itu cuma lo!! lo coba bayangin itu Nisa!!

Saya : ("T__T) Mo...

Momo : Maksud gue,,, lo tuh unik, Nis.. dan lo jangan ngerendahin diri lo sendiri dengan ngebandingin diri lo sama perempuan lain... Tiap perempuan itu ada keunikannya masing-masing... dan lo itu unik! kaya pinguin! hahahhaa

Saya : Mo... gue tambah sedih niiiih...

Momo : Nis... suatu saat bakal ada laki-laki yang ngeliat lo itu sebagai sosok yang sempurna. Lo kan lucu, jago ngelawak, pinter, nah nanti juga bakalan ada cowok yang nyari cewek komedi kaya lo...

Saya : Kaki gue pendek... ("-__-)

Momo : Yaelah, Nis... tapi kan lo masih bisa jalan? jalan lo cepet banget kaya kartun Sonic! Nih ya Nis,,, lo dengerin gue... n percaya sama gue... kalau lo bisa ngurusin badan lo dikiiit aja, dikit lho jangan banyak-banyak, setiap lo jalan semua cowok bakal ngeliatin lo... dan tanpa mereka sadar mereka bakal ngikutin lo!! percaya ma gue!!

Saya : Mwahahahhahahaaa... mana mungkin!!!! BERLEEEEEEEBIHAN!!

Momo : Yee... enggak percaya banget ni bocah! jarang ada perempuan mirip pinguin kaya lo... hahhahaaa

Kami berdua tertawa. Tidak ada solusi atas masalah saya. Memang.

Tapi toh saya tertawa. Sedih saya menguap begitu saja. Percaya atau tidak, ucapan Momo selalu saya ingat hingga detik ini. Mungkin saya tidak sempurna, tapi saya yakin akan ada laki-laki yang akan melihat saya dengan istimewa. Saya mulai berjalan lebih tegak, lebih percaya diri saat ini. Saya mulai bisa menghargai diri saya sendiri.

Dari sinilah saya belajar, bahwa seharusnya pilihan untuk merasa bahagia itu ada di dalam diri kita sendiri. Belajar untuk mesyukuri apa yang kita miliki, dalam kondisi apapun. Belajar untuk menerima. Belajar untuk melepaskan. Belajar untuk mengatakan: yasudahlah, biarkan saja.

Dan saya memilih bahagia dengan diri saya saat ini.

***

Sudah hampir dua tahun saya tidak bertemu Momo. Saya melanjutkan S2 di FH UGM Jogja, dan Momo melanjutkan S2 di FH UGM Jakarta. Kabar terakhir; Momo dan Soso diterima sebagai calon Jaksa. Saya senyum lebar saat mendapat kabar itu. Saya ingat waktu dulu Momo pernah bilang kalau dia mau jadi Mafia Las Vegas aja... waktu itu saya hanya diam. Terserah lah Mo, lo mau ngomong apaan.

Malam, 2 Februari...

Suasana hati saya benar-benar sedang tidak bagus. SA-MA-SE-KA-LI.

Tiba-tiba saya mendapat LINE dari Momo




Isinya suara Momo >> http://khu.sh/autorap_52ee6466e13a2&v2

Malam itu saya tersenyum lebar. Tuhan mengahapus sedih saya lewat lagu rap ciptaan Momo yang sumpah-geje-abis!

Entah ini kebetulan atau tidak...

Thanks Bro! sekarang gue dah nemu satu alasan Tuhan ciptain lo di dunia ini...

Buat jadi temen baik gue! penghibur hidup gue!
:)


Saturday, February 1, 2014

Lara

Aku bisa memahami, terkadang Tuhan memberi nestapa agar kita terbiasa tersenyum dalam duka

Mungkin tidak mudah, tapi Tuhan memberi luka di bawah kekuasaannya untuk menyembuhkan. Mungkin Dia sedang mengajari kita bagaimana memahami makna sabar.

Kau tahu... kadang kita tak sadar bahwa kita lebih kuat daripada yang kita bayangkan. Tapi Tuhan tak pernah salah, Ia tak pernah keliru.

Maka,, atas segala lelah dan air mata, bersyukurlah,,,

Kau lebih hebat daripada yang kau bayangkan.

Dan,,, atas segala kesedihan dan rasa yang terbelah-belah, bersykurlah,,,

Kau akan punya cerita yang akan kau bagi di masa yang akan datang.

Jadi,,,

Nikmati saja,,,

Semua akan datang pada waktunya,,,

Semua akan selalu datang tepat pada waktunya.

Percaya saja.